Keluarga Tragedi 65 Ikrar Akhiri Konflik

Sabtu, 02 Oktober 2010 – 07:50 WIB

JAKARTA - Tragedi kemanusiaan tahun 1965 merupakan salah satu sejarah kelam Republik IndonesiaPara korban dan pelaku pemberontakan era revolusi itu hingga kini masih memiliki garis keluarga

BACA JUGA: Arah Kiblat Masjid Istana Dikoreksi

Dalam forum silaturahmi nasional yang diinisiasi MPR RI kemarin (1/10), para keluarga korban dan keluarga pelaku berikrar sepakat untuk mengakhiri konflik diantara mereka.
 
Puluhan keluarga korban dan keluarga pelaku peristiwa sejarah Indonesia berkumpul di gedung Nusantara IV MPR, Jumat (1/10)
Diantaranya yang hadir, Putri Mayjen TNI (anumerta) DI Pandjaitan, Catherine Panjaitan; putra almarhum Ketua Central Comittee (CC) PKI DN Aidit, Ilham Aidit; putra Imam Besar DI/NII Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, Sarjono Kartosuwiryo; putri Jenderal TNI (anumerta) Ahmad Yani, Amelia Ahmad Yani; putra mantan KASAU Marsekal (purnawirawan) Omar Dani, Perry Omar Dani; dan putri almarhum Wakil Ketua CC PKI Nyoto, Svetlana Nyoto

BACA JUGA: Ketua MK Minta Pelantikan Jaksa Agung Dipercepat

Mereka selama ini telah tergabung dalam Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB).

"Ikrar kami, berhenti mewariskan konflik, dan tidak akan membuat konflik baru," kata Amelia Yani selaku ketua panitia silaturahmi nasional kemarin
Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie,Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid, dan Ketua DPD Irman Gusman juga hadir dalam silaturahmi nasional itu.
 
Menurut Amelia, FSAB menjadi bukti bahwa tidak ada lagi pertentangan antara keluarga korban dengan keluarga para pelaku

BACA JUGA: Evaluasi, Seluruh Kapolda Dikumpulkan

Sejak tahun 2003 lalu, FSAB terus berusaha mengumpulkan para keluarga korban dan keluarga pelaku berbagai sejarah Indonesia"Kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada lagi permusuhan, semua ingin menatap ke depan," ujarnya.
 
Berbagai bukti bahwa sudah tidak ada lagi permusuhan diantara para keluarga itu diwujudkan dalam berbagai testimoniChaterine Panjaitan yang didapuk memberikan testimoni pertama kali, mengungkapkan betapa berat kehidupannya pasca kejadian 1 Oktober pagi itu"Saya menjadi pribadi yang trauma saat itu," kata Catherine.

Betapa tidak, Chaterine menjadi saksi hidup kematian ayah yang dicintainyaPasukan Cakrabirawa suruhan DN Aidit saat itu mengeksekusi DI Pandjaitan di depan mata Catherine"Saya menyaksikan ayah saya ditembak dan (maaf, red) isi otaknya keluarSaya hanya bersembunyi takut ketika itu," kenangnya dengan suara tersendat

Ibu rumah tangga itu merasa saat itu hanya menjadi pribadi yang gagal, pasca kejadian itu"Hidup saya melanglang buana, kerja sana sini tidak jelas," jelasnya.
 
Hidup yang sulit dijalani CatherineDia mengaku tidak pernah menyaksikan film G30SPKI yang diputar pada era Orde Baru itu"Saya merasa pedih, karena selalu teringat jika melihat film itu," ujarnyaSelama berpuluh tahuan, Catherine mengalami trauma"Butuh 20 tahun bagi saya saat timbul perasaan maaf itu," tuturnya.
 
Pertemuan Catherine dengan Ilham Aidit terjadi dalam forum FSABCatherine mengaku, dirinya melihat sosok Ilham sebagai anak dari gembong terbesar PKI"Namun, saat bertemu, hilang semua dendam sayaKarena saya juga tidak ingin mengajarkan dendam pada anak saya," jelasnya.
 
Masa kelam juga diceritakan oleh Ilham AiditPasca pembantaian tujuh perwira TNI yang dikomandoi oleh ayahnya, kehidupan Ilham berubahItu bermula saat dirinya bangun pagi, mendapati sebuah tulisan bernada teror di tembok rumahnyaTulisan itu berisi "gantung Aidit, bubarkan PKI, bantai Soebandrio""Tulisan itu merubah hidup saya, karena bapak saya menjadi musuh bangsa," kata Ilham dalam testimoninya.
 
Kehidupan pun menjadi tidak mudah bagi Ilham yang ketika itu masih berusia enam tahunDirinya selalu menjadi bahan olok-olok teman-temannyaPribadi Ilham pun berontakSejak SMP, Ilham selalu menantang siapapun yang mengejek ayahnya berkelahi"Saya sering kalah berkelahi, karena lawannya lebih besar," ujarnya.
 
Di luar kebiasannya berkelahi, Ilham memiliki prestasi bagus di sekolahnyaSeorang pastur dari AS memintanya untuk berhenti berkelahiPastur itulah yang menceritakan sejarah terkait ayahnya, beserta sisi lain yang tidak pernah terungkap oleh sejarah"Tragedi di pulau Buru misalkan, itu harus menjadi bagian sejarah," pintanya.
 
Selama 44 tahun, Ilham mengaku tidak pernah menggunakan nama belakang AiditDia bertutur, setiap akan menuliskan nama lengkapnya, dia selalu berhenti saat akan menuliskan Aidit"Namun, saat di FSAB, mereka memperkenalkan nama lengkap sayaDan saya ternyata masih bisa hidup," kata pria yang aktif sebagai arsitek itu.
 
Sarjono Kartosuwiryo juga memiliki kisah tersendiriPria yang kini jadi juragan sebuah angkutan kota itu mengaku nama Kartosuwiryo telah ditenggelamkan lawan politiknyaSemua harta benda yang ditinggalkan ayahnya, telah dirampas oleh sejumlah pihak"Saya hanya dapat bagian 10 persen saat itu," kata Sarjono.
 
Meski hidup di garis kemiskinan, Sarjono mengaku menikmati kehidupannyaSelama bertahun-tahun, dirinya mencari kuburan sang ayahSimpang siur kuburan Kartosuwiryo dikabarkan di mana-manaNamun, bukti yang paling otentik membuktikan bahwa kuburan sang ayah berada di Pulau Onrus, Kepulauan Seribu"Saya juga tidak terbayang bisa berada di tengah-tengah sini," ujarnya bangga.
 
Silaturahmi nasional itu juga mengundang keluarga Presiden Soekarno dan keluarga Presiden SoehartoDari Presiden Soekarno diwakili oleh Sukmawati Soekarno, sementara keluarga Presiden Soeharto diwakili oleh Hutomo Mandala PutraTommy Soeharto -sapaan akrab Hutomo- sempat belum hadir hingga acara dimulai

Namun tiba-tiba, putra sulung Soeharto itu hadir di tengah-tengah acaraTommy langsung diberi giliran untuk menyampaikan testimoni"Kejadian sejarah ini adalah hukum sebab akibat yang kita terima," kata Tommy

Dia meminta agar kejadian sejarah itu menjadi pelajaran berhargaMemang sejarah tidak bisa dirubah, namun masa depan masih bisa direncanakan dan dibentukTommy juga mengajak seluruh perwakilan yang hadir untuk membangun negara agar lebih baik"Saya atas nama pribadi dan keluarga mohon maaf lahir dan batin," ujarnya(bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 90 Persen Jamaah Haji Telah Divaksin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler