Kebrutalan Assad dan Gencatan Senjata Abal-Abal di Ghouta

Jumat, 02 Maret 2018 – 17:26 WIB
Ghouta Timur porak-poranda akibat perang saudara Syria. Foto: Al Jazeera

jpnn.com, DAMASKUS - Belum genap sepekan, gencatan senjata di Eastern Ghouta, Provinsi Damaskus, Syria, terancam buyar. Sejak gencatan berlaku Sabtu (24/2), tiada hari berlalu tanpa serangan udara maupun darat dari pasukan Syria dan Rusia. 

Korban jiwa tetap berjatuhan. Distribusi bantuan kemanusiaan untuk warga sipil yang membutuhkan juga tak kunjung sampai.

BACA JUGA: Korut Ikut Menebar Maut di Syria

”Penduduk Eastern Ghouta mencibir berita soal jalur evakuasi. Kami tidak lagi percaya pada rezim (Presiden Bashar Al Assad). Lihat saja. Sampai sekarang pun serangan tidak pernah berhenti dan Rusia maupun Syria tidak serius melindungi warga sipil,” terang Abdelmalik Aboud, aktivis di kawasan Douma, kepada Al Jazeera. 

Kemarin, Kamis (1/3), serangan udara pasukan Syria dan Rusia mengakibatkan lima warga sipil tewas. Syrian Civil Defense alias White Helmets melaporkan bahwa seorang bocah perempuan termasuk salah seorang korban tewas.

BACA JUGA: Berkedok Relawan, Predator Cabul Memangsa Pengungsi Syria

”Serangan udara terjadi di beberapa kawasan di Eastern Ghouta sampai tadi pagi (kemarin, Red). Gencatan senjata ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,” kritik Fayez Orabi, jubir badan kesehatan oposisi.

Melalui Twitter, White Helmets melaporkan bahwa selain Douma, serangan udara itu menarget Hamouriyah, KafrBatna, dan Otaya.

BACA JUGA: Gencatan Senjata Omong Kosong ala Rusia di Eastern Ghouta

Oposisi bersenjata yang oleh Damaskus disebut sebagai ekstremis dan teroris jelas tidak tinggal diam saat wilayahnya digempur pasukan pendukung Assad.

Dengan sengit, mereka melancarkan serangan balasan dari darat. Warga sipil pun semakin ketakutan.

”Mereka tidak berhenti membombardir kami. Rezim Syria tidak tunduk pada gencatan senjata. Pelanggaran terus terjadi selama 24 jam terakhir ini,” lanjut Aboud.

Karena bentrokan antara pasukan pendukung Assad dan oposisi bersenjata semakin intensif, distribusi bantuan kemanusiaan pun terhenti kemarin. Padahal, jumlah bantuan pangan dan obat-obatan yang masuk Eastern Ghouta baru sedikit.

Kepada Associated Press, Syrian Network for Human Rights menyatakan bahwa aksi militer di Eastern Ghouta telah mengakibatkan sedikitnya 19 pasar porak-poranda. Praktis, aktivitas jual beli di Eastern Ghouta terhenti.

Selain itu, ada 7 rumah sakit dan klinik kesehatan serta 6 sekolah yang hancur setelah dihantam rudal. Itu belum termasuk 3 bangunan TK dan 10 posko keamanan sipil.

Di antara sekitar 400.000 penduduk Eastern Ghouta yang kini terperangkap konflik senjata, ada ribuan pasien yang membutuhkan perawatan intensif dengan segera.

Namun, situasi keamanan yang tidak memungkinkan membuat PBB belum bisa mengevakuasi mereka dari Eastern Ghouta. Padahal, tidak ada lagi obat-obatan dan peralatan medis yang bisa dimanfaatkan untuk merawat pasien-pasien yang kritis.

Kemarin, dari Moskow, militer Rusia menegaskan bahwa gencatan senjata yang tidak berjalan mulus di Eastern Ghouta itu disebabkan oposisi bersenjata.

”Kelompok-kelompok militan yang berkuasa di jalur evakuasi malah menyerang kami dan membuat rute yang kami bikin tidak bisa lagi dilewati,” ungkap Mayjen Vladimir Zolotukhin sebagaimana dilansir Reuters.

Pernyataan yang sama disampaikan Damaskus melalui kantor berita SANA. Kabarnya, sejak Rabu (28/2) militan terus-terusan menembakkan mortir ke jalur evakuasi yang dirintis Rusia tersebut.

Jeda pertempuran lima jam yang berlaku sejak Selasa (27/2) pun tidak banyak membantu. Sebab, dalam jeda mulai pukul 09.00 sampai pukul 14.00 waktu setempat, kontak senjata tetap terjadi.

Oposisi menyatakan bahwa sejak Rabu pasukan Syria memperparah krisis kemanusiaan di Eastern Ghouta dengan melancarkan serangan darat.

Karena itu, oposisi bersenjata yang luput dari serangan udara kini bisa dibidik dari darat. Sayang, bukan oposisi bersenjata yang bertumbangan. Ofensif darat itu hanya membuat korban sipil bertambah banyak.

”Yang sekarang harus diterapkan di Syria adalah resolusi 2401. Sejauh ini, gencatan senjata 30 hari yang dicanangkan dewan keamanan (DK) tidak berjalan dengan baik. Serangan udara, bombardir, konflik senjata, serangan darat terus terjadi. Bahkan, ada juga laporan tentang serangan gas klorin,” ungkap Jeffrey Feltman, kepala urusan politik PBB, dalam jumpa pers Rabu (28/1). (hep/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejam! Assad Bombardir Ghouta Timur dengan Gas Beracun


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler