Kerahkan Saja Anjing Pelacak di Perbatasan!

Selasa, 21 Maret 2017 – 17:38 WIB
Anjing pelacak K9. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Persoalan narkoba sudah menjadi momok meresahkan di Kalimantan Barat (Kalbar).

Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar dianggap masih menjadi jalur favorit penyelundupan narkoba.

BACA JUGA: Mendesak, Dirjen Lapas Dorong Pembentukan LP Khusus

Selain itu, jalur laut juga tidak kalah favorit menjadi sarana peredaran narkotika.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Syarif Abdullah Alkadrie mengatakan, memang banyak keluhan warga terkait maraknya peredaran narkotika yang masuk lewat jalur perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar.

BACA JUGA: Ruangan Kadisnaker Digerebek, Polisi Temukan Bong

Bahkan, kata dia, komplain juga datang dari daerah tetangga seperti Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Menurut Abdullah, mereka mengeluhkan bahwa narkoba yang masuk dari perbatasan RI-Malaysia di Kalbar itu juga diedarkan di Kalteng dan Kalsel.

BACA JUGA: Jaksa Tuntut Kurir 4,4 Kilo Sabu Ini Hanya 20 Tahun

“Perbatasan sudah menjadi pintu masuk untuk penyelundupan narkoba,” kata Syarif kepada jpnn.com, Selasa (21/3).

Karenanya Syarif meminta agar semua border yang ada di Kalbar dijaga ekstra ketat.

Sebab, Syarif menegaskan, narkoba sudah menjadi kejahatan luar biasa atau extraordinary crime.

“Peredaran narkoba ini sudah secara massif, maka harus diberantas dengan tegas. Border yang ada harus diawasi ketat, supaya tidak ada satu pun yang lolos,” ungkapnya.

Dia mengatakan, sudah beberapa kali mengusulkan ke pemerintah pusat agar ditempatkan anjing pelacak untuk membantu upaya pendeteksian dini penyelundupan narkoba.

“Namun, memang belum terealisasi,” tegas Sekretaris Fraksi Partai Nasdem di DPR itu.

Syarif juga meminta agar jalan tikus yang ada di sepanjang perbatasan diawasi ketat.

Bahkan, harus didirikan pos pengawasan supaya penyelundupan narkoba tidak bisa menembusnya.

Masyarakat, kata dia, harus bersama-sama membantu aparat dalam mengawasi peredaran narkoba, terutama dari jalur perbatasan ini.

Dia menegaskan, jika ada oknum aparat yang bermain juga harus ditindak tegas.

“Tidak usah ditolerir dan diberi maaf. Aparat harus punya komitmen tegas,” ungkap dia.

Seperti diketahui, Badan Narkotika Nasional (BNN) menembak mati satu dari empat bandar narkoba di Kubu Raya, Kalbar, Senin (20/3) malam.

Tersangka berinisial AP itu diterjang peluru karena berusaha kabur saat akan ditangkap anak buah Kepala BNN Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Waseso.

Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal (Irjen) Arman Depari mengatakan, awalnya petugas meringkus empat tersangka, Senin (20/3) sekitar pukul 22.30.

Empat tersangka itu diduga menyelundupkan sabu-sabu dari Malaysia lewat jalur perbatasan Entikong, Sanggau-Tebedu, Kuching, Sarawak, Malaysia Timur.

"Selanjutnya narkoba jenis sabu-sabu itu dibawa ke Pontianak," kata Arman, Selasa (21/3).

Mantan Kapolda Kepulauan Riau itu menambahkan, pada saat akan dilakukan penangkapan salah satu tersangka berinisial AP berusaha melarikan diri. Petugas pun mengambil tindakan tegas terhadap tersangka.

"Dilumpuhkan petugas BNN dengan tembakan yang mengenai yang bersangkutan dan akhirnya meninggal dunia," ujar jenderal bintang dua ini.

Berdasarkan data Kepolisian Daerah Kalbar Januari- November 2016, peredaran gelap narkoba sudah mencapai 531 kasus.

Tahun sebelumnya tercatat 250 kasus. Ini berarti ada kenaikan 156 kasus.

Dari 531 kasus, Polda menyita 97,658 kilogram sabu, 63.944 butir happy five di jalur perbatasan darat Kalbar-Malaysia.

Sedangkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Kalbar mengamankan 21,701 Kg sabu.

Bea Cukai tercatat lima kali menggagalkan penyelundupan sabu dari Malaysia ke Indonesia melalui pintu perbatasan. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tujuh Terpidana Hukuman Mati Dipindah ke Nusakambangan


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler