Kisah Bang Jo, sang Jubir Sejati KPK

Sabtu, 02 Januari 2016 – 15:00 WIB
Johan Budi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - NAMA Johan Budi tampaknya lekat dalam ingatan masyarakat penikmat berita di media massa, sejak mantan wartawan itu menempati posisi sebagai juru bicara KPK pada 2006 hingga 2014.

Wajah Bang Jo -sapaan akrab pemilik nama lengkah Johan Budi Sapto Prabowo- kerap muncul di televisi menyampaikan perkembangan kegiatan penanganan kasus di KPK dalam setiap jumpa pers.

BACA JUGA: Melibatkan Pemuda-Pemudi, Perang Berlangsung 45 Menit

Pada Februari 2015, Johan resmi dilantik Presiden Joko Widodo sebagai pelaksana tugas (plt) pimpinan KPK bersama Taufiequrrahman Ruki dan Indriyanto Seno Adji. Itu seiring penetapan tersangka dua pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Mabes Polri.

Sejak saat itu, Johan memang tidak lagi menjabat sebagai jubir. Ada Priharsa Nugraha, kepala bagian pemberitaan dan publikasi KPK yang kemudian diutus untuk menjadi jubir sementara saat memberikan keterangan pers kepada awak media.

BACA JUGA: Belum Punya Momongan? Simak Aplikasi Temuan dr Budi Wiweko Ini

Namun sepertinya, sosok Johan yang piawai berkomunikasi dan pembawaannya yang tidak kaku membuatnya tak bisa begitu saja menanggalkan peran sebagai juru bicara sejati KPK.

Dalam beberapa kesempatan menggelar konferensi pers, Johan-lah yang selalu mewakili pimpinan lain untuk berbicara di depan wartawan. Taufiequrrahman Ruki-lah yang memintanya melakukan itu, pimpinan merangkap jubir.

BACA JUGA: Kisah General Manager Kelimpungan Soal Video Mesum Aura Kasih

Dinamika pun terjadi di lembaga antirasuah. Tak lama setelah dilantik, pimpinan di bawah komando Ruki ternyata melimpahkan perkara dugaan korupsi yang menjerat Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka ke Kejaksaan Agung. Dan dari kejaksaan, kasus itu dikembalikan ke Polri yang kemudian menyatakan berkas kasus BG tak memenuhi syarat untuk lanjut ke penyidikan.

Usai pelimpahan itu, ratusan pegawai KPK melayangkan protes. Lucunya, saat itu Ruki justru ikut menanda tangani aksi protes itu bersama para pegawai. Padahal, pelimpahan kasus BG terjadi atas persetujuan Ruki sebagai ketua sementara KPK.

Seminggu setelah pelimpahan kasus BG ke kejaksaan, KPK mendapatkan hadiah karangan bunga dari pengirim misterius. Karangan bunga itu adalah ucapan terima kasih atas dagelan yang diberikan pimpinan KPK usai melimpahkan kasus BG. Tak satu pun yang mengetahui siapa pengirim bunga tersebut.

Namun, tiga bulan berselang, pertanyaan itu terjawab setelah sosok Priharsa Nugraha tak lagi terlihat di sekitar KPK. Dia tidak lagi bisa ditemui wartawan untuk sekadar mengonfirmasi jadwal pemeriksaan dan memberikan keterangan pers.

Sosoknya kemudian digantikan oleh Yuyuk Andriati, pelaksana harian kepala biro humas KPK yang didapuk sebagai juru bicara baru.

Informasi dihimpun, gaya kepemimpinan Ruki membuat Priharsa dan beberapa pegawai di KPK dirumahkan untuk sementara. Ya, belakangan diketahui bahwa pegawai KPK sendiri yang mengirimkan karangan bunga untuk pimpinan pada Februari 2015 lalu. Termasuk Priharsa Nugraha yang turut melayangkan aksi protes tersebut.

Karena aksi protes itu, deputi pengawas internal (PI) memeriksa sejumlah pegawai dan meminta keterangan soal motif pengiriman karangan bunga. Hasilnya, Ruki pun menjatuhkan sanksi skors selama kepada Priharsa dan beberapa rekannya. Bahkan, satu orang disebutkan langsung dipecat setelah terbukti sebagai pemrakarsa pengiriman bunga itu.

Kini Priharsa sudah kembali aktif di KPK. Namun, posisi juru bicara dipegang oleh Yuyuk. Berbeda dengan Johan Budi dan Priharsa yang lebih luwes dan santai saat memberikan keterangan pers, Yuyuk terlihat lebih kaku dan beberapa kali belum menguasai materi yang akan disampaikan kepada media.

Rupanya, sosok seperti Johan Budi sulit dicari. Pemaparannya yang sering kali normatif namun cukup memberikan pencerahan kepada wartawan, tak pelit berbagi informasi, dan penuh canda itu belum ditemukan lagi pada sosok juru bicara setelahnya.

Setelah pada 17 Desember lalu dinyatakan tersingkir dari persaingan calon pimpinan baru, Johan memilih mengundurkan diri dari KPK. Lembaga yang selama sepuluh tahun membesarkan namanya, lembaga yang melekat erat dalam dirinya hingga Johan disebut ikon.

Kepada wartawan Johan mengaku, tugasnya di KPK sudah cukup. Dia ingin kembali ke dunia asalnya sebelum mengabdi di lembaga antikorupsi.

"Saya mau kembali meneruskan hobi saya untuk tulis-menulis," kata Johan saat menyatakan akan keluar dari KPK. (put/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Serba Bisa, Karya Fadriah Syuaib Jadi Koleksi Warga Italia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler