Kebijakan Ekonomi Tidak Tepat, Kesengsaraan Meningkat

Senin, 23 Februari 2009 – 08:35 WIB
JAKARTA - Sejak Indonesia keluar dari krisis ekonomi pada 2004, masyarakat berharap kehidupan yang lebih baik, sejahtera, dan maju tidak kalah dengan bangsa-bangsa lainNamun sayang, tingkat kesengsaraan masyarakat yang dihitung sebagai misery indeks kembali meningkat.
   
"Paket kebijakan yang diterapkan tidak tepat, sehingga ujung-ujungnya adalah tingkat penderitaan rakyat semakin dalam, terutama dalam satu tahun terakhir," ujar Direktur InterCAFE (International Center for Applied Finance and Economics), Iman Sugema kemarin

BACA JUGA: Pasar Modern Hambat UMKM

Menurut dia, konsisi itu terjadi karena tidak adanya stabilitas ekonomi sehingga inflasi tinggi, nilai tukar rupiah terpuruk dan cadangan devisa menukik tajam.
   
Berdasar catatannya, inflasi tahun 2005 sebesar 18,3 persen merupakan yang tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir
Kemudian, bursa saham kolaps hingga 60 persen

BACA JUGA: Depkeu Ubah Tarif BM

Dan nilai tukar rupiah saat ini juga sudah menembus angka psikologis, Rp 12 ribu per dolar AS
Sementara intervensi Bank Indonesia menggunakan cadangan devisa harus terus dilakukan

BACA JUGA: Untuk Menghindari Spekulasi

"Akibatnya, cadangan devisa sudah tertelan di pasar valuta lebih dari USD 10 miliar," terangnya.
    
Mestinya, menurut Iman, situasi ini tidak terjadi mengingat modal yang dimiliki pemerintahan sekarang sangat bagusSayang krisis finansial global terjadi, dan pada triwulan keempat tahun 2008, Bank Indonesia sudah mencatat terjadinya penurunan kegiatan usahaKondisi tersebut diperkirakan masih akan terjadi di kuartal pertama tahun ini"Di triwulan pertama ini masih terasaPemutusan hubungan kerja secara massal makin dekat," cetusnya.
    
Ekonom InterCAFE, Nunung Nuryantono menekankan, jumlah orang yang terkena PHK dalam situasi sekarang sangat besarAsosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) emmperkirakan jumlahnya mencapai 500 ribu hingga 1 juta pekerja yang akan dirumahkan atau di PHK tahun iniHal itu akan mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat"Kalau itu yang terjadi (penurunan daya beli), barang produksi akan semakin menunpuk karena tidak terserap pasar," lanjutnya.
     
Akibat dari semua ini semakin jelas, indeks kesengsaraan rakyat atau yang bisa dikenal dengan sebutan misery index, meningkat tajamNunung menyebut angkanya naik dibanding sebelumnyaMisal, pada Desember tahun 2004 hanya 16,3 persen, pada Desember 2008 sudah melonjak sampai 19,4 persen.  Menurut dia, angka itu menunjukkan posisi rakyat terus terpojok"Kalau kondisinya masih seperti ini kita yakin tingkat kesengsaraan amsyarakat akan kembali meningkat," terangnya.
    
PHK atau perumahan pekerja merupakan solusi pertama yang akan ditempuh pengusaha untuk mengurangi ongkos produksiJika itu terus terjadi sepanjang tahun ini, maka bisa dipastikan akan semakin berkontribusi pada angka kemiskinanMenurut dia, beban rakyat semakin dalam karena harga kebutuhan pokok terus naik"Katanya surplus beras, bahkan mau ekpsor, tapi kok di dalam negeri harganya mahalMinyak goreng juga mahal," jelasnya(iw/wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Atur Impor Besi dan Baja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler