jpnn.com - Kekeringan cukup parah menerjang sebagian wilayah Kabupaten Trenggalek, Jatim.
Perjuangan ekstra keras harus dilakukan sebagian warga Dusun Selorejo, Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh untuk sekadar mencari air bersih.
BACA JUGA: Ini penyebab 2.726 Desa Mengalami Kekeringan Tahun Ini
Pasalnya, kendati sudah ada bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, namun hingga kemarin mereka terpaksa masuk ke hutan demi mendapatkan air bersih, meski harus menunggu berjam-jam,
Salah satu warga bernama Sukarni mengatakan, sebenarnya kondisi debit air mulai berkurang sejak tiga hingga empat bulan lalu, atau sebelum bulan suci Ramadan.
BACA JUGA: 2.726 Desa di Jawa dan Nusa Tenggara Kekeringan
Sebab, mulai saat itu kondisi sumur warga telah mulai tidak ada air, sehingga warga harus masuk hutan, dengan berjalan kaki demi mendapatkan air bersih.
“Sebenarnya ketika musim penghujan tiba, air di sini sungguh melimpah, makanya kami juga heran mengapa saat kemarau sumur-sumur pada mengering,” katanya.
BACA JUGA: Kekeringan Parah, Air 200 Liter Rp 100 Ribu, Minum Diirit
Dia melanjutkan, kondisi tersebut membuat warga harus rela mengambil air bersih di sumur-sumur pinggir hutan, dengan jarak terdekat sekitar satu kilometer.
Itupun ketika sampai di sumur tersebut warga tidak bisa langsung mengambil air, sebab harus bergiliran dan mengantre selama berjam-jam karena banyak warga yang datang untuk mengambil air.
Kondisi tersebut diperparah, debit air pada sumur tersebut sangatkah sedikit, sehingga setiap kali pengisian satu jeriken air, diperlukan waktu sekitar satu jam, bahkan lebih.
“Sebenarnya di hutan sini ada sembilan sumur yang bisa dimanfaatkan, namun jika kemarau debit airnya sedikit, sehingga kami harus menunggu sedikit-demi sedikit debit air kembali untuk mengambilnya,” ujarnya.
Sebenarnya, beberapa warga setempat berusaha mencari sumber air terdekat, dengan membuat sumur baru.
Namun hal tersebut sia-sia, karena setelah menghabiskan biaya dan waktu untuk menggali dengan kedalaman lebih dari 30 meter dari permukaan tanah, ketika musim kemarau sumur baru tersebut tetaplah kering.
Dengan demikian, tidak jarang beberapa warga nekat mencari air di luar dusun, atau desa lainnya yang kondisi airnya masih banyak.
“Untuk mencari air di luar dusun atau desa, biasanya kami menggunakan sepeda motor untuk mengangkut dua jeriken yang nantinya diisi air,” ujarnya.
Senada diungkapkan Suyanti, salah satu warga lainnya. Menurut dia, saat ini warga tetap mencari air ke dalam hutan dan daerah lain, karena pasokan dari BPBD belum cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.
Sebab proses pengiriman yang dilakukan, tidak setiap hari, padahal setiap harinya warga membutuhkan air.
“Memang ketika kemarau seperti saat ini banyak daerah yang mengalami kekeringan seperti di sini, dan kami sadar BPBD juga mengirimkan bantuan ke daerah lain,” terangnya.
Untuk itu, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pihaknya harus cermat membagi air untuk konsumsi, mencuci maupun mandi.
Sehingga untuk keperluan mandi warga hanya menggunakan air sebanyak satu ember kecil.
Sedangkan untuk mencuci hanya bisa dilakukan dengan menyelupkan pakaian saja di air, tanpa diberi sabun sebab tidak ada air untuk proses pembilasan.
“Terkadang, khusus untuk mencuci, kami harus pergi ke sungai besar yang bisa ditempuh pulang pergi dengan satu liter bahan bakar,” keluhnya.
Sementara itu, Kasi Logistik BPBD Trenggalek, Putut Mahendra Data menjelaskan, BPBD akan selalu memberi bantuan air kepada daerah yang membutuhkan.
Sedangkan, untuk banyaknya air bersih yang diberikan, disesuaikan dengan kebutuhan warga di tempat tersebut.
“Saat ini ada tiga daerah yang telah mengajukan permintaan air bersih, dan kami akan terus mengirim, hingga kekeringan berakhir,” jelasnya. (jaz/tri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekeringan, Warga Cari Air Bersih di Kubangan
Redaktur & Reporter : Soetomo