Kepri Bisa Menjaring Yachters Dunia Lewat Festival Bahari dan Sail Karimata

Kamis, 15 September 2016 – 09:01 WIB
Foto/ilustrasi: tripadvisor.com

jpnn.com - JAKARTA – Kepulauan Riau (Kepri) tak ingin kelewatan menangkap potensi wisata yacht. Para yachters dunia pun bakal dihipnotis dengan keindahan alam dan budaya yang tak ada tandingannya melalui  Sail Karimata dan Festival Bahari Kepri 2016.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, event yang akan digelar pada pertengahan Oktober 2016 itu merupakan ajang pembuktian. “Salah satu kekuatan kita memang di bahari. Lihat saja nanti di Sail Karimata dan Festival Bahari Kepri 2016,” kata Arief yang getol mempromosikan Wonderful Indonesia.

BACA JUGA: Demi e-KTP, Terpaksa Membolos Sekolah untuk Antre

Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar yang dipimpin oleh Indroyono Soesilo memang sedang serius menggarap wisata yacht. Kebetulan, Kepri juga menonjol di bahari.

Sungapura yang berdekatan dari Kepri merupakan contoh sukses tentang pengembangan wisata bahari. Padahal, luas negeri jiran itu tak lebih besar dibandingkan Pulau Samosir di Danau Toba.

BACA JUGA: Misteri Kobaran Api di Langit Pesisir Selatan

“Kita benchmark dengan system dan regulasi yang dipakai Singapore, yang base on customers. Mereka sudah menggunakan model marketing 2.0, kita masih berdasar pada product, 1.0,” kata Arief Yahya.

Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti menambahkan, selama ini Singapura meraup banyak devisa dari parkir sekitar 4.000 yacht. Tarifnya rata-rata SGD 1.500.

BACA JUGA: Gawat! Gula Merah Berformalin Beredar di Pasar

“Itu baru tarif parkirnya. Belum termasuk biaya perawatan dan ongkos kebutuhan hidup sehari-hari,” terang Guntur.

Guntur pun mulai coba menganalisa satu per satu. Hasilnya, Guntur mendapat angka pengeluaran USD 123 per orang per hari.

Bila satu yacht berisi tiga pelayar, uang yang mereka keluarkan USD 369 per hari. Biaya tersebut belum termasuk biaya membeli bahan bakar, air bersih, perbaikan kapal, kebersihan, dan kebutuhan dasar lainnya.

“Dan para yachters bisa menetap minimal tiga bulan. Bahkan ada yang sampai satu tahun. Coba dibayangkan berapa potensi uang yang akan beredar di masyarakat bila Kepri disinggahi yachter-yachter dunia? Angkanya pasti lumayan,” bebernya.

Tapi, bukan hanya Singapura yang intens menggarap wisata yacht. Negeri tetangga lainnya, Thailand dan Malaysia juga mulai intens mengembangkan wisata bahari dan menjaring yachters dari seluruh dunia.

Thailand mengembangkan wilayah Phuket sebagai pintu masuk para pelayar dunia. Sedangkan Malaysia mengembangkan Pulau Tioman untuk menjaring  yachters.

“Sekarang kenapa nggak kita geser ke Indonesia? Masuk atau keluar lewat Batam atau Bintan,” papar Guntur.

Sebagai pemikatnya, salah satunya bisa lewat even yacht rally dunia. Tiap tahun selalu ada ribuan kapal yacht yang rutin mengikuti kegiatan reli dari Darwin, Australia dan masuk ke Indonesia dari Kupang.

Selama tiga bulan, para peserta diizinkan mengunjungi beberapa destinasi wisata dengan jalur Kupang, Alor, Lembata, Riung, Makassar, Bali, Karimun Jawa, dan Kumai. Para peserta kemudian keluar dari perairan Indonesia melalui Batam. Bisa juga lewat even Sail Karimata serta Festival Bahari Kepri yang akan digelar pertengahan Oktober 2016.

Guntur menilai Kepri sudah punya modal dasar yang sangat oke untuk menyambut yachter-yachter dunia. Modal kekayaan bahari Kepri sudah fantastis. Ada 2.408 pulau besar dan kecil di Kepri yang bisa disinggahi para yachters.

Belum lagi, Kepri juga punya panorama alam bawah laut yang memesona. Dari mulai Anambas, Pulau Abang, Pulau Petong, Pulau Hantu hingga Pulau Labun, semuanya menyimpan keindahan bawah laut yang wow.

Bila ingin diving dan snorkeling, di sinilah tempatnya. Yachter bisa bebas leluasa mengeksplorasi makhluk laut berwarna-warni dan terumbu karang langka.

Yang membuat Guntur happy adalah regulasinya sudah dibuat sangat simpel. Untuk para yachter, Indonesia sudah menyediakan social culture visa. Masa berlakunya 60 hari dan bisa diperpanjang 4 x 30 hari. Dengan begitu, para yachter bisa berpetualang selama enam bulan di Indonesia

Untuk izin masuk yacht ke perairan Indonesia juga mulai disederhanakan. Kini cukup 3 jam dari sebelumnya 3 minggu pengurusan. Sedangkan Singapura, Malaysia dan Thailand hanya 1 jam saja.

Tinggal klik https://yachters-indonesia.id dan mengisi form yang tersedia, para yachter sudah bisa masuk ke Indonesia. Pengurusan izinnya hanya tiga jam. Sekarang malah sudah ada Peraturan Presiden 105/2015 yang memayungi pengurusan dokumen CIQP (custom, immigration, quarantine, port) di 18 pelabuhan. Yacht dijamin bisa tetap stay di Indonesia selama tiga tahun

Ke-18 pelabuhan yang dimaksud adalah Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), serta Kumai (Kotawaringin Barat). Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak. “Dua dari 18 pintu keluar masuk kapal dan perahu pesiar itu berada di Kepri, yakni Batam dan Bintan,” ungkap Guntur.

Dari dua wilayah tadi, Kepri punya 17 pintu masuk. Jumlahnya terbanyak di Indonesia. Kepri juga  punya zero equator di Lingga yang jadi incaran yachter serta playground yang eksotik di Natuna dan Anambas.

Selain itu sudah ada pula MoU antara Gubernur Kepri dengan Dubes Singapura untuk menjadikan provinsi hasil pemekaran dari Riau itu sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia. Karenanya Guntur sangat optimistis bahwa Kepri mampu mengembangkan wisata yacht  dan menjadi playground yacht dari berbagai negara.

“Kalau di Australia para yachter dihantui ancaman badai dan arus laut yang kencang, Kepri justru menjadi surga wisata bahari. Punya ribuan pulau, terumbu karang dan hutan mangrove dan pulau-pulau kecil nan eksotis. Silahkan datang dan buktikan sendiri di Festival Bahari Kepri dan Sail Karimata 2016,” pungkas Guntur.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau Melihat Lumba-Lumba, Turis di Bali Masuk Jurang dan Meninggal Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler