Kanguru Juga Hewan Asli Papua, Kecil Menggemaskan

Jumat, 20 April 2018 – 00:21 WIB
Kanguru jenis Walabi di Papua. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

jpnn.com - Australia ternyata bukan satu-satunya negara tempat asal kanguru. Hewan mamalia yang dijadikan simbol lambang negara persemakmuran itu ternyata juga hewan asli yang hidup di Papua Nugini dan Indonesia, tepatnya provinsi paling timur Indonesia, Papua.

Oleh: Ken Girsang, Merauke

BACA JUGA: Anak Pejabat, Hardi dan Fitri Sukmawati Cari Uang Sendiri

Populasi hewan berkantung itu cukup terjaga dengan baik di hutan-hutan sekitar Merauke. Antara lain di Taman Nasional Wasur, perbatasan Indonesia-Papua Nugini.

"Kalau di Merauke (kanguru) dibilangnya Saham," ujar Polche Fofied, pengelola Taman Satwa Yamai Atib, Merauke, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Mengejar Rusa Misterius, Pemburu Tersesat di Hutan 15 Hari

Kanguru yang merupakan hewan khas Papua adalah jenis Walabi, atau biasa disebut Walab. Berukuran lebih kecil dari kanguru pada umumnya. Panjang tak lebih dari 90 centimeter. Berat badan sekitar 3-10 kilogram. Bulu berwarna coklat kehitaman.

Bola mata hewan ini juga terlihat berwarna hitam. Kanguru jenis ini tidak terdapat di Australia dan hanya ada di Papua dan Papua Nugini.

BACA JUGA: Hasrat Kuat Syam dan Ayu Melakukan Pernikahan Dini

"Kalau kanguru lain mungkin panjangnya bisa setinggi orang dewasa. Kalau Walab ya hanya seperti itu, tak bisa besar lagi," kata Polche sembari menunjuk seekor Walab yang dibiarkan berkeliaran bebas pada taman seluas sekitar 25x100 meter itu.

Di Taman Satwa Yamai Atib terdapat 29 ekor kanguru dan sembilan ekor kasuari. Burung asli Papua yang berada di taman ini tingginya rata-rata lebih dari satu meter. Namun beberapa ekor ada yang terlihat masih anakan.

Kemudian juga terdapat delapan ekor rusa. Ada yang tanduknya telah bercabang tiga. Taman dibangun oleh Bupati Merauke Frederikus Gebze. Hewan-hewan yang ada diperoleh dengan cara membeli dari warga. Umumnya merupakan hasil dari berburu.

Polche yang sehari-hari juga berprofesi sebagai penyanyi di Merauke ini lebih lanjut mengatakan, aktivitas berburu kanguru banyak dilakukan warga yang bermukim di sekitar hutan. Ia mengakui Walab termasuk hewan yang dilindungi.

Tapi aktivitas berburu juga sudah turun temurun dilakukan warga sejak zaman dahulu. Hewan endemik itu dikonsumsi seperti daging rusa atau sapi.

"Kalau dapat yang kecil dipelihara. Tapi kalau berukuran besar dijual atau dikonsumsi. Kalau mau cari dagingnya datang saja ke pasar-pasar yang ada di Merauke," ucapnya.

Di pasar-pasar Merauke, harga satu kilogram daging kanguru berkisar Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu/kg. Harganya hampir sama dengan daging rusa, namun lebih murah dari daging sapi yang berkisar Rp 100 ribu/kg.

"Rusa sebenarnya bukan asli Papua, tapi di Merauke cenderung terkenal sate rusa. Karena banyak dijual di warung-warung pinggir jalan. Kalau kanguru dari zaman nenek moyang kami sudah hidup di Merauke. Dagingnya enak, tidak ada kolesterol," ucap Polche.

Taman Satwa Yamai Atib didirikan berawal dari keinginan Bupati Merauke menjaga hewan-hewan asli Papua dari kepunahan. Taman dibangun sejak Januari 2017 lalu dan kemudian dibenahi hingga kondisinya lebih baik pada Agustus lalu.

Taman hanya dibagi dua bagian. Satu bagian berupa lapangan seluas sekitar 80 x 25 meter lengkap dengan deretan beberapa kandang di bagian paling belakang. Lapangan luas menjadi tempat seluruh hewan berada. Di bagian tengah dibuat gundukan menyerupai bukit kecil dikelilingi kolam, tempat hewan-hewan ingin berendam dan minum.

Bagian kedua menjadi tempat masyarakat yang ingin melihat secara dekat rusa, kanguru dan kasuari. Bagian pertama dan kedua hanya dibatasi pagar setinggi satu setengah meter. Di bagian pengunjung terdapat tiga buah gazebo diberi nama masing-masing ketiga hewan yang ada. Beberapa ekor walabi terlihat dibiarkan berkeliaran di sekitar gazebo.

Masyarakat bebas berkunjung dan tidak dipungut biaya. Namun bagi yang ingin sekadar membantu kebutuhan makanan hewan-hewan itu, masyarakat dapat memasukkan sumbangan sukarela pada sebuah kotak amal yang disediakan.

"Makanannya itu pisang, terong, mentimun, kangkung dan kol. Itu kami potong-potong dan disatukan. Lalu diberikan pada ketiga jenis hewan yang ada. Biasanya dimakan semua. Kalau sudah bawa ember, mereka akan berkumpul. Sudah tahu kalau mau makan," tutur Polche.

Yamai Atib bukan sekadar taman satwa, dimaksudkan juga sebagai tempat penangkaran. Kini sudah dua ekor Walab lahir di taman itu.

“Hewan di taman ini milik Pak Bupati, tanahnya milik pemerintah. Karena tanah kosong dibuat taman satwa. Saya bangga dengan Pak Bupati, idenya brilian. Takut habis (punah kanguru, kasuari dan rusa),” pungkas Polche.***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amoroso Katamsi Belajar Gaya Pak Harto Merokok Cerutu


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler