Kiprah Bamsoet sudah Matang, Layak Gantikan Airlangga Hartarto Pimpin Partai Golkar

Rabu, 14 Agustus 2019 – 22:43 WIB
Ketua DPR Bambang Soesatyo. Foto: boy/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Gaya komunikasi dan pola kepemimpinan Bambang Soesatyo dianggap sudah matang untuk mengisi pimpinan Golkar. Dengan modal itu, pria yang akrab disapa Bamsoet itu bisa menggantikan posisi Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Golkar.

Pengamat politik Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengatakan, Bamsoet merupakan contoh politikus andal karena diterima cukup baik di internal maupun eksternal Golkar. Bamsoet, kata Karyono, dikenal sangat baik sehingga mudah diterima orang banyak.

BACA JUGA: Golkar Kurang Happy Demokrat Masuk Kabinet Jokowi?

BACA JUGA: Indonesia 1 vs 1 Myanmar: Bagas Kaffa Cs Pastikan Juara Grup A Piala AFF U-18

"Rekam jejak dan pengalamannya cukup panjang mulai dari pengusaha, pimpinan organisasi massa dan organisasi profesional, pimpinan partai, hingga saat ini mengemban tugas sebagai Ketua DPR. Rekam jejak ini bisa jadi modal untuk memimpin Golkar," kata Karyono saat dihubungi, Rabu (14/8).

BACA JUGA: Bamsoet: Airlangga dan Pendukungnya Menghendaki Munas Tetap Desember

Bamsoet merupakan kader lama di partai berlambang beringin itu. Pada awal dirinya masuk ke Golkar pada 2008, Bamsoet langsung dipercaya menjadi Wakil Bendahara Umum DPP.

Setelah itu, dia terpilih menjadi anggota DPR RI Periode 2009-2014 dan duduk di Komisi III. Pada Januari 2018, Bamsoet kemudian didapuk sebagai Ketua DPR RI menggantikan Setya Novanto.

BACA JUGA: Airlangga Wajib Jamin Majelis Etik Tidak Monopoli Bursa Caketum Golkar

Rekam jejak Bamsoet yang mumpuni bisa membuat dirinya sukses jika memimpin Golkar. Sebagai informasi, Bamsoet telah digadang-gadang sebagai calon ketua umum Golkar menggantikan Airlangga Hartarto.

Desakan pergantian ketua umum mengemuka terlebih setelah Golkar gagal mencapai target perolehan suara di Pemilu legislatif 2019. Hal ini diperparah dengan menurunnya perolehan suara Golkar di Pileg 2019 dibanding Pileg 2014.

Pada pemilu 2014, Golkar mendapat 14,7 persen suara dan menjadi peraih suara terbanyak kedua. Akan tetapi, suara Golkar merosot hingga 12,31 persen pada Pileg 2019. Perolehan itu di bawah suara PDI Perjuangan yang meraih 19,33 persen dan Gerindra dengan 12,57 persen.

BACA JUGA: The Jakmania: Kami Kecewa Ferry Paulus, Persija Kami Buruk Sekali

Menurut Karyono, penurunan suara Golkar di Pemilu 2019 tak bisa dilepas dari tantangan yang dihadapi partai tersebut. Belum lagi banyak elite dan kader yang terjerat kasus korupsi.

"Tantangan Golkar semakin berat. Salah satunya diterpa sejumlah skandal korupsi yang menjerat beberapa kader utama. Selain itu, Golkar dihadapkan pada situasi politik yang sulit, akibat konflik internal yang terjadi sebelumnya," tutup dia. (tan/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tepis Anggapan Bamsoet, Airlangga Tegaskan Munas Golkar Selalu Bulan Desember


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler