Kelompok Tani di Biak Raih Kalpataru Berkat Gaharu

Jumat, 06 Juni 2014 – 00:44 WIB
John Mumpere yang memegangi Kalpataru bersama rekannya dari Kelompok Tani Hutan Sadar Sendiri dari Kampung Imbari/Distrik Warsa Jalan Majapahit Biak, Provinsi Papua. Foto: Natalia Fatima/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Petani asal Biak Numfor, John Mumpere (54) tak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta pada Kamis, (5/6). Ia  bersama rekan-rekannya dari Kelompok Tani Hutan Sadar Sendiri dari Kampung Imbari/Distrik Warsa Jalan Majapahit Biak, Provinsi Papua datang ke Istana Wapres karena memperoleh penghargaan Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan.

Sambil memeluk erat penghargaan yang diterimanya langsung dari Wapres Boediono itu, John pun menceritakan perjuangannya dan rekan-rekannya dalam melestarikan hutan. "Kami melakukan penyelamatan lingkungan dengan budidaya hutan Gaharu di Kabupaten Biak. Satu kelompok kami itu ada 15 orang," ujar John kepada JPNN.

BACA JUGA: Boediono Berharap Pemerintahan Baru Tetap Lanjutkan PNPM

Raut bahagia dan bangga tergambar jelas di wajah John. Ini sudah kali kedua kelompok tersebut mendapat penghargaan tingkat nasional. Setahun lalu, ia juga menerima penghargaan Wahana Lestari.

John dan kelompoknya mengembangkan bibit pohon gaharu sejak tahun 2003. Benih-benih gaharu itulah yang kemudian dilindungi dan dikembangkan.

BACA JUGA: KPK Belum Pegang Laporan Transaksi Mencurigakan Dana Kampanye Parpol

John mengaku merasa terpanggil untuk mengembangkan gaharu ini karena langka dan sangat mahal ketika sudah diolah. Budidaya gaharu itu penting pula untuk membawa kesejahteraan masyarakat Papua.

Gaharu biasanya diolah dan digunakan untuk berbagai macam produk. Di antaranya sebagai dupa, bahan minyak wangi, dan minyak esensial untuk acara keagamaan.

BACA JUGA: Lagi, 102 WNI Diusir dari Malaysia

"Ini sebenarnya saya lihat sampai saat ini, kayu gaharu ini mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Tapi sampai saat ini tidak ada keseriusan untuk kembangkan ini sehingga kami berpikir dengan budidaya ini dapat dikembangkan untuk anak cucu di Papua," tutur John.

Namun mengelola gaharu bukannya tanpa kesulitan. John mengaku mendapatkan kendala menyangkut sarana dan prasarana untuk rumah bibit gaharu. Sejauh ini, ia mengaku tak punya rumah bibit yang layak untuk gaharu.

Karenanya John berharap pemerintah terutama pemerintah daerah setempat dapat membantu membangun sarana perlindungan bagi bibit gaharu yang dikembangkan kelompok taninya.

"Dalam setahun bisa rusak rumah bibit ini, kami harus bangun lagi. Dengan mendapat penghargaan ini kami sangat berharap pemerintah Biak Numfor, provinsi Papua bisa melihat hal ini secara serius. Harapan kami cuma satu, apa yang kami lakukan ini juga untuk masyarakat Papua, untuk anak cucu kita nanti," tandas John. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jual Beli Tanah tak di Notaris, Akil Bantah Hindari Pajak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler