Keluarga Soeharto Bicara soal Gelar Kepahlawanan

Yang Ingin Pak Harto Jatuh Tetap Tak Bisa Gantikan

Jumat, 22 Oktober 2010 – 07:07 WIB
Foto : Ridho Taqobalallah/Radar Solo/JPNN

Masyarakat Indonesia boleh berpolemik soal layak tidaknya mantan Presiden Soeharto menyandang gelar pahlawan nasionalTapi, bagi keluarganya, kelayakan itu sudah jelas

BACA JUGA: Damien Dematra, Penulis Novel Ber-Setting Presiden Obama

Pak Harto yang meninggal pada 27 Januari 2008 tersebut adalah pahlawan.

========================
RIDHO TAQOBALALLAH, Solo
========================

PROBOSUTEDJO memang tak bisa melawan usia
Dia sudah 80 tahun

BACA JUGA: Kesibukan Keluarga Cendana Jelang Peringatan Seribu Hari Wafatnya Pak Harto

Betapa pun segarnya kulit Probosutedjo dalam umur itu, hukum alam tetap berjalan
Rambutnya sudah seperti kapas

BACA JUGA: Volendam, Desa Nelayan yang Menjadi Etalase Pakaian Tradisional Belanda

Pendengarannya pun tak lagi tajam seperti masa mudanya"Kalau mau tanya, suaranya agak keras yaPendengaran saya sudah jauh berkurang," ungkap adik tiri almarhum Jenderal Besar TNI Soeharto tersebut.

Dia lantas duduk di kursi ruang utama Dalem Kalitan, rumah keluarga Pak Harto di Solo yang dulu kerap dijadikan salah satu tempat tetirah kalau berkunjung ke Jawa TengahSama seperti Probosutedjo, adik Pak Harto lain bapak, Dalem Kalitan menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam sejarah hidup penguasa Orde Baru tersebut.

Rumah dengan arsitektur Jawa itu dibangun pada 1789Ia lantas menjadi milik kerabat Paku Buwono X, Gusti Ratu AlitDari situlah nama Dalem Kalitan berasalRumah tersebut dihibahkan kepada Siti Hartinah (Tien Soeharto)Namun, pasangan Pak Harto-Ibu Tien memilih membeli rumah itu secara mencicil pada 1967Saat Orde Baru di puncak kejayaan, Dalem Kalitan juga ikut moncerTak terbilang tamu-tamu yang datang untuk menemui keluarga Cendana.

Sisa kejayaan Soeharto yang meninggal pada Minggu Wage 27 Januari 2008 itu pun masih tampak di Dalem KalitanPotret besar jenderal berbintang lima tersebut terpampang di ruang utamaLetaknya persis di belakang tempat Probosutedjo dudukAda untaian melati di foto itu.

Probosutedjo yang pernah menjadi terpidana korupsi dana reboisasi hutan tanaman industri (HTI) tersebut menyatakan menyempatkan diri untuk menghadiri acara nyewu (peringatan seribu hari) meninggalnya Pak Harto"Dalam Islam, nyewu itu tidak adaNamun, di kultur Jawa, nyewu itu penting," kata pria kelahiran 1 Mei 1930 tersebut
Peringatan itu, ujar dia, sejatinya adalah doa-doa bagi orang yang meninggalSejak Pak Harto meninggal, kata Probo, doa-doa dari keluarga seakan tak pernah putusMulai tiga hari, tujuh hari, 40 hari, 100 hari, pendhak pisan (setahun), pendhak pindho (dua tahun), hingga nyewu yang jatuh kemarin, Kamis Pahing 21 Oktober.

Karena itu, acara nyewu tersebut sangat spesialSetidaknya, lima tempat mengadakan tradisi ituYakni, makam Pak Harto di Astana Giribangun; Masjid At-Tin Jakarta; tempat lahir Pak Harto di Kemusuk, Jogjakarta; tempat memendam ari-ari Ibu Tien di Jaten, Karanganyar; serta di Dalem Kalitan.

Lalu, bagaimana soal polemik gelar pahlawan nasional untuk Soeharto? "Oh, itu ya?" ujar Probo setelah meminta wartawan koran ini mengulangi pertanyaan sampai dua kaliDia menegaskan bahwa Soeharto tak perlu apa-apaTidak butuh gelar pahlawan"Ewadene (seandainya) diberi gelar pahlawan nasional, itu penghargaan yang tinggiTapi, Pak Harto ndak butuh itu," ujarnya.

Yang membikin Probo miris adalah sikap masyarakat yang memandang Pak Harto begitu negatifPandangan miring tersebut menguat lagi seiring adanya wacana pemberian gelar pahlawan nasional untuk pria yang memimpin Indonesia selama 32 tahun itu.

Ada yang menilai, Pak Harto adalah pemimpin tiran yang semena-menaSejumlah kalangan memandang Soeharto melakukan pelanggaran HAM superbesarDia juga represif serta otoriter"Saya tidak bermaksud membela keluarga, yaTapi, selama ini banyak pandangan yang salahAda yang bilang Pak Harto menumpuk kekayaan, punya bungker di tiap rumahnya, punya istanaApa buktinya?" ujar Probo

Menurut dia, semua itu hanya isuPihak berwenang tak bisa membuktikan itu dan pemerintah tak pernah membantah isu tersebut lewat pembuktian yang tidak terbukti itu"Karena itu, yang timbul ya pandangan jelek tentang Pak Harto," katanya.

Probo menilai, isu miring sengaja diembuskan untuk merebut kekuasaan yang saat itu dipegang Pak HartoDia sendiri menolak menyebutkan orang-orang yang berniat melakukan kudeta itu"Masyarakat sudah tahuTapi, begitu Pak Harto turun, dia tidak bisa menggantikan kan?" ungkapnya.

Kata Probo, jika Pak Harto memang menumpuk kekayaan, tentu dia lebih kaya daripada dia yang seorang pengusaha"Wong rumah saya jauh lebih baik dan lebih banyak dibanding Pak HartoKalau beliau lebih kaya, sudah saya dor (tembak, Red) duluan," candanya lantas terkekeh.

Soeharto di mata Probo adalah sosok yang sederhanaPagar rumahnya dari besi biasaRuang untuk menerima tamu negara di rumahnya hanya berukuran 4 x 4 meter.
Yang unggul dibanding para presiden lain, bagi Probo, adalah keberanian membela negara"Bayangkan, saat istrinya hamil tua, mengandung Mbak Tutut, beliau tinggalkan keluarga memimpin Serangan Umum 1 MaretItu contoh kecil," ungkap salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia tersebut.

Karena itu, gelar pahlawan nasional tentu layak disematkan kepada Soeharto"Pembangunan infrastruktur diawali oleh Soeharto, termasuk pendirian departemen-departemenSwasembada beras yang menjadikan Indonesia surplus beras terjadi saat di bawah pimpinan SoehartoBelum lagi jasa-jasanya yang lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu," imbuh Probo.

Namun, Probo menyerahkan urusan pemberian gelar itu kepada pemerintahDirinya dan keluarga besar Soeharto hanya yakin bahwa apa yang telah dilakukan Soeharto semasa hidup dan memimpin bangsa ini merupakan bentuk pengabdian kepada negara"Sebagai orang Jawa, kita kan harus bisa rumangsa (bisa merasa), jangan rumangsa bisa (merasa bisa)Jadi terserah pemerintah," katanya.

Kenangan indah dan puja-puji juga meluncur dari bibir putra-putri SoehartoSiti Hediati Haryadi atau Titik Soeharto mengingat bapaknya sebagai orang dengan etos kerja tinggiPak Harto selalu bangun pukul empat pagi dan tidur sekitar pukul dua dini hari"Coba tanya yang jadi menteri di era Bapak," ujar Titik di Astana Giribangun pekan lalu.

Yang terang, katanya, rakyat Indonesia masih mencintai Pak HartoTitik menyimpulkan itu tatkala melihat antrean warga yang melepas kepergian Pak HartoMereka berdiri di sepanjang jalan, mulai di Jakarta, Solo, hingga Astana Giribangun"Itu bentuk cinta," tegasnya.

Penghargaan itu, baginya, lebih besar daripada penghargaan dalam bentuk gelar pahlawan dari pemerintahYa, masyarakat boleh berpolemikAda yang suka ada yang benciYang tak bisa diingkari adalah bahwa Soeharto yang lengser pada Mei 1998 itu telah mengisi lembar sejarah negeri ini selama empat windu(*/c2/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkunjung ke Tempat Pendaurulangan Sampah Elektronik di Panasonic Eco Technology Center Jepang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler