Perdagangan Antarpulau Jatim Surplus Rp 54 Triliun

Senin, 24 April 2017 – 13:50 WIB
Bank Indonesia. Foto: JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah mengatakan, ekspor Jatim masih terpengaruh ketidakpastian kondisi ekonomi dunia.

Salah satunya adalah perlambatan ekonomi di Tiongkok.

BACA JUGA: BI Dorong Nasabah Korporasi Transaksi Hedging

“Jadi, sementara belum tahu pasti bagaimana perkembangan ekspor ke depan, Tapi, yang jelas, perdagangan domestik antarpulau meningkat,’’ ujar Difi, Minggu (23/4).

Berdasar data Kadin Jatim, perdagangan antarpulau Jatim pada tahun lalu tercatat surplus Rp 54 triliun.

BACA JUGA: Respons Pasar Positif, Rupiah Bakal Menguat

Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan surplus pada 2015 Rp 47 triliun. Sementara itu, nilai perdagangan Jatim pada tahun lalu mencapai Rp 290 triliun.

Kendalanya, lanjut Difi, tidak semua perdagangan antarpulau berjalan efisien. Supaya biaya transportasi dan logistik bisa efisien, tingkat keterisian kapal pulang-pergi harus terjaga.

BACA JUGA: Subsidi Elpiji Berpotensi Bengkak Rp 10 Triliun

Apalagi, kegiatan perdagangan itu bersifat business-to-business.

’’Dulu tidak atau jarang ada kapal yang balik dalam kondisi kosong. Nah, hal tersebut perlu dicermati bagaimana (perdagangan antarpulau) bisa lebih efisien. Namun, kami optimistis karena Jatim merupakan daerah produsen,’’ lanjut Difi.

Komoditas Jatim yang dapat diandalkan untuk perdagangan antarpulau, antara lain, beras, gula, dan produk pertanian lain.

Selain itu, Jatim mengirim barang manufaktur seperti pupuk dan semen serta komoditas hasil peternakan.

Upaya menggenjot perdagangan antarpulau bukan untuk mengalihkan kegiatan ekspor yang sudah berjalan.

Lesunya ekspor tidak terlepas dari permintaan pasar luar negeri. ’’Kalau lesu, strateginya mendorong perdagangan dalam negeri,’’ tegasnya.

Upaya mendorong perdagangan dalam negeri juga ditopang e-commerce. Meski belum signifikan, pertumbuhannya terus meningkat.

’’Sebenarnya, ada dua potensi yang harus dikembangkan. Yakni, perdagangan dalam negeri dan pariwisata,’’ ungkapnya.

Keduanya bisa menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi ke depan.

Namun, merealisasikan pariwisata sebagai penopang pertumbuhan ekonomi memang tidak terlepas dari kesiapan infrastruktur.

’’Mestinya dari sekarang disiapkan. Misalnya, jalan tol sebentar lagi selesai,’’ kata Difi. (res/c22/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuartal Pertama, Sektor Industri Melambat


Redaktur & Reporter : Ragil Ugeng Saputro

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler