Kearifan Lokal Senjata Ampuh Tangkal Ideologi Transnasional

Kamis, 15 Maret 2018 – 01:43 WIB
Hamdi Muluk. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kemajuan teknologi informasi makin memudahkan masuknya ideologi-ideologi transnasional yang tidak sesuai dengan landasan dan falsafah bangsa Indonesia.

Karena itu, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan, Indonesia harus menggunakan kearifan lokal itu untuk melindungi sekaligus memperkuat persatuan dan kesatuan.

BACA JUGA: Rawat Kesetiakawanan Demi Perkuat Persatuan

“Kalau bangsa itu punya identitas yang kuat, kalau ada tawaran-tawan ideologi dari luar yang akan memecah belah persatuan Indonesia, tentu itu tidak akan bertahan lama. Kita punya struktur, kita punya ketahanan  menyangkut identitas jati diri bangsa kita tadi, yakni budaya kearifan lokal yang banyak sekali. .Jadi ini harus kita perkuat untuk memperkuat persatuan kita,” ujar Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk, Rabu (14/3).

Ahli psikologi politik itu menambahkan, banyaknya kearifan lokal yang dimiliki Indonesia membuat masyarakat lama berinteraksi dan sudah merasa satu Indonesia dengan macam-macam perbedaan paham, kebiasaan, adat istiadat.

BACA JUGA: Kelola Keberagaman Demi Persatuan dan Peradaban

“Kita saling menghormati dan kita juga bisa mengamalkan nilai-nilai agama sesuai dengan konteks keindonesiaan yang sudah terjaga dengan baik. Itu harus dipertahankan” ujar pria kelahiran Padang Panjang, 31 Maret 1966 ini.

Dalam konteks kekinian, lanjut Hamdi,  adanya paham-paham keagamaaan yang menyerukan kearah radikalisme, memecah persatuan, kebinekaan, saling menyalahkan serta mengafirkan satu sama lain harus dicegah.

BACA JUGA: Perkuat Kerukunan dan Kesetiakawanan demi Menjaga Persatuan

“Kita memang harus memperkuat apa yang kita punya. Jadi, dalam konteks ini kearifan lokal bisa kita kembangkan sedemikian rupa. Itu menjadi daya tahan kita dalam menangkal paham dari luar yang akan memecah belah bangsa kita,” ujar Hamdi.

Dirinya mencontohkan, ketika ada orang yang mencoba untuk membenturkan cara-cara tertentu dan berperilaku dalam konteks budaya tertentu yang kemudian dinilai tidak sesuai dengan ajaran agama tertentu, hal tersebut harus dihindari.

Pasalnya, cara-cara itulah yang banyak digunakan ideologi transnasional untuk memuluskan propagandanya.

Dirinya melihat bahwa sekarang ini yang dipertentangkan kebanyakan adalah hal-hal yang tidak prinsip.

“Gagasan Islam Nusantara itu menurut saya tidak ada yang salah. Itu kan sebenarnya mencoba untuk mengontekstualisasikan sebuah ajaran Islam dalam konteks keindonesiaan kita dan mendapat corak yang bisa berbeda dengan orang yang mengimplementasikan nilai-nilai Islam di belahan budaya yang lain,” ujar Hamdi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gus Yaqut: Ansor Tak Akan Pernah Berhenti Menjaga Indonesia


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler