Kata Wakil Bupati, Karena Dikira yang Datang Sekjen FPI

Jumat, 13 Januari 2017 – 05:45 WIB
Sejumlah masyarakat Sintang yang mengatasnamakan Forum Pemuda Dayak menggelar aksi penolakan kedatangan Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnain di Bandara Susilo Sintang, Kamis (12/1) pagi. Foto: Achmad Munandar/Rakyat Kalbar/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Aksi sekelompok massa menolak kedatangan Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain di Bandara Susilo Sintang, kemarin pagi terjadi karena adanya kesalahpahaman.

Massa mengira tokoh yang datang ke Sintang tersebut adalah Sekjen Front Pembela Islam (FPI). Kejadian ini diharapkan tidak terulang di Sintang.

BACA JUGA: Wasekjen MUI ke Kalbar Urusan Pribadi

Pemerintah Kabupaten Sintang langsung mengambil langkah dengan mengumpulkan tokoh agama dan masyarakat untuk meredam situasi.

Bupati Sintang Jarot Winarno memimpin langsung pertemuan dengan didampingi Kapolres Sintang AKBP Suharjimantoro dan Kasdim 1205/Sintang Mayor Inf Syafendi. Rapat tertutup di pendopo Bupati itu dimulai pukul 14.00. Rapat berakhir satu jam kemudian.

BACA JUGA: Inikah Penyebab Wasekjen MUI Ditolak Pemuda Dayak?

Sekitar pukul 15.00 Wakil Bupati Askiman tiba di Pendopo Bupati. Di sana Bupati bersama Kapolres dan Kasdim masih menggelar pertemuan. Sementara tokoh agama dan masyarakat telah meninggalkan pendopo.

Tak lama berselang Wakil Bupati meninggalkan pendopo Bupati. Pukul 16.00 Wakil Bupati menggelar pertemuan dengan tokoh agama, masyarakat,dan pemuda di Balai Pegodai. Pertemuan menghasilkan kesepakatan bersama.

BACA JUGA: Diadang Pakai Mandau, Wasekjen MUI: Alhamdulillah..

Tiga poin kesepakatan berbunyi, “Kami sangat mendambakan kehidupan di kabupaten Sintang yang sudah terjalin dengan baik dan harmonis untuk tetap dapat dipertahankan.”

Poin kedua berbunyi, “Kami menyadari bahwa kabupaten Sintang terdiri dari berbagai suku bangsa etnis budaya dan agama sangat menghormati dan menjunjung tinggi keberagaman. Oleh karena itu kami tidak ingin kehidupan yang sudah tentram, damai dan penuh kekeluargaan dirusak oleh pihak-pihak yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.”

Sementara bunyi kesepakatan ketiga, “Kami tidak menolak kehadiran lembaga atau kapasitas seseorang sebagai tokoh agama tetapi sesungguhnya yang kami tolak paham radikal seseorang atau kelompok tertentu yang dapat memecah belahkan hubungan antar umat beragama serta tidak menterjemahkan kitab suci agama lain yang akan menyesatkan kepercayaan orang lain.”

Kesepakatan yang dibuat ditandatangani 30 peserta pertemuan. Mereka perwakilan tokoh agama dan masyarakat di Sintang.

Wakil Bupati Sintang Askiman dalam konferensi pers usai pertemuan mengatakan, aksi sekelompok massa semula datang ke bandara Susilo untuk menjemput kedatangan Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) untuk pelantikan ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Sintang. Ternyata yang akan dijemput batal datang ke Sintang.

Sementara kelompok massa secara bersamaan mendapat informasi kalau ada datang Sekjen FPI dan tiba ke Sintang menggunakan pesawat.

Jadi ada kabar keliru, padahal yang datang adalah Wasekjen MUI. “Kami sampaikan ke masyarakat Sintang dan Kalimantan Barat bukan penolakan kepada MUI, tapi keliru karena mendapat informasi sekjen FPI yang datang,” kata Askiman.

Askiman mengatakan, pihaknya sudah melakukan konfirmasi kepada kelompok massa bahwa aksi yang terjadi bandara sepenuhnya spontanitas. Tidak ada perencanaan sebelumnya.

Sementara mengenai spanduk, menurut Askiman, yang dibawa kelompok massa ke bandara, memang sudah lama dibuat.

Cuma spanduk tersebut mulanya untuk perangkat demo ke Jakarta pada Desember 2016 lalu. “Jadi spanduk kebetulan ada di mobil mereka,” kata Askiman.

Karena itu, menurut Askiman, usai pelantikan DAD Sintang, dirinya langsung menghubungi Kepala Kesbangpol supaya mengumpulkan tokoh agama dan masyarakat. Untuk mengambil langkah bersama dan menjaga Sintang tetap kondusif.

Ketua MUI Sintang, Ulwan, berharap kejadian serupa tidak terulang. Kejadian tersebut diharap menjadi pertama dan terakhir terjadi.

Keberagaman dan keharmonisan antara kelompok harus dijaga. Situasi Sintang yang kondusif dapat dipertahankan.

Terpisah, Ketua I MUI Sintang, Khoidul Mufid mengatakan Sanggau, Melawi maupun Sintang pada dasarnya ingin mendapatkan pencerahan dakwa murni dari kegiatan tabligh Akbar dengan menghadirkan Wasekjen MUI di Masjid Agung An Nur Sintang.

"Hanya ingin mendapat pencerahan dakwah murni tidak ada unsur politik apa pun. Kita tidak ingin, hubungan antar umat beragama itu terjadi gesekan,” katanya sebelum rapat dimulai.

Ia turut berharap insiden yang terjadi tidak berkembang, dan semua pihak dapat menjaga situasi Sintang agar terus kondusif. " Saya rasa ini murni mis komunikasi dan informasi," kata dia.

"Kita tidak menyangka sama sekali, dan sangat menyayangkan sekali atas insiden ini. Dan mudah mudahan ini hanya kesalahpahaman saja," katanya.

Terpisah, Bupati Sintang, Jarot Winarno menyayangkan insiden terhadap Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain di Bandara Susilo. Ia merasa sedih dan tidak menduga insiden tersebut bisa terjadi di Sintang.

Jarot menambahkan, pihaknya mencoba mendalami motif kejadian di bandara. Kendati informasi didapat karena kelompok massa tersebut tidak menginginkan kedatangan pihak luar memecah belah kesatuan dan persatuan masyarakat Sintang.

Ia berharap masyarakat tidak terpancing dengan isu kejadian di bandara termasuk yang beredar di media sosial terkait insiden tersebut.

Ketua DAD Sintang Jefray Edward ikut menyayangkan insiden yang menimpa Tengku Zulkarnain, Wasekjen MUI. Ia juga mengaku kaget dengan kejadian tersebut. Ia turut berharap semua masyarakat bisa menahan diri.

Dan, lanjut dia, diharapkan kejadian serupa tidak terulang dikemudian hari. Ia selaku Ketua DAD turut menyampaikan permohonan maaf.

DAD, menurutnya, tidak pernah menolak kelompok manapun. Kecuali kelompok radikal mengatasnamakan agama, yang dapat memecah belah persatuan bangsa.

Hal senanda diungkapkan sekretaris Masyarakat Adat Dayak Nasional (MADN) Yakobus Kumis. Ia tidak tahu sama sekali dengan adanya insiden di bandara.

Kejadian tersebut sepenuhnya berlangsung secara spontan. Dan, terjadi akibat kesalahpahaman. Pihaknya tidak pernah menolak tokoh agama manapun untuk datang.

Kecuali menolak paham radikal yang kerap disuarakan ormas FPI. “Paham radikal mengancam keutuhan NKRI.

Sementara Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain karena ditolak kehadirannya oleh kelompok massa, terpaksa kembali bertolak menuju Pontianak.

Ia tidak sampai turun dari pesawat, saat pesawat yang ditumpanginya mendarat di bandara Susilo Sintang.

Massa sempat masuk ke dalam bandara dan mendekati pesawat yang ditumpangi Tengku Zulkarnain. (stm)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditolak DAD, Wasekjen MUI Tak Jadi Turun dari Pesawat


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler