Ke Universitas Al-Azhar ketika

Berenam Tambal Biaya Hidup dari Rental Mobil

Kamis, 19 Februari 2009 – 06:12 WIB
PEMANDU WISATA: Penulis (kedua dari kanan), bersama mahasiswa asal Indonesia (dari kiri) Syamsu Alam, Fatkhur Rochman, dan Nuzan Nurahmad dengan latar belakang Benteng Alexandria, Mesir Foto: Jawa Pos

Meski biaya kuliah gratis, bukan berarti mahasiswa Indonesia di Al-Azhar bisa santai-santaiMereka yang berasal dari keluarga tak mampu harus kreatif mendapatkan uang untuk menutup biaya hidup

BACA JUGA: Ke Universitas Al-Azhar ketika Azhari Indonesia Bermasalah (2)

Laporan KARDONO SETYORAHMADI yang baru tiba dari Kairo, Mesir.


ORANG Indonesia yang menjadi wisatawan di Mesir tak perlu bingung
Bahkan, bagi yang tak bisa berbahasa Arab atau buta sama sekali tentang budaya negeri itu

BACA JUGA: Ke Universitas Al-Azhar ketika Azhari Indonesia Bermasalah (1)

Sebab, banyak mahasiswa Universitas Al-Azhar asal tanah air yang siap menjadi pemandu
Kalau perlu, lengkap dengan jasa sewa mobilnya

BACA JUGA: Rizky Rifallah, Remaja Penderita Diabetes Insipidus dan Kanker Batang Otak



Menjadi pemandu wisata dan menyediakan jasa rental mobil adalah salah satu jenis kerja sampingan yang paling diminati mahasiswa IndonesiaSetidaknya lebih dari separo dari sekitar 5.000 mahasiswa Indonesia di sana menggeluti bisnis ini’’Entah itu menjadi guide, sopir, menyewakan mobil, atau ketiga-tiganya sekaligus,’’ tutur Syamsu Alam, staf lokal KBRI di Kairo, yang sering meminta order mahasiswa Indonesia ketika ada tamu yang berkunjung ke Mesir

Selain bisa berbahasa Indonesia, menggunakan jasa para mahasiswa tarifnya standarUntuk sewa mobil, misalnya, dua jam pertama tarifnya 15 pound per jam (sekitar Rp 30 ribu)Lalu, tiap jam selanjutnya 10 pound (Rp 20 ribu)Untuk jasa pengemudi di atas 10 jam, tarifnya 100 pound (Rp 200 ribu)Sedangkan untuk tarif pemandu, tak ada patokan pastiNamun, biasanya antara 50 pound – 150 pound (Rp 100 ribu dan Rp 300 ribu)

Dari berbagai usaha itu hasilnya pun lumayanNurdin, mahasiswa asal Wonosobo, Jawa Tengah, misalnya, berpatungan dengan lima koleganya sesama mahasiswa membeli dua mobil untuk rentalHasil perputaran bisnis itu lalu mereka bagi untuk menambal biaya hidup mereka di Mesir’’Sebulan saya bisa mengantongi 1.000 pound sampai dengan 1.500 pound (Rp 2 juta – Rp 3 juta),’’ kata Nurdin.

Menjadi seorang Azhari memang harus pandai-pandai membawakan diriTerutama bagi mahasiswa yang tidak bisa mengandalkan kiriman orang tuaMemang ada sejumlah beasiswa hidup yang ditawarkan oleh banyak lembagaMulai badan amal, lembaga donasi yang dikekelola Universitas Al-Azhar sendiri, serta sejumlah lembaga lainBesarannya pun variatif, mulai 160 pound (Rp 320 ribu) hingga 350 pound (Rp 700 ribu) per bulan

Sebagai universitas besar, Al-Azhar saat ini mempunyai sekitar 150 ribu mahasiswa dari seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 50 jurusanKarena itu, untuk urusan beasiswa ini pun mahasiswa Indonesia harus berkompetisi dengan mahasiswa dari negara lainSaat mendapat tawaran beasiswa pun, mereka harus punya strategiYang apes jika menerima beasiswa biaya hidup 160 pound per bulan’’Di sini tak gampang pindah beasiswaBiasanya, bila sudah terdata, sulit untuk pindah guna mendapatkan beasiswa yang lebih besar,’’ tambah Nurdin yang sudah memasuki tahun ketiga kuliah di Al-Azhar tersebut.

Sebenarnya berapa banyak biaya hidup seorang mahasiswa? Tak ada angka yang pastiNamun, biaya untuk hidup "normal" sekitar 500 pound atau Rp 1 jutaUmumnya, para mahasiswa Indonesia menyewa flat beramai-ramaiBiaya sewa flat per bulan di daerah yang tak terlalu pusat maupun pinggir adalah 1.000 pound – 1.500 pound per bulanFasilitasnya adalah dua kamar, satu dapur, satu kamar mandi, dan ruang tamu yang cukup luasSatu flat biasanya dihuni minimal lima orang’’Jadi, kalau patungan, ongkosnya bisa lebih murah,’’ ucap Fiki Ardhana, mahasiswa Al-Azhar asal Surabaya

Umumnya biaya yang dikeluarkan seorang mahasiswa untuk pemondokan ini adalah 150 sampai 200 pound per bulanMereka mematok batas atas biaya sewa ini maksimal 300 pound (Rp 600 ribu) per orang per bulan’’Lebih dari itu, berarti pemborosan,’’ kata Nurdin

Untuk makan, para mahasiswa itu juga patungan membeli bahan makanan dan memasak sendiriPer bulan biaya yang dikeluarkan antara 50 pound - 75 poundSedangkan untuk pulsa, makan di luar, dan lain-lain berkisar 100 – 200 poundDengan demikian, total biaya hidup normal berkisar 500 pound (karena kuliahnya gratis).

Banyak mahasiswa Indonesia yang hidup sangat pas-pasanArdian Ahmad, misalnyaMahasiswa asal Sragen, Jawa Tengah, mengaku tak bekerja sambilanDia hanya hidup dari 250 pound beasiswa yang diterimanya’’Kepingin juga mendapat biaya tambahan dari kerja, tapi belum ada yang cocok,’’ katanya.

Alhasil, Ardian harus betul-betul mengirit selama di MesirKuliah tatap muka pun, kalau dirasa tak terlalu penting, Ardian tak berangkat demi mengirit uang transportasiUntuk pulsa ponsel, dia paling banter membelanjakan 50 pound (sekitar Rp 100 ribu) per bulan.  Selama empat tahun kuliah di Mesir, Ardian mengaku belum bisa pulang ke Indonesia untuk sekadar menengok orang tua atau berbagi kebahagiaan di hari Lebaran’’Mau pulang uang dari manaUntuk ongkos pulang pergi saja butuh Rp 10 jutaBelum oleh-oleh dan sebagainya," kata mahasiswa yang tinggal satu flat dengan Fiki Ardhana tersebut

Selain menjadi pemandu wisata, menjadi staf lokal KBRI maupun event organizer dadakan dalam acara yang dihelat KBRI juga menjadi salah satu "primadona"Dengan kerja paro waktu itu, per bulan seorang mahasiswa bisa mendapat 500 pound bersih (makan dan tidur biasanya sudah disediakan)Bahkan, kalau beruntung, bisa mendapat lebih

Fatkhur Rohman, misalnyaMahasiswa 27 tahun yang bekerja sebagai staf lokal KBRI tersebut kini kehidupannya jauh lebih baik dibanding saat dia datang kali pertama ke Mesir pada 2000 laluFatkhur yang asal Demak, Jawa Tengah, bukanlah penerima beasiswa yang diseleksi oleh Depag atau Kedubes Mesir di JakartaDia mengakui modal satu-satunya ketika datang ke Mesir adalah uang USD 200 atau sekitar Rp 2,4 juta’’Saya juga tak bisa berbahasa Arab maupun Inggris,’’ kenangnyaNamun, dia sangat bersemangat ingin kuliah di Al-Azhar.

Setahun pertama, dia tak bisa meraih impiannyaFatkhur hanya disibukkan oleh upaya untuk bertahan hidupDia tidur di Masjid Indonesia di kawasan Dokki, Kairo, dan menjadi pembantu setiap acara-acara KBRI’’Pada awal-awal saya datang, saya sering kebablasan hingga ke terminal saat naik bus kotaSebab, saya tak tahu harus ngomong apa bila hendak turun,’’ katanya

Namun, karena keinginannya yang kuat untuk maju, dia habis-habisan belajar bahasa ArabDalam tempo setahun, dia sudah mahir berbahasa ArabKetika sudah mempunyai cukup bekal, dia mendaftar ke Al-Azhar pada 2001 dan diterimaSetelah masuk Al-Azhar, kehidupannya membaikSetelah tiga tahun menjadi dekorator setiap acara KBRI, Fatkhur diterima sebagai staf lokal KBRI dengan gaji tak lebih dari 500 poundNamun, seringnya ada acara dan banyaknya tamu Indonesia yang merasa terbantu membuat dia mendapat penghasilan ekstra

Dari hasil kerja kerasnya, Fatkhur kini bukan hanya meraih impian menjadi seorang Azhari, tapi juga kecukupan secara ekonomiKe mana-mana Fatkhur kini tampak gagah dengan sebuah sepeda motor sport serta laptop keluaran terbaru(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (6-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler