jpnn.com - MAKASSAR - Nasib WNI awak kapal TB Charles, yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak 21 Juni lalu dari Perairan Filipina, masih belum jelas.
Keluarga Edi Suryono, salah satu ABK korban penyanderaan mengaku belum mendapat kabar dari Filipina. Selama menjadi sandera, Edi belum pernah memberi kabar kepada keluarganya di Desa Komba Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
BACA JUGA: Cerita Umar, Anggota DPR yang Mengibarkan Merah Putih di Puncak Elbrus
Paman korban, Salimuddin mengatakan, kabar mengenai Edi selama ini hanya beradal dari keluarga di Kalimantan. ''Informasinya juga sangat simpang siur. Ada kabar mereka sudah mau dibunuh satu-satu, kalau pemerintah tidak bayar tebusan Rp59 miliar,'' kata Salimuddin yang juga Kepala Desa Komba, kepada Fajar, Minggu (31/7) malam.
Menurutnya, informasi seputar keponakannya yang disandera ini berasal dari keluarga. Edi tidak pernah lagi berkomunikasi dengan orang tua dan keluargannya. Soal kondisinya sekarang tidak ada keluarga di Larompong yang tahu.
BACA JUGA: Seperti Ini Kehidupan WNI yang Tinggal di Perbatasan
Termasuk batas waktu pembayaran tebusan dan kapan akan dieksekusi. Menurut Salimuddin, adanya ancaman pembunuhan sandera ini harus disikapi pemerintah. Pemerintah kabupaten dan pusat harus berkoordinasi supaya membayar tebusan. "Kasihan para sandera. Pihak keluarga tidak bisa berbuat banyak," ujarnya.
Tebusan yang diminta tidak kecil. Seandainya tebusan diminta Rp10 juta hingga Rp100 juta, mungkin keluarga masih bisa berusaha. "Tapi ini besar. Koordinasi pemerintah pusat sangat dibutuhkan dalam membebaskan sandera. Pemerintah pusat bersama perusahaan pemilik kapal bertanggung jawab membebaskan koponakan kami yang disandera. Jangan perusahaan membiarkan mereka disandera,'' paparnya. (shd/adk/jpnn)
BACA JUGA: Tiga Kali Longsor, Enam Rumah Kena Hantam
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penuh Perjuangan..Akhirnya, Mimika Punya Helikopter, Harganya?
Redaktur : Tim Redaksi