Eksekutif Produser –asal Australia –dari film pemenang Oscar, ‘Spotlight’, mengatakan, momen kesaksian Kardinal George Pell dalam penyelidikan kasus penyalahgunaan seks terhadap anak, tak bisa lebih baik.
Pemimpin tertinggi dari gereja Katolik Australia ini mulai memberi keterangan di hadapan komisi pelecehan anak pada hari Senin (29/2), hanya beberapa jam sebelum film ‘Spotlight’ menggondol gelar film terbaik pada ajang Oscar di Hollywood.
BACA JUGA: Aktivitas Menari Bisa Kurangi Resiko Penyakit Jantung
Film ‘Spotlight’ menggambarkan penyelidikan mendalam yang dilakukan oleh koran ‘The Boston Globe’ tentang bagaimana gereja Katolik menutupi kegiatan dari hampir 90 pastor pedofil di sejumlah kota Amerika Serikat, pada awal 2000-an.
Seiring dengan gelar ‘film terbaik’, Spotlight juga membawa pulang ‘skenario asli terbaik’.
BACA JUGA: Ujian Rutin Picu Epidemi Kecemasan di Kalangan Murid
Peter Lawson, yang kelahiran Sydney, mengatakan, mengingat perhatian yang tertuju pada Komisi Respon Kelembagaan terhadap Pelecehan Seksual Anak, penghargaan Oscar datang pada waktu yang tak bisa lebih baik.
"Ini jelas telah menjadi berita dan orang-orang membicarakan tentang hal itu, karena saya pikir film ini telah melakukan pekerjaan yang baik untuk mewakili suara dari sebagian besar mereka yang tak bersuara dan banyak orang kini muncul dan melakukan pekerjaan yang baik, mencoba untuk membawa orang-orang ini ke pengadilan," utaranya.
BACA JUGA: Politisi Partai Buruh Ini Akan Jadi Perempuan Aborijin Pertama di DPR Australia
Ia mengungkapkan, "Ini adalah sebuah kehormatan yang benar-benar menakjubkan terlibat dengan film ini, terlibat dengan pembuatan film, dan fakta bahwa film ini mempengaruhi semua perubahan dalam kebijakan dan membuat orang-orang ini dihukum di Vatikan, untuk mencoba dan membuat perbedaan nyata, menyeret orang-orang yang benar-benar mengerikan ini ke keadilan."
Peter bertanggung jawab untuk membawa naskah ‘Spotlight’ ke perusahaan produksi ‘Open Road’, yang juga merilis film itu di AS dan merupakan salah satu pemodal.
"Mark Ruffalo datang pertama, dan cukup beruntung, semua aktor bagus lainnya menyusul. Kami terlibat dalam sebagian dari produksi dan pasca produksi serta pemasaran, tim distribusi dan publisitas melakukan pekerjaan bagus untuk menempatkan kami di posisi sekarang,” ceritanya.
Peter mengatakan, pada satu titik, Spotlight berada di tangan rumah produksi Dreamworks dengan "beberapa besar nama besar meliputinya".
"Scriptnya begitu baik dan menarik, dan lebih terlihat seperti sebuah thriller yang kita pikir pasti ada film komersial-nya di sana," ujarnya.
Peter memuji karya sutradara Tom McCarthy itu untuk menampilkan ceritanya secara hidup.
"Ia harus benar-benar merapikan alurnya dan membuatnya tetap terkontrol dan ia melakukan pekerjaan yang menakjubkan dengan itu. Di tangan orang lain, film itu bisa jadi sedikit berbeda," ungkapnya.
Hollywood dinilai sulit tapi menyenangkan
Peter tinggal di Sydney dan Adelaide sebelum pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1989, di mana ia berakhir di sekolah film San Francisco.
"Saya sempat bekerja di bisnis komersial sebelum pindah ke Los Angeles untuk bekerja pada beberapa serial TV, kemudian mulai bekerja di sisi akuisisi bisnis - pergi ke festival dan membeli hak distribusi film untuk didistribusikan di sini," jelasnya.
Ia menyebut, "Salah satu film pertama yang saya beli adalah Chopper, film Eric Bana."
Peter mengatakan, itu adalah bisnis yang sulit tapi menyenangkan.
"Itu sulit. Anda harus memiliki mental baja, itulah sebabnya saya pikir banyak warga Australia di depan dan di belakang kamera telah melakukannya dengan sangat baik,” utaranya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Domba Lapar Wakili Aspirasi Petani Protes Eksplorasi Gas