Sudah dua tahun lamanya seorang ibu asal Indonesia di Sydney bernama Ling Ling, tidak berjumpa dengan ketiga anaknya yang tinggal di Melbourne, Victoria, Australia.
Berbagai persiapan sudah ia lakukan untuk bisa merayakan Natal dan Tahun Baru bersama mereka, mulai dari penutupan sementara bisnis restorannya hingga pemesanan akomodasi.
BACA JUGA: 53 Hari Bebas COVID-19, Melbourne Kembali Kebobolan
Namun, rencananya hancur setelah mendengar bahwa Victoria telah menutup perbatasannya untuk New South Wales dua hari yang lalu akibat wabah baru COVID-19 di kawasan pantai utara Sydney.
"Anak-anak kecewa, teman-teman juga, terlebih saya," kata Ling Ling kepada wartawan ABC Indonesia, Sastra Wijaya.
BACA JUGA: Saat Malaysia Hadapi Gelombang Ketiga COVID, Pasangan Ini Menikah dengan Cara Berbeda
Sejak berpisah dengan suaminya, Ling Ling harus mengikuti keputusan pengadilan yang hanya mengizinkannya untuk bertemu anak-anaknya selama satu hari dalam tiga bulan.
"Saya sudah mencapai persetujuan dengan mantan suami bahwa bisa bertemu anak-anak tanggal 30 Desember."
BACA JUGA: COVID-19 Berhasil Menjebol Pertahanan Thailand, 535 Kasus Baru dalam Sehari
13 April lalu, ia juga sempat berencana untuk terbang ke Melbourne bertemu anak-anaknya yang sekarang diasuh oleh mantan suaminya, namun pandemi COVID-19 telah membatalkan segalanya.
"Karena COVID-19 merebak sejak bulan Maret, terpaksa saya membatalkan kunjungan walau sudah rindu berat dengan anak-anak," tuturnya yang pernah tinggal di Melbourne.
"Hadiah-hadiah yang sudah beli pun akhirnya saya kirimkan lewat pos," tuturnya kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.
Ling Ling yang kini telah menikah lagi dan mengelola sebuah restoran Indonesia di Sydney pun tidak dapat berbuat apa-apa. Batal merayakan Natal dengan pasangan di Melbourne
Jeanette Trifena Lewi, warga Tangerang yang tinggal di Sydney, sudah setahun lamanya tidak bertemu dengan pasangannya di Melbourne.
Ia sudah memesan tiket penerbangan dan akomodasi untuk ditinggalinya selama tiga hari, tapi seminggu kemudian penutupan perbatasan Victoria diumumkan.
Ia juga sudah meminta waktu cuti dari pekerjaannya sebagai karyawan paruh waktu di Coles, sebuah supermarket di Sydney.
"Waktu tahu sedih sih ... no idea [tidak menyangka] banget kalau akan ditutup langsung. Biasanya kan dikasih waktu, satu atau berapa bulan lebih awal," kata mahasiswi Macquarie University tersebut.
Beberapa rencana pasangan tersebut, seperti pergi ke gereja untuk beribadah Natal dan makan malam bersama pun terpaksa harus ditunda. Photo: Jeanette (kiri) asal Sydney terpaksa membatalkan rencana merayakan Natal bersama pasangannya, Perry Susanto yang tinggal di Melbourne. (Supplied)
"Ketika Melbourne sudah buka [perbatasan], salahnya [saya] menunda-nunda, jadi [berpikir] 'ya sudahlah sekalian Natal', karena tidak ada pikiran kasus [di Sydney] akan ada lagi."
Di tengah kesibukan mereka, Jeanette dan pasangannya yang sudah dua tahun menjalankan hubungan jarak jauh, selalu mencoba untuk bisa bertemu.
"Biasanya kami bertemu dua bulan sekali dan gantian saling mengunjungi. Yang penting bisa bertemu di akhir pekan setelah aktivitas masing-masing di hari biasa," katanya.
"Tapi sudah satu tahun tidak bertemu karena COVID," ujar Jeanette.
Jeanette mengetahui soal adanya izin yang memberikan pengecualian bagi warga Sydney yang ingin pergi ke Victoria, namun menurutnya proses tersebut akan "memakan banyak waktu".
"Karena perginya tidak terlalu lama, dan antara pergi sama waktu karantinanya lebih banyak waktu karantina," kata Jeanette kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Pemerintah Victoria telah memperingatkan warga yang datang dari New South Wales harus menjalani karantina selama 14 hari di hotel.
"Jadi ya mungkin coba ditahan karena menghabiskan uang juga kalau harus karantina dan harusnya bisa kerja jadi tidak bisa kerja." Pengunjung dari NSW merayakan Natal dalam karantina di Victoria
Pemerintah Victoria mencatat setidaknya 17 orang dari New South Wales telah datang di Victoria dan langsung menjalani program karantina di sebuah hotel di Melbourne.
Menurut Menteri Kesehatan Victoria, Martin Foley, para pendatang tersebut "merayakan Natal dan Tahun baru di luar apa yang sudah mereka rencanakan".
"Mereka harus menjalani karantina hotel," katanya.
"Jadi pesan saya kepada siapa pun adalah jangan mencoba masuk Victoria dari New South Wales."
Menurutnya, 17 orang yang kini dikarantina tersebut sempat mengunjungi pantai utara Sydney, yang merupakan klaster penularan COVID-19.
Sementara itu, semua orang, termasuk warga Victoria sendiri yang berada di "zona merah" NSW dan berusaha masuk ke Victoria, telah ditolak untuk masuk. Photo: Beberapa orang yang tiba di Victoria dari NSW terpaksa harus merayakan Natal dan Tahun Baru selama karantina hotel. (ABC News: Margaret Paul)
"Kami tidak akan melakukan karantina hotel untuk ribuan orang," kata Komandan Pengujian Victoria, Jeroen Weimar.
Menurutnya, terdapat 20.000 orang yang sempat mengunjungi "zona kuning" NSW telah memohon izin untuk masuk ke Victoria akhir minggu kemarin.
Pihak berwajib akan memastikan agar ribuan orang ini menjalani tes COVID-19.
Di Victoria tidak ada laporan penularan secara lokal dan dua warga yang pulang dari luar negeri telah dinyatakan positif, sehingga kasus COVID-19 yang aktif di Victoria saat ini ada 11 orang.
Sudah 53 hari Victoria tidak mencatat kasus penularan yang didapat secara lokal, namun satu orang warga Melbourne positif COVID-19 setelah pulang dari New South Wales.
Hari ini, Premier NSW Gladys Berejiklian mengumumkan delapan kasus baru COVID-19, lebih sedikit dari hari sebelumnya, sehingga jumlah total dari wabah di kawasan pantai utara menjadi 90.
Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penularan dari Klaster Pantai Utara Sydney Bertambah, Lockdown Lagi deh