jpnn.com, NGAWI - Sebanyak 45 desa dari 10 kecamatan di Kabupaten Ngawi, Jatim mulai kesulitan air bersih.
Seperti warga Kecamatan Pit, saat mencari air pada puncak kemarau.
BACA JUGA: Petani Jagung Gigit Jari Kali Ini
Keringnya sumur di pemukiman, memaksa warga mencari air dari sumber air yang jaraknya lebih jauh dan kurang bersih higienis.
Itu terlihat dari warna air di sungai yang tidak bening.
BACA JUGA: Ini penyebab 2.726 Desa Mengalami Kekeringan Tahun Ini
Memasuki pertengahan September, dampak kemarau menyebabkan kekeringan semakin meluas.
Dari pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ngawi, bencana kekeringan terdeteksi di 10 kecamatan dan 45 desa.
BACA JUGA: Akhirnya Ada Bantuan Air ke Wilayah Kekeringan
Wilayah terdampak kekeringan, utamanya berada di wilayah perbukitan utara Ngawi.
Seperti Kecamatan Karanganyar, Pitu, Kasreman, Padas, Ngawi, Bringin, dan Kecamatan Karang Jati.
"Daerah terdampak lainnya umumnya berada di kawasan pinggiran hutan jati dan dataran tinggi, seperti Kecamatan Kedunggalar, Sine, dan Ngrambe," ujar Eko Heru Tjahjono, Kepala BPBD Ngawi.
Dia mengatakan upaya mengantisipasi kekeringan tahun ini, dipersiapkan seperti saat kekeringan 2015. Saat itu terjadi el nino.
"Sedangkan 2016 lalu, bencana kekeringan tak terjadi, karena terjadi hujan setahun penuh," imbuhnya.
Dari 45 desa yang dipetakan masuk zona merah kekeringan, hingga saat ini, baru enam desa yang telah dibantu dengan pengiriman air bersih.
Minimnya pengiriman air bersih, karena kurang responsifnya pemerintah desa setempat, untuk mengirimkan surat permintaan bantuan bagi warganya.
Sedangkan warga yang kesulitan air bersih, biasanya tidak tahu prosedur untuk meminta bantuan. (pul/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bencana Kekeringan, Petani Diminta Tanam Palawija
Redaktur & Reporter : Natalia