Kapolri Tak Pikirkan Hadiah USD 10 Juta

Rabu, 10 Maret 2010 – 18:53 WIB
TERORIS - Salah satu dari sederet foto atau gambar tersangka pelaku teror yang berhasil dilumpuhkan dan ditangkap polisi, termasuk yang dari pengejaran di Aceh. Foto: Zulhakim/JPNN.
JAKARTA - Tewasnya buronan pelaku teror, Dulmatin, mengingatkan publik terhadap janji perintah Amerika Serikat (AS), yang menyebutkan sebelumnya bakal memberikan hadiah USD 10 juta bagi mereka yang menangkap pakar pembuat bom ituTerkait hal itu, Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, mengaku tak terlalu memikirkannya.

Menurut Kapolri pula, apa yang dilakukan Polri dalam menangkap tewas salah satu aktor peristiwa Bom Bali itu, lebih merupakan tuntutan tugas

BACA JUGA: Pembentukan RTRWP Perlu Keserasian

"Tidak ada kaitannya dengan janji mau diberikan apapun
Kita (bekerja) karena pangilan tugas," ujar Kapolri, Rabu (10/3), di Rupatama Mabes Polri, Jakarta.

Penangkapan ini, kata Kapolri lagi, semata merupakan bentuk antisipasi Polri terhadap ancaman teror semata

BACA JUGA: Hindari Markus, KPK Tantang Audit Publik

"Tentunya masalah ini, kita tidak bekerja berdasarkan ini (reward), tapi hakikat ancaman yang kita hadapi," paparnya, saat membeberkan hasil penangkapan pelaku teror di Pamulang, Tangerang.

Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang, menambahkan bahwa apa yang dijanjikan pemerintah AS itu, juga (sejatinya) bukanlah untuk institusi Polri
Tapi katanya, merupakan (janji) hadiah untuk masyarakat umum yang berani menangkap Dulmatin.

Sebagai gambaran, Dulmatin dipastikan tertembak mati bersama dua pengawalnya, dalam aksi penggerebekan di Pamulang, Tangerang, Banten, Selasa (9/3) kemarin

BACA JUGA: Misbakhun Merasa Dipaksakan Seolah Bersalah

Polri menyebut, sosok ini merupakan tokoh utama kelompok teroris yang kini sedang diburu di AcehDi mana jumlah yang telah ditangkap seluruhnya (dari rangkaian aksi), sudah mencapai sebanyak 28 orangSebanyak 21 di antaranya tertangkap di Aceh.

Mereka yang dilaporkan ditangkap itu, antara lain adalah Sapta Adi bin Robert Bakri, alias Ismet Hakiki alias SyaelendraKapolri menyebutkan, sosok ini terlibat aksi bom di Kedubes Australia tahun 2004 silam, serta lulusan dari daerah konflik Mindanao, FilipinaSelain Sapta Adi, ada juga Yudi Zulfahri alias Bara, asal Aceh Besar, serta Zaki Rahmatullah alias Abu Jahid, asal Pandeglang.

Berikutnya dalam daftar, ada nama Masykur Rahmat bin Mahmud asal Aceh Jaya, Surya alias Abu Semak Belukar (asal Aceh), serta Azam alias Imanudin (juga asal Aceh)Ada juga Heru asal Lampung, Muchtar (asal Tanah Abang), Agus Kasdianto alias Hasan alias Nasim (asal Depok) dan Deni Suhendra alias Faris (asal Kerawang)Nama berikutnya, ada Adi Munadi asal Bandung, Laode Afif alias Adit alias Abu Hazwa (Rawamangun), serta Deni Sulaiman alias Sule (asal Lampung).

Selain mereka, disebut juga nama Adam alias Ade, asal Pandeglang Banten, serta Sofyan Tasauri asal DepokUntuk nama terakhir ini, Kapolri menyebutkan bahwa ia berperan besar membantu Dulmatin"Dia pernah mendirikan sekolah untuk pelatihan menembak di Depok, beberapa tahun laluIni pemasok senjata, dan sedang didalami," ujarnya.

Tersangka lainnya yang juga disebutkan adalah Sutrisno, Tatan, Abdi, Iwan Suka Abdullah, serta Marzuki alias TengkuYang terakhir ini, pihak Mabes Polri menyebut, merupakan sosok rekrutan Dulmatin, yang dikirim ke Aceh untuk menjalani latihan militer(zul/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengganti Tumpak Tak Perlu Dicari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler