Kementan: Program Green House di Bogor Cikal Bakal Pemasok Tanaman Hias Ekspor

Senin, 07 Maret 2022 – 15:15 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat melakukan kunjungan untuk melihat proyek kemitraan antara Minaqu Indonesia dan masyarakat petani Kelurahan Bojongkerta, Bogor Selatan, Sabtu (5/3). Foto: dok Kementan

jpnn.com, BOGOR - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi proyek kemitraan antara Minaqu Indonesia dan masyarakat petani Kelurahan Bojongkerta, Bogor Selatan, Sabtu (5/3).

Dia mengatakan kemitraan yang melibatkan 49 petani dalam pengembangan green house tanaman hias berluasan 1.000 meter persegi, saat ini sudah menghasilkan 4.900 tanaman hias daun yang siap panen Maret 2022.

BACA JUGA: Kementan Optimistis Stok Cabai Aman Jelang HBKN

“Pola kemitraan ini berawal dari inisiasi antara Kementan dengan Minaqu pada November 2021 lalu untuk menggandeng 9 kabupaten/kota, salah satunya Kota Bogor," ujar Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan, Retno Sri Hartati Mulyandari saat mengunjungi lokasi, Senin (28/2).

Dia menjelaskan bahwa program tersebut merupakan salah satu model yang diinginkan oleh Menteri Pertanian agar setiap kabupaten bisa replikasikan prototipe pola kemitraan dengan offtaker sebagai penjamin pasar.

BACA JUGA: Mentan SYL Cek Kesiapan Pasokan Pupuk untuk Penuhi Kebutuhan Petani

"Jadi, petani lebih fokus pada produksi dan hasilnya sudah ada yang menampung karena jejaring pasar dalam dan luar negeri sudah terbangun melalui offtaker,” ungkap Retno.

Dia menambahkan Bojongkerta dipilih karena dinilai sebagai lokasi yang memiliki modal kemauan untuk bertanam.

BACA JUGA: Mentan SYL Tinjau Ketersediaan Sapi Siap Potong di Deli Serdang, Aman

Sementara itu, CEO Minaqu Indonesia Ade Wardhana menilai itu landasan utama menjadikan lokasi tersebut sebagai pilot project mitra penyuplai tanaman hias berorientasi ekspor.

“Mereka memelihara dan memperbanyak selama 3 bulan serta memanen hasilnya dan Minaqu yang membeli," ujar Ade Wardhana.

Model bisnis dengan bekerja sama dengan masyarakat ini, kata Ade, sejatinya amanat dari Menteri Pertanian.

Dia mengatakan Mentan SYL menyampaikan kalimat sederhana kalau potensi itu jangan dipegang sendiri oleh Minaqu.

"Atas dasar itulah kami melakukan kemitraan dengan masyarakat di sekitar,” ujar Ade.

Adanya ide mereplikasi model kerja sama dengan petani lokal, dirasa dirinya bukanlah hal yang sulit.

Hal itu lantaran Indonesia merupakan negara yang memiliki biodiversifikasi dengan kekayaan plasma nutfah masing-masing.

Sehingga bisa memanfaatkan kekhasan plasma nutfah yang dimiliki masing-masing daerah untuk dikembangkan.

“Kami ingin secara bertahap warga bisa mandiri secara bisnis. Jadi, pendampingan selama dua tahun ke depan diharapkan bisa melahirkan pusat tanaman hias yang dapat menyuplai langsung wilayah Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik,” papar Ade.

Lurah Bojongkerta Hari Cahyadi mengatakan pola kemitraan dengan masyarakat petani di lingkungannya ialah wujud pemerintah hadir di tengah masyarakat.

Tujuannya, untuk mengangkat pemberdayaan dan perekonomian masyarakat.

“Alhamdulillah Minaqu menyambut baik dan para petani antusias terlebih mulai dari permodalan, pendampingan hingga proses pemasaran dijamin oleh pihak Minaqu,” ujar Hari.

Dia mengatakan adanya budi daya tanaman hias di green house itu, Bojongkerta mulai banyak dikenal orang.

Bahkan Menteri Pertanian sampai berkunjung untuk melihat prospek tanaman hias di wilayahnya, yang notabene dulunya daerah itu tidak dikenal orang.

“Kami berharap ke depan semua aspek bisnis bisa dikembangkan sendiri dari dalam wilayah. Tagline kami, dari Bojongkerta untuk Bojongkerta, kami ingin mengangkat pemberdayaan ekonomi warga kita,” terang Hari. (mrk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Syahrul Jelaskan Peran Milenial untuk Pertanian Masa Depan


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler