Ketua MPR Dukung Kongres Kebudayaan Minangkabau

Selasa, 24 Agustus 2010 – 15:41 WIB
JAKARTA - Ketua MPR RI Taufiq Kiemas Dt Basa Batuah meminta berbagai pihak untuk memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Kongres Kebudayaan MinangkabauKegiatan itu rencananya akan diselenggarakan pada 23-24 September 2010 mendatang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar).

"Kongres Kebudayaan Minangkabau ini sangat menarik dan strategis

BACA JUGA: Napi Korupsi Diringankan, KPK Bakal Perberat Tuntutan

Untuk itu, seluruh pimpinan MPR meminta berbagai pihak untuk memberikan dukungan demi suksesnya penyelenggaraan kongres," kata Taufiq Kiemas, didampingi dua Wakil Ketua MPR masing-masing Ahmad Farhan Hamid dan Hj Melani Leimena Suharli, saat menerima panitia kongres yang dipimpin Ketua Umum Gebu Minang, Mayjen TNI (Purn) Asril Tandjung, di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (24/8).

Sebagai sumber inspirasi dan soko guru demokrasi di Indonesia, lanjut Taufiq, adalah tepat bagi masyarakat Minangkabau untuk segera menyelenggarakan kongres kebudayaan, sebagai respon terhadap nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme yang terus bergerak
"Sejarah mencatat, Minangkabau adalah inspirasi pergerakan kemerdekaan dan demokrasi

BACA JUGA: Mahfudz Kecewa dengan Tiga Lembaga Penegak Hukum

Setelah 65 tahun bangsa ini merdeka, maka sudah waktunya bagi masyarakat Minang untuk menyempurnakan nilai-nilai demokrasi dan nasionalismenya kembali," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Taufiq Kiemas pula, jangan sampai acara kongres kebudayaan ini terganggu atau batal, hanya karena hal-hal teknis yang secara substansif tak ada kaitannya dengan tema utama kongres, yakni "Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah" (ABS-SBK, Red).

Di tempat yang sama, Ketua SC Kongres, DR Saafroeddin Bahar, mengakui bahwa saat ini mulai ada gerakan dari beberapa pihak di Sumbar untuk menggagalkan kongres ini
"Namun argumentasi mereka sangat subjektif, karena sebatas mempertanyakan kenapa harus orang rantau yang mengangkat tema ABS-SBK," ujar Saaf - sapaan akrabnya.

Selain itu, Saafroeddin juga mengungkap prasangka lain yang didengung-dengungkan pengkritik kongres, yakni bahwa kongres kebudayaan ini serta-merta akan merubah adat orang Minangkabau

BACA JUGA: Polisi Bekuk Pelaku Pembunuhan Wartawan di Tual

"Padahal, disadari atau tidak, pasca tahun 1958, sesungguhnya kondisi riil orang Minang itu mengalami kemunduran yang sangat luar biasaKongres Kebudayaan Minangkabau ini ditujukan sebagai salah satu upaya memperbaiki keadaan," tegasnya.

Soal adanya upaya menggagalkan kongres, juga diungkap oleh Ketua Umum Gebu Minang, Asril Tandjung, dalam pertemuan dengan pimpinan MPR itu"Ada memang saudara-saudara kita yang telah menulis surat kepada Mendagri dan Gubernur Sumbar, meminta agar Kongres Kebudayaan Minangkabau digagalkan," katanya.

Sejumlah alasan yang mereka ajukan untuk menggagalkan kongres tersebut, kata Asril, antara lain adalah adanya kecurigaan bahwa kongres pada akhirnya akan membentuk organisasi tanding Lembaga Kerabatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)"Saya pikir itu satu kecemasan yang tidak punya alasan rasionalJadi, sulit juga kita menerangkannya, karena secara bersamaan kami belum pernah diberi kesempatan oleh pihak-pihak yang kontra untuk menerangkannya secara langsung," pungkas Asril(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembela Anggodo Tegaskan KPK Bukan Malaikat Suci


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler