jpnn.com - Indonesia adalah salah satu negara yang rentan terhadap penyakit hewan menular pada manusia (zoonosis) dan Penyakit Infeksi Baru (PIB). Untuk itu Indonesia telah berupaya memperkuat kapasitasnya dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan penyakit hewan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita menyampaikan hal tersebut saat bertemu dengan Badan Pangan dan Pertanian (FAO) Pusat dan juga FAO Regional Asia Pacific dalam rangka pemetaan dan evaluasi kapasitas kesehatan hewan Indonesia, khususnya untuk bidang epidemiologi dan surveilans penyakit hewan di Jakarta.
BACA JUGA: Nilai Ekspor Melejit, Memutus Rantai Mafia Pangan
Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) yang sudah mewabah di Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Informasi terakhir, diduga ASF ini juga terjadi di Filipina, sehingga semua pihak harus waspada dan bersiap menghadapi ancaman ini.
Ketut juga mengingatkan bahwa ancaman ASF ini bukan menjadi masalah di jajaran Ditjen PKH saja, namun harus menjadi perhatian juga bagi para pemangku kepentingan lain seperti Karantina Hewan. Untuk itu diperlukan kerja sama yang semakin erat antara Ditjen PKH, Badan Karantina Pertanian, dan instansi terkait lain dalam hal pencegahan PIB khususnya ASF dengan menyepakati SOP dan teknis berbagi informasi dan pelaporan.
BACA JUGA: Kementan Yakin Pemanfaatan Rawa Bakal Bikin Sumsel Surplus Beras
Terkait ancaman ASF ini, Ketut berpesan agar pengawasan di pintu-pintu pemasukan diperkuat, khususnya di wilayah-wilayah daerah pariwisata dengan penerbangan internasional langsung seperti Bali dan Manado yang juga memiliki populasi babi yang banyak, peningkatan surveilans terpadu berbasis risiko dan kemampuan untuk deteksi kasus, perbaikan biosekuriti peternakan, serta bagi masyarakat agar segera melaporkan kepada pemerintah apabila ada perubahan pola/peningkatan kematian babi pada wilayah/peternakannya.
BACA JUGA: Kementan Yakin Pemanfaatan Rawa Bakal Bikin Sumsel Surplus Beras
BACA JUGA: Kementan Targetkan Ekspor Itik dan Pakan Ternak ke Timor Leste
Lanjut Ketut menjelaskan bahwa saat ini selain ancaman PIB seperti ASF, Indonesia juga harus mewaspadai ancaman kasus penyakit-penyakit yang ada di Indonesia seperti rabies, Avian Influenza, Brucellosis, antraks, bahkan penyakit seperti Japanese Encephalitis dan malaria.
Kegiatan surveilans terpadu, penguatan biosekuriti, dan pengawasan lalu lintas mutlak diperlukan dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.
"Diperlukan kewaspadaan bersama lintas instansi, kementerian, lembaga terkait ancaman-ancaman penyakit ini. Upaya peningkatan kapasitas yang sudah dilakukan diharapkan mampu mengurangi risiko dampak negatif kasus," jelasnya.
Sementara itu, Tim Leader FAO Emergency Center for Transboundary Animal Disease (ECTAD) Indonesia James McGrane menyampaikan, pihaknya selalu mendukung upaya Kementan dalam mengembangkan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan zoonosis dan PIB ini melalui berbagai program kerjasama dari tahun 2006. Menurutnya sudah banyak kemajuan dan peningkatan kapasitas-kapasitas tersebut, serta melihat adanya kesempatan yang baik untuk memetakan dan mengevaluasi kemajuan kapasitas epidemologi dan surveilans yang telah ada di Indonesia.
Kachen Wongsathapornchai, salah satu anggota tim ahli dari FAO menjelaskan, evaluasi akan dilakukan oleh tim gabungan FAO dan Ditjen PKH, Kementan untuk memberikan rekomendasi dan panduan yang dapat digunakan untuk memperkuat kapasitas negara dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan zoonosis dan PIB.
Kachen juga mengungkapkan bahwa untuk evaluasi kapasitas ini, tim menggunakan Alat Pemetaan Epidemiologi (EMT) dan Alat Evaluasi Surveilans (SET) sebagai perangkat yang dapat memberikan evaluasi secara mendalam terhadap kapasitas epidemiologi dan kapasitas surveilans penyakit hewan di Indonesia. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beri Bantuan Alsintan, Kementan Dorong Jembrana Tingkatkan Produksi Pertanian
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan