Ketahuilah, 1.200 Pilot Menganggur

Jumat, 26 Januari 2018 – 08:05 WIB
Taruna Penerbang. Ilustrasi Foto: dok JPG

jpnn.com, JAKARTA - Hingga saat ini terdata 1.200 pilot menganggur. Sejumlah persoalan juga membebani pilot pemula atau dikenal penerbang ab initio.

Misalnya, kontrak memberatkan hingga 17 tahun, membayar biaya pelatihan sampai ratusan juta rupiah, hingga lama menunggu proses rekrutmen dan pelatihan.

BACA JUGA: Seribu Lebih Pilot di Indonesia Masih Nganggur

Banyaknya pilot menganggur itu sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. ”Menteri Perhubungan (Menhub) bersuara, itu setelah kami tekan. Kami sudah lama berteriak, tetapi belum ada tindakan konkret,” tutur Ketua satu Ikatan Pilot Indonesia (IPI) Capt Rama Valerino Noya dihubungi INDOPOS (Jawa Pos Group) di Jakarta, Kamis (25/1).

Rama menyebut dari tiga problem yang diajukan ke Kemenhub, yaitu pengangguran pilot, jeratan kontrak pilot, dan banjir pilot asing, baru persoalan pilot nganggur mendapat tanggapan.

BACA JUGA: Kapten Qatar Airways Tak Bermaksud Memfitnah

”Aslinya, lulusan pilot sesuai standar dunia. Jadi, stok pilot ab initio secara kualitas tidak kalah,” ulas Rama.

Hanya, diakui Rama, pilot mancanegara datang ke Indonesia tidak sekadar bermodal dengkul. Pilot-pilot asing setelah lulus menempa diri sehingga menjadi pilot tidak sekadar siap pakai, tetapi lebih dari itu, siap bersaing dengan kompetitor.

BACA JUGA: Shaesta Waiz, Pilot Perempuan Terbang Keliling Dunia Sendirian

”Pilot asing itu, setelah lulus menempuh pendidikan lanjutan dengan biaya USD 32 ribu. Nah, ketika mengambil job di sini, rela digaji murah,” ungkap pilot maskapai Lion Air itu.

Dalam pendidikan lanjutan itu, sambung Rama, pilot-pilot bule, mendapat pendidikan get engineering, full rate sebagai pilot. Sedang, pilot-pilot dalam negeri, tidak mendapat pendidikan lanjutan.

Alasannya, keterbatasan biaya dan tidak adanya dukungan pemerintah dan perusahaan. ”Kami secara berkala melatih pilot ab initio dengan jet training, engine, aerodinamika dan lain-lain secara cuma-cuma,” imbuhnya.

Sejatinya, jelas Rama, awal petaka itu kala edisi 2007 silam. Dunia dirgantara mengalami kekurangan para penerbang.

Untuk memenuhi kekurangan pilot itu, bermunculan sekolah-sekolah penerbangan dan pilot asing berdatangan tanpa kontrol. Efeknya, terjadi kelebihan stok pilot dan persaingan antarpilot tidak terelakkan.

Sesuai mekanisme pasar, kualitas dan biaya murah lebih berpihak pada penerbang luar negeri. ”Secara total ada 10 ribu pilot. Namun, yang aktif sekitar 8 ribu dan aktif di IPI ada 3.200 pilot. Sebaran pilot asing terdata sekitar 545-600 orang. Untuk mengatasi ini, harus ada aturan jelas antara lembaga pendidikan pilot, pemerintah dan operator dalam hal ini persahaan,” tukasnya.

Sementara Capt Syadrah Nababan menambahkan, untuk menyiapkan pilot siap pakai butuh waktu antara 3-6 bulan, dengan biaya tidak sedikit.

“Jadi, intinya terletak pada perencanaan kebutuhan SDM pilot harus baik,” ucap mantan pilot Garuda itu tanpa menyebut angka.

Di sisi lain, bilang Syadrah, ada dilema. Itu menyangkut kelebihan pilot. Di mana, lulusan flying school sudah menumpuk lebih dari 1.600 orang. Itu terjadi menyusul lulusan pilot tidak terserap dan tertampung airlines.

Dengan begitu, kondisi menjadi dilematis dan ironis. Tidak ada cara lain sambung Syadrah, pemerintah melalui Kemenhub, harus melakukan moratorium sekolah pilot dan memberi insentif.

Tindakan itu penting dengan mempermudah airlines menambah atau rute. Tidak kalah penting memperketat penggunaan pilot asing. Paling tidak dilakukan monitor terhadap pilot mancanegara dalam tempo 2 tahun.

Intinya, pemerintah dalam hal ini Kemenhub harus berani bertindak. Karena secara kualitas, pilot lokal tidak kalah. Buktinya, banyak yang diterima di Qatar, Taiwan, dan Korea.

”Masalahnya, apresiasi perusahaan terlalu rendah atas pilot anak bangsa. Di Singapure Airlines gaji pilot asing sama dengan pilot lokal. Namun, di sini, pilot asing digaji 10 kali lipat,” ungkap Syadrah dengan nada tanya. (far)

Sekolah Penerbangan di Indonesia:

1. Aeroline Indonesia, Medan, Sumatera Utara

2. Sumatera Flight Education, Medan, Sumatera Utara

3. LKP Sumatera Flight Education Center, Medan, Sumatera Utara

4. Flybest Flight Academy, Batam City, Riau Islands

5. Sekolah Penerbangan A, Padang, Sumatera Barat

6. SMK Teknologi Penerbangan Indonesia Jambi, Kota Jambi, Jambi

7. Aero Flyer Pilot School, Kota Bengkulu, Bengkulu

8. Sumatera Flight Palembang, Kota Palembang, Sumatera Selatan

9. NAM Flying School, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung

10. PSPP Lampung, Kota Bandar Lampung, Lampung

11. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Tangerang, Banten

12. Bandung Pilot Academy, Kota Bandung, Jawa Barat

13. Eagle Air Indonesia, Jakarta Utara, Jakarta

14. Alfa Flying School, Jakarta Timur, Jakarta

15. Garuda Indonesia Training Centre, Jakarta Barat, Jakarta

16. Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta, Bantul, DIJ

17. Pelita Nusa Aviation | Indonesian Airline Academy, Mergangsan, DIJ

18. Flops Penerbang STPI, Cilacap, Jawa Tengah

19. Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Bantul, DIJ

20. Akademi Angkatan Udara, Berbah, DIJ

21. Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi, Jawa Timur

22. Lombok Institute of Flight Technology (LIFT), Kota Mataram, NTB

23. Aviasi Nusantara (Sekolah Penerbangan dan Public Relations), Manado, Sulut

24. Kampus Baru ATKP Makassar - Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan (ATKP), Makassar, Sulsel

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nih Lihat, Dua Pilot Muda Papua Ikut Ramaikan Dunia Penerbangan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler