Kementan Dorong Ubi Jalar Tembus Pasar Ekspor

Selasa, 08 Maret 2022 – 21:58 WIB
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi sedang melihat budi daya ubi jalar. Foto: dok Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan ubi jalar menjadi komoditas pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi.

Suwandi menyebut selain memikiki gizi tinggi, komoditas itu mempunyai potensi ekspor.

BACA JUGA: Kementan dan Wapres Pastikan Stok Pangan Tercukupi Jelang Ramadan

“Tinggal bagaimana kita bisa mengolahnya supaya ada nilai tambah dan sudah ekspor ke Korea," ujar Suwandi di Jakarta, Selasa (8/3).

Suwandi mendorong petani bisa memanfaatkan KUR (Kredit Usaha Rakyat), kemitraan maupun investor untuk pengembangan budi daya ubi jalar berorientasi ekspor.

BACA JUGA: Kementan: Program Green House di Bogor Cikal Bakal Pemasok Tanaman Hias Ekspor

Pola pengelolaan melalui korporasi petani juga harus terus dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian nasional melalui potensi pangan lokal dari pedesaan.

"Salah satunya pengembangan pangan lokal berbasis korporasi untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas bagus, produktivitas tinggi, dikelola sampai hilirirasasi yang menghasilkan produk dengan kemasan bagus untuk peroleh nilai tambah dan memastikan pasar hingga ekspor," jelasnya.

BACA JUGA: Kementan Siap Lakukan Terobosan IP400 untuk Genjot Stok Beras Nasional

Dia membeberkan bahwa ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang unik karena memiliki beberapa varietas dengan karakteristik dan keunggulan masing-masing.

Potensi ubi jalar sebagai bahan baku industry pangan pun sangat besar, mengingat sumber daya bahan tersedia melimpah.

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar Siti Maesaroch menyebutkan Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung upaya pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk mengembangkan potensi ubi jalar.

Dia mengatakan Karanganyar, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang ini.

Tercatat ada lima kecamatan yang berpotensi untuk pertanaman ubi jalar, yaitu Tawangmangu, Karangpandan, Matesih, Jenawi, dan Ngargoyoso.

“Luas panen ubi jalar di Kabupaten Karanganyar Tahun 2021 mencapai 753 hektar dengan produksi 30.120 ton," ungkap Siti.

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Tawamangu Wagimin menuturkan ubi jalar mampu meraup untung yang besar.

Ini terlihat dari analisisa usaha tani dari budi daya ubi jalar, yakni biaya produksi yang dikeluarkan sekitar Rp 35 juta per ha, yang diperlukan antara lain untuk penyiangan, pemupukan, dan pengairan tahap 1 dan 2 serta biaya panen.

"Hasil produksi dalam 1 hektar mencapai 45 ton dengan harga jual Rp 2.000 per kilogram sehingga dalam 1 ha omset yang diperoleh mencapai Rp 90 juta," kata dia.

Hasil produksi ubi jalar di Karanganyar berupa pangan olahan sebagian besar dipasarkan di pusat oleh-oleh tempat wisata.

Ada varietas khusus seperti Varietas Korea dan Manohara yang diolah menjadi stik ubi jalar untuk kebutuhan eksport.

Salah satu eksportir olahan ubi jalar dalam bentuk stik adalah CV Makmur Abadi Jaya.

Ujang, dari CV Makmur Abadi Jaya menyampaikan produknya 100 persen diekspor ke Korea yang jumlahnya mencapai 1.800 ton per tahun.

Suplai bahan bakunya berasal dari petani ubi jalar di wilayahnya.

“Pasokan dari petani lancar dan harga bagus, buktinya sudah rutin masuk Korea. Usaha pengolahannya mampu membuka lapangan pekerjaan,” ungkap ujang. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenal Konsep Integrated Farming, Jurus Kementan Tingkatkan Pendapatan


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler