Kami Bugis Makassar Bukan Bangsa yang Suka Berkonflik

Rabu, 28 September 2016 – 07:23 WIB
DR.Bahtiar Baharudin. Foto: dok JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Aksi pembakaran gedung DPRD Gowa, Sulawesi Selatan, yang diduga dipicu keberadaan Perda Lembaga Adat Daerah (LAD), mengundang keprihatinan banyak pihak.

Salah satunya Bahtiar Baharudin. Sebagai warga dan putra daerah Sulsel, Bahtiar mengingatkan seluruh elemen masyarakat Sulsel agar kembali ke falsafah Bugis Makassar.

BACA JUGA: Kenapa Kanjeng Dimas Ditangkap Seperti Teroris? Ini Alasannya

Sipakau, Sipakalebbi, Sipakainge. Itu falsafah bangsa Bugis Makassar dan Bangsa Bugis Makassar sejatinya bukanlah bangsa yang suka berkonflik,” ujar Bahtriar, yang kini menjabat sebagai Direktur Politik Dalam Negeri Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri itu, saat dimintai tanggapan oleh wartawan dalam kapasitasnya sebagai putra daerah Sulsel, Rabu (28/9) pagi.

Sipakau artinya saling meng-orang-kan atau saling menghargai. Sipakalebbi punya makna saling menghormati atau saling menjaga martabat dan kehormatan.

BACA JUGA: Diam-diam, Gubernur Syahrul Yasin Limpo Turun Tangan

“Sipakainge artinya saling mengingatkan atau jika di antara kita ada yang berlebihan (dalam bersikap, red), maka tugas kita untuk saling mengingatkan,” terang doktor ilmu pemerintahan itu.

Dari nada kalimatnya, sebagai putra daerah Sulsel, Bahtiar sangat menyesalkan konflik di Gowa ini.

BACA JUGA: Rugikan Negara Rp 90 Juta, Mantan Kepala BPBD Ditahan

Menurutnya, masyarakat di wilayah Sulsel sudah bertahun-tahun hidup damai tentram dalam hukum NKRI dan adat istiadat yang dianut dan ditaati warga secara alamiah.

“Mestinya tidak akan ternodai jika semua pihak memegang teguh ketiga falsafah tersebut. Mari berdamai,” ujarnya.

Sementara, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Anton Charliyan mengatakan, ketiga pelaku pembekaran gedung DPRD Gowa jelas terekam CCTV. Khususnya CCTV yang ada di dalam Kantor DPRD Gowa. 

Peran ketiga pelaku yang masih buron ini di antaranya, satu membakar dan dua yang membantu membakar. Satu membawa bensin kemudian membakar, dan dua lainnya membantu ambil kursi, ban, gorden dan lainnya. 

Ada yang ambil kursi dari pinggir lalu ditumpuk di tempat api yang sudah menyala. Pada CCTV di bagian luar, pelaku lain lebih dari 10 orang. Ada yang membawa bata, kayu, dan lainnya.

"Cuma yang membakar satu orang," ungkap Irjen Pol Anton Charliyan di Mapolda Sulsel, Selasa (27/9).

Anton juga memberikan waktu kepada ketiga pelaku untuk menyerahkan diri dalam waktu 3x24 jam.

Pihak kepolisian sudah mengetahui ketiga identitas pelaku. Hanya menunggu saja ketiga pelaku ditangkap. Pasalnya kepolisian yang mengejar ke rumah, pelaku sudah melarikan diri.

Anton meminta kepada ketiga pelaku agar secara jantan menyerahkan diri. Jangan berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab.

"Jelas pasti ada yang menyuruh (ketiga pelaku). Bukan kehendak mereka sendiri. Mungkin mereka ini hanya pion-pion saja dan ini sudah dipersiapkan," tegas pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 29 November 1960 ini.

Lanjut Anton, Pasal yang diterapkan 170 tentang Perusakan dan Pembakaran. Serta akan ditambah pasal pemberatan dengan ancaman 5 tahun. Alasannya, yang dibakar adalah fasilitas negara.

Selain itu, pihak kepolisian juga sudah bicara pada pihak -pihak terkait. Baik Pemkab Gowa, keluarga kerajaan maupun pihak DPRD Gowa yang dalam hal ini mengalami kerugian atas insiden pembakaran dan perusakan di Kantor DPRD Gowa. Semua pihak sudah berkomitmen menyerahkan penyelesaian masalah ke ranah hukum.

"Jangan sampai ada provokasi-provokasi. Siapa yang berkata dia harus bertanggung jawab. Kan sudah jelas mereka menyerahkan mekanisme hukum," ucapnya.

Mantan Kadiv Humas Mabes Polri menjelaskan, seluruh pihak harus bersinergi. Polisi hanya menangani hukum. Harus ada ranah lain yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah.

Mediasi perlu dilakukan. Hal itulah yang mendasari Kapolda mengundang pihak-pihak terkait dalam rangka mediasi. Ada hal-hal formal yang bisa dilakukan secara hukum tapi ada hal-hal yang non formal.

"Saya kira dengan statement yang dilakukan kedua belah pihak, saya yakin dan percaya masyarakat Gowa bersatu. Justru dengan kejadian ini lebih solid, bersinergi, tunjukkan pada dunia kalau masyarakat Gowa tidk bisa diadu domba dan tidak bisa dipecah belah," tegasnya. (ksa/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yeee Katanya Tutup Semua, Tuh Masih Banyak Lokalisasi Yang Buka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler