jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan mendatangkan atau impor dosen berpengalaman dari luar negeri.
Langkah ini dalam rangka mengejar pemenuhan dosen produktif di perguruan tinggi vokasi. Langkah lain dengan mempermudah syarat dosen vokasi.
BACA JUGA: Dosen, Serikat Guru Hingga Pengamat Sesalkan Penundaan Moratorium UN
Menristekdikti Muhammad Nasir mengatakan, peningkatan kualitas perguruan tinggi vokasi menjadi prioritas pemerintah.
Sebab ke depan, persaingan atas tenaga terampil semakin sengit.
BACA JUGA: Gimana Nih, Dana UNBK Tahun Depan Belum Tersedia
"Perguruan tinggi akademik saya rasa sudah cukup. Tapi mutunya juga harus digenjot," katanya, seperti diberitakan Jawa Pos Group.
Nasir menjelaskan tantangan utama meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan vokasi adalah keberadaan dosen.
BACA JUGA: FSPGI: Anggaran UN Lebih Baik Digunakan untuk Peningkatan Kualitas Guru
Bahkan untuk menambalnya, pemerintah siap mengimpor guru besar vokasi dari luar negeri.
"Semoga pengalaman mereka bisa ditularkan di Indonesia," jelasnya.
Di antara negara yang dilirik pemerintah adalah Jerman. Sebab di negeri panser itu, kualitas pendidikan vokasinya sangat berkualitaa dan maju. Baik itu di level pendidikan menengah maupun tinggi.
Mantan rektor Undip itu mengatakan dosen dalam negeri tidak perlu khawatir atas kebijakan ini.
Sebab dosen asing yang masuk Indonesia kerjanya nanti berkolaborasi dengan dosen lokal.
Cara kedua untuk mengisi kebutuhan dosen produktif di perguruan tinggi adalah dengan aturan rekognisi pendidikan lampau (RPL).
Aturan ini sejalan dengan program kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). "Dengan cara ini, dosen vokasi tidak harus berijazah S2," katanya.
Melalui pengukuran kompetensi, calon dosen sudah bisa disetarakan. Dalam pengukuran KKNI, seseorang yang sudah ada di level 7-9 disebut tenaga ahli.
Mereka sudah disetarakan dengan lulusan S2, S3, bahkan guru besar.
Nasir berharap dalam beberapa tahun ke depan, pemenuhan dosen produktif di kampus vokasi bisa terwujud.
Menurut nasir ada sejumlah bidang yang menyerap tenaga terampil tinggi. Seperti insinyur, desai, tenaga kesehatan, dan akuntan.
"Jika SDM kita tidak ditingkatkan, tidak bisa bersaing dengan SDM asing," jelas dia.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, lemahnya pendidikan Indonesia saat ini adalah pada konten yang diajarkan.
Ini berlaku mulai pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Bagi dia, pendidikan belum mengarah pada high order thinking.
Padahal menurut Indra, kemampuan berpikir tingkat lanjut itu sangat dibutuhkan. Berbekal kemampuan itu, anak-anak bisa dilatih memecahkan masalah.
"Ini kebutuhan dunia industri masa kini," jelasnya. Bergabungnya tenaga dosen asing diharapkan bisa memberikan contoh pembelajaran di luar negeri untuk anak didik di Indonesia. (wan/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ujian Nasional Tidak Memberikan Kedamaian
Redaktur : Tim Redaksi