jpnn.com - DONJUAN, 35, merasa istrinya terlalu hobi mengatur dia dan keluarganya. Makanya, PNS yang dinas di Kota Malang itu langsung memutuskan menggugat istrinya, Karin, 35.
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
BACA JUGA: Duh, Miris Sekali Nasib 825 Satpol PP Ini
Sebelum menikah pasangan suami istri (pasutri) yang tinggal di kawasan Waru, Sidoarjo, terbilang sangat saling mengagumi.
Karin mengagumi Donjuan sebagai pria yang lembut dan mengalah.
BACA JUGA: Didemo Satpol PP, Simak Komentar Mengejutkan Wali Kota Ini
Begitu pula dengan Donjuan yang sangat terpukau dengan Karin yang terkenal punya sifat cerdas, tegas, dan berwibawa.
Kedua pasutri ini mengenal sejak mereka SMP.
BACA JUGA: Lihat nih, Ratusan Satpol PP Demo Wali Kota Tuntut Kejelasan Status
“Dari SMP saya ngefans sama istri. Jadi ketua OSIS, jadi ketua paskibraka. Kalau aku sih di balik layar saja. Nggak aktif banget,” kata Donjuan di Pengadilan Agama, Kamis (15/9).
Karena kekaguman itulah, Donjuan begitu mengejar-ngejar Karin hingga SMA.
Karin yang awalnya jual mahal akhirnya mau menerima cinta Donjuan dengan catatan tidak akan mengekang dia selama berpacaran.
Ternyata, catatan itu masih berlaku usai mereka menikah. Karin merasa dirinya cerdas, tegas, dan bijaksana.
Di kantor, Karin menjadi kepala HRD bank. Di rumah ternyata, Karin pun tetap mau menjadi bos.
Karin menyuruh suaminya, Donjuan untuk mencuci, menyapu, memasak, dan sebagainya.
Urusan rumah tangga Donjuanlah yang mengerjakan.
Sementara, Karin hanya diam. Dia lebih suka menyuruh suaminya untuk semua tugas yang seharusnya menjadi bebannya.
“Saya milih diam saja. Setahun ini protes karena saya ini juga sudah capek. Pergi pulang Malang Sidoarjo, pegel,” kata Donjuan.
Di situlah, awal mula rumah tangga mereka yang awalnya adem ayem mulai terganggu.
Donjuan yang seringkali mendapat wejangan dari tetangga, teman kerja sampai keluarganya menyatakan kalau istrinya terlalu berkuasa.
Donjuan juga dianggap tidak tegas dalam rumah tangga. Sementara itu, Karin justru bersikap menjadi-jadi.
Tak hanya soal rumah tangga yang diatur, Karin juga mengatur hubungan antara Donjuan dan keluarganya.
“Saya tidak boleh ke rumah orang tua saya di Wonorejo. Uang saya dipegang istri semuanya. Kadang untuk biaya berangkat kerja saya tidak punya. Kapok deh punya istri yang sok berkuasa seperti ini,” kata Donjuan.
Alumnus ITS itu pun merasa makin kesal lantaran Karin ogah diajak pindah ke Malang.
Padahal, di Waru mereka itu hanya kontrak. Donjuan sudah dikasih rumah dinas di Malang sehingga tinggal di kota itu dinyatakan akan lebih menghemat.
“Kantor istri juga memperkenankan pindah ke Malang. Istri emang tidak mau pindah, berat meninggalkan Surabaya. Alasannya sih dekat dengan keluarganya di Manukan.”
Saat ini proses talak cerai mereka masih proses sidang.
Pihak Karin tampaknya mengulur-ulur waktu dengan alasan pembagian hasil jualan mobil dan cicilan tanah di Tandes.
“Dia kan yang menceraikan. Jadi ya harus tanggung jawab dong, kalau bisa ngasih harta ke saya. Masak ditinggal glodak gitu,” kata Karin. (*/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buset! Kerugian Negara Lewat Pelabuhan Ini Capai Rp 200 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi