Kawanan Tan Malaka dan Aksi Penggelapan 19 September

Sabtu, 17 September 2016 – 07:02 WIB
Markas Kaigun Bukanfu pimpinan Laksamana Maeda. Kini, Markas Besar Angkatan Darat di Jalan Medan Merdeka Utara Jakarta. Gedung ini saksi bisu aksi penyelundupan kawanan Tan Malaka. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - 19 SEPTEMBER 1945. Saat kaum republiken menggelar rapat raksasa di Lapangan Ikada, sekelompok orang melakukan aksi penggelapan barang di kantor Laksamana Maeda. Kedua aksi itu melibatkan Tan Malaka. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Pariaman dan Skandal Kemaritiman Paling Heboh Abad 16

Sepekan setelah proklamasi, Tan Malaka mondok di rumah Ahmad Soebardjo, satu di antara perumus naskah proklamasi, di Jalan Cikini Raya 82, Jakarta. 

Karena Soebardjo menjabat Menteri Luar Negeri, beberapa ruangan di rumah itu disulap menjadi kantor  Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 

BACA JUGA: Krong-krong…Crong-crong, Lahirlah Musik Keroncong

Kantor Kemenlu RI menempati ruang depan bangunan utama. Tan Malaka mondok di paviliun sebelah kiri. 

Soebardjo kerap mengajak Tan Malaka ikut bersidang. 

BACA JUGA: Yus Datuak Parpatiah Masih Ada dan Masih Berkarya

Pada 15 September 1945, Tan Malaka mengusulkan perlu diadakan uji kekuatan (kracht-proef) dalam bentuk aksi massa. Tujuannya untuk memisahkan mana kawan, mana lawan. 

"Usul itu dibahas dalam sidang kementerian. Soebardjo, Iwa Kusuma Sumantri dan Gatot menyokong usul tersebut," tulis buku Jejak Intel Jepang.

Sementara para elite bersidang, kelompok pemuda Jakarta bergerak mewujudkan ide tersebut. Di bawah kepanitiaan Komite van Aksi, mereka mengorganisir massa rakyat berdemonstrasi.

"Saya sendiri mengikuti Sukarni masuk kampung ke luar kampung, menemui kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda dan para kiai, mengajak dan meyakinkan mereka supaya datang berbondong-bondong ke lapangan Ikada," kenang Aboe Bakar Loebis, sebagaimana ditulis Harry Poeze dalam Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia.

16 September 1945. Kepala Pemerintah MIliter Jepang, Jenderal Nagano mengeluarkan keterangan resmi; larangan berkumpul dan berkelompok lebih dari lima orang. 

Larangan tinggal larangan. Hari itu juga, Komite van Aksi menggelar rapat umum, "di gedung bioskop Maxim, di Jalan Cikini Raya," tulis Harry Poeze. "Di antara para pembicara disebut-sebut Iljas Hussein (nama samaran Tan Malaka--red)," sambungnya. 

Dana Revolusi

19 September 1945. Ratusan ribu orang dari seluruh penjuru mata angin berduyun-duyun menuju Lapangan Ikada (sekarang Monas). Suasana riuh rendah. 

Peristiwa yang dikenang sebagai Rapat Raksasa Lapangan Ikada itu membuat balatentara Jepang panik. Mereka bergerak membayang-bayangi. 

Ketika perhatian Kempeitai fokus pada aksi massa tersebut, Kepala Intelijen Kaigun Bukanfu (Angkatan Laut Jepang) Tomegoro Yoshizumi--orang dekat Tan Malaka--mengorganisir aksi penyelundupan di kantor Laksamana Maeda. 

"Uang hasil penyelundupan itu diserahkan kepada Tan Malaka untuk dana perjuangan," tulis buku Jejak Intel Jepang.

Chou Shinmo, anggota Kaigun Bukanfu dalam sebuah kesaksian menceritakan bahwa dirinya terlibat dalam aksi itu. 

“Beberapa hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, saya diperintahkan Yoshizumi menyelundupkan barang-barang dari gudang-gudang kantor Kaigun Bukanfu,” ungkap Chou, termuat dalam Zanryu Nihon Hei No Shinjitsu: Indonesia Dokuritsu Sensou O Tatakatta Otoko Tachi No Kiroku, karya Hayashi Eiichi.

Barang-barang selundupan itu, sabagaimana dikisahkan Chou, dialirkannya melalui sungai di sebelah kantor Kaigun Bukanfu sampai ke Kota.

Sungai yang dimaksud Chou Shinmo adalah sungai yang mengalir di bawah rel kereta antara Masjid Istiqlal dan Jalan Veteran I Juanda Jakarta Pusat, persis di sebelah markas Kaigun Bukanfu (kini Markas Besar Angkatan Darat di Jalan Medan Merdeka Utara Jakarta). 

Dari markas Kaigun Bukanfu ke sungai itu hanya menyeberang jalan.

Setiba di Kota, barang-barang selundupan itu dijual di pasar gelap. Chou Shinmo sendiri yang menjualnya dan menyerahkan uangnya kepada Yoshizumi. 

“Sebagian uang itu kemudian diserahkan Yoshizumi kepada Tan Malaka. Sebagian lagi digunakan Tomegoro Yoshizumi untuk membangun kelompok-kelompok perjuangan gerilya yang disebut laskar,” katanya. 

Dalam perkembangannya, sambung Chou, laskar-laskar gerilya yang berhasil dibangun Yoshizumi, berkat campur tangan Enthol Chaerudin disatukan dengan kelompok bentukan Tan Malaka, yakni Persatuan Perjuangan.

Sekadar catatan, Tomegoro Yoshizumi adalah orang yang mendampingi Tan Malaka menjemput naskah Madilog ke Bayah. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Luluhur Para Raja Jawa dari Semenanjung Melayu?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler