jpnn.com, MOSUL - Warga sipil adalah pihak yang paling menderita ketika kelompok militan ISIS dan militer Iraq yang dibantu pasukan koalisi Amerika Serikat (AS) berperang di Mosul, Iraq.
ISIS memanfaatkan warga sipil sebagai tameng agar militer tak mendekati mereka di kawasan Kota Tua Mosul.
BACA JUGA: Perang Belum Berhenti, Pengungsi Kian Melimpah
Sementara itu, pasukan koalisi terus merangsek demi merebut Mosul dari tangan ISIS.
Bahkan, militer Iraq diduga sengaja menggunakan bahan kimia.
BACA JUGA: Ribuan Korban Perang Tak Kebagian Pengungsian
"Dalam dua hari terakhir, ISIS terus-terusan menembaki warga sipil yang berusaha meninggalkan kawasan ini," kata Dave Eubank, anggota Free Burma Rangers, yang bertugas di Kota Tua Mosul.
Dia mengaku melihat sedikitnya 50 mayat yang bergelimpangan di kota tersebut.
BACA JUGA: Tak Ada Ampun, Iraq Gempur Basis Deklarasi ISIS
Hingga kemarin, arus eksodus warga Mosul masih mengalir. Arus pengungsi tak pernah berhenti sejak operasi pembebasan Mosul dimulai pada Oktober tahun lalu.
Beberapa pria dewasa tiba di zona aman yang dijaga ketat oleh pasukan pemerintah sambil membopong tubuh-tubuh tanpa nyawa dalam balutan selimut.
Mayat-mayat itu rata-rata merupakan keluarga dan saudara mereka yang kurang beruntung. Nyawa mereka melayang di tangan ISIS.
Sejauh ini, jumlah penduduk sipil yang melarikan diri dari Mosul mencapai 580.000 orang.
Tapi, data Kementerian Dalam Negeri menyebutkan bahwa masih ada sekitar 450.000 warga yang tertinggal di ibu kota Provinsi Nineveh tersebut.
Kini keselamatan penduduk Mosul yang masih tertahan di kota itu menjadi perhatian utama pemerintah.
Sebab, persediaan makanan dan air bersih semakin berkurang.(AFP/Reuters/BBC/aljazeera/hep/c23/any/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota ISIS Nyamar Jadi Dokter, Tembak 38 Orang
Redaktur : Tim Redaksi