JAKARTA--Tingginya harga minyak dunia dan juga diikuti oleh melonjaknya harga LNG (Liquified Natural Gas) yang mencapai USD 18/MMBTU, kecil kemungkinan PT Pertamina (Persero) mengimpor LNG dari Timur Tengah.
"Sangat kecil kemungkinan Pertamina impor LNG dari Timur Tengah, karena harga LNG begitu tinggi,"Ujar VP Corporate Communication, Moch Harun melalui siaran persnya, Kamis (8/12).
Oleh karena itu ungkapnya, Pertamina mendorong pemerintah agar memanfaatkan opsi kewajiban DMO (Domestik Market Obligation) yang belum dipenuhi oleh para produsen gas Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) menghasilkan LNG untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kebutuhan dalam negeri.
"Sejalan dengan kebijakan pengurangan subsidi energy di dalam negeri, Indonesia memerlukan LNG sebesar 10 juta metric ton per tahun (MTA) mulai 2013," terang Harun.
Dijelaskan Harun , perkembangan pasar LNG saat ini berada di kisaran 15 persen hingga 20 persen dari harga Japan Cocktail Crude (JCC), atau sekitar USD 16,5/MMBTU – USD 22/MMBTU pada harga JCC saat ini sebedar USD 110/barrel.
"Jadi Indonesia sebagai produsen LNG sudah seharusnya memanfaatkan konsisi pasar saat ini untuk melakukan renegosiasi kontrak LNG yang harganya masih sangat murahKebijakan pemanfaatan LNG untuk kebutuhan domestic juga sangat mendesak untuk segera direalisasikan, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Indonesia dan memberikan multiplier effect yang sangat besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Harun lagi.
Disebutkan Harun pula, untuk memenuhi kebutuhan gas yang diperlukan untuk pembangkit listri PLN, Pertamina bersama PGN telah membangun Floating Storage Regasification Unit di Teluk Jakarta dengan Kapasitas 3 juta MTA yang akan beroperasi awal Maret 2012.
Pertamina lanjutnya juga telah menyiapkan pembangunan LNG Reciving Terminal di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 juta MTA yang akan mulai beroperasi quartal pertama 2013
BACA JUGA: Mandiri Perkuat Segment Retail
Gas dari Receiving Terminal Jawa Tengah ini selanjutnya akan dialirkan melalui integrated Java Pipeline Project yang sedang di kerjakan oleh Pertamina Gas (Pertagas)."Untuk tahap pertama pembangunan pipa sepanjang 250 km Semarang-Gresik mulai dilaksanakan di awal 2012 dan diperkirakan on stream pada 2013
BACA JUGA: 2017, Listrik Sumatera Dipasok Dari Malaysia
Dengan demikian seluruh pembangkit listrik PLN, dan industry sepanjang pantai utara jawa dapat terpenuhi kebutuhan gasnya,"ulasnya.Pertamina tambah Harun juga membangun mini LNG Receiving Terminal bersama PLN untuk Tanjung Batu, Batakan, Balikpapan, Semberah, Bali, Pomala, Jeneponto, Tello, Minahasa dan Halmahera dengan total kapasiti 1 juta MTA dan direncanakan mulai beroperasi pada quartal tiga tahun 2013.
Kemudian untuk tetap menghidupkan industri di Aceh, Sumatera Utara dan pemenuhan pembangkit listrik, Pertamina melakukan revitalisasi kilang Arun di Aceh menjadi LNG Receiving Terminal dengan total kapasitas 3 juta MTA yang mulai beroperasi pada awal 2013.
"Untuk itu, Indonesia memerlukan pasokan LNG yang cukup besar ditahun mendatang
BACA JUGA: Renegosiasi Gas Harus Diprioritaskan
Pertamina adalah produsen gas terbesar untuk kebutuhan domestikPasokan gas Pertamina untuk konsumen terdiri dari 34 persen dipasok kepada Perusahaan Gas Negara (PGN), 20 persen untuk memenuhi kebutuhan industri, 18 persen untuk industri pupuk, 25 persen untuk pembangkit listrik, dan sisanya untuk kebutuhan kilang Pertamina," pungkasnya(Yud/jpnn)BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Homepass Rp 21 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi