Kisah "Bang Toyib" yang Tak Mudik Selama 19 Tahun

Sabtu, 18 Juli 2015 – 05:05 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - Hari raya Idul Fitri adalah momen bagi semua orang untuk berhimpun bersama keluarga besar dan tercinta. Namun, keinginan tersebut hanya menjadi khayalan bagi Surojo, salah seorang pekerja di Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan (KPNP) Tarakan. 

-------ELDWIN BL SANGGA, Tarakan---------

BACA JUGA: Rayakan Idul Fitri dengan Mercon, Rumah Penjual Bensin Ludes Terbakar

PERTEMUAN saya dengan Surojo sangat sederhana. Saya datang menyambangi kantor KPNP Tarakan hendak mewawancarai salah satu petugas yang saat itu sedang bertugas. Turun dari mobil, Surojo sudah memberikan sinyal baik. Dari kejauhan Surojo menembar senyuman yang saya yakin itu adalah ciri khasnya, ramah kala bertemu dengan siapa pun.

Saya tak pernah berjanjian untuk bertemu. Apalagi untuk diwawancarai. Bertemu Surojo pun baru kali pertama. Ketika Surojo melangkahkan kaki ke arah saya (saat itu berdiri dekat pintu utama, Red.), itulah awal permulaan kami membuka perbincangan. Sempat Surojo menolak untuk diwawancarai. 

BACA JUGA: Ratusan Penumpang Lebaran di Pelabuhan Lantaran Kapal Kandas

Sebab, pimpinannya saat itu tidak sedang berada di tempat. Saya terus melakukan penjelasan, terkait masalah yang akan saya tanyakan ke dia. Akhirnya, Surojo bersedia diwawancarai. Karena sudah begitu yakin dengan saya, Surojo mengisahkan semua pengalamannya saat Lebaran tak bisa mudik seperti orang pada umumnya.

Di ruang kerja yang terlihat sederhana, perlahan Surojo menceritakan suka dukanya ia bekerja sebagai Air Traffic Service Engeneering Suport di KPNP Tarakan. Dia menyadari pekerjaan yang sedang ia tekuni pasti akan jarang bertemu keluarga, terutama orang tua yang berada di kota pendidikan, Jogjakarta. 

BACA JUGA: Bentrok Desa di Bengkulu, Kades: Persoalannya Sudah Sejak Lima Bulan Lalu

Yang harus dilewatkan Surojo momen Lebaran ialah sungkeman (cium tangan kedua orang tua pada tradisi Jawa). Itu salah satu tradisi yang wajib dilakukan anak kepada orang tua saat Lebaran. Pasti, Surojo sangat menyesali itu. 

Selama bekerja, hanya sekali saja Surojo melakukan mudik dan merayakan Lebaran bersama orang tua di Jogjakarta, yakni tahun 2008.
Sebenarnya, yang membuat Surojo 'haus' akan merayakan Lebaran bersama keluarga besar di Jogjakarta, berbagai macam hal. 

Di samping harus mendedikasikan kepada instansi utamanya kepada negara karena berkaitan dengan penerbangan, juga penundaan akibat belum diberikan izin. Ada juga sebab Surojo dan keluarga kecilnya (istri dan anak, Red.) tak melakukan mudik ke kampung halaman, karena pernah kehabisan tiket transportasi di waktu Surojo memiliki waktu lebih untuk bersantai.

Juga salah satu alasan tak pernah mudik salama 19 tahun, di tempat Surojo bekerja Sumber Daya Manusia (SDM) khusus di disvisinya sangat minim. Hanya ada tiga orang. Dan saat ini salah satu rekannya telah mengambil waktu cuti. Tak mungkin lagi Surojo bisa mengajukan cuti kepada pimpinan dengan meninggalkan satu rekannya bekerja sendirian.

"Kalau saya ambil cuti, pada saat ada kebutuhan yang sangat mendesak dan darurat baru saya ambil cuti," ucap Surojo dengan nada yang santai dan senyuman khasnya, Jumat (17/7).

Surojo pun menjelaskan pekerjaan yang ditekuninya selama 19 tahun ini. Di unit KPNP atau Air Nav, Surojo bertugas menjamin keberlangsungan kelistrikkan untuk navigasi penerbangan. Tidak terkait dengan listrik untuk umum, eksklusif hanya untuk layanan navigasi udara.

"Kalau seandainya ada trouble  di sini, pesawat tidak bakal bisa kontek sama sekali, hilang kontek sama sekali. Karena menggunakan radar dan dimonitor dari situ," jelasnya sangat serius.

Lantaran tak pernah mudik, istri dan 3 orang buah hati selalu bertanya tiap menjelang Lebaran. Pertanyaan yang diajukan juga tak pernah berubah, selalu sama yang terlontar dari mulut keluarga kecilnya. "Pak, kapan kita mudik kayak yang di dalam televisi?" tanya buah hati pertama Surojo, begitu dia menirukan.

Surojo pun tak kehabisan akal dalam menjawab pertanyaan dari buah hatinya. Dengan santai ia menjawab, "Makanya kita harus rajin dan banyak menabung biar bisa memenuhi semua kebutuhan dan bisa mudik tahun depan". 

Karena sudah pengalaman selama 19 tahun tidak mudik dan Lebaran di kampung halaman, kalau tidak jadi mudik tahun depan, biasanya Surojo mengakali dengan terus memberikan anak semangat mudiknya tahun depan lagi.

Harapan terbesar Surojo di momen Lebaran tahun ini, bisa bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar, terutama kepada kedua orang tua yang saat ini sedang menikmati masa tua. "Saya ingin bertemu kedua orang tua bersama istri dan anak-anak saya," lirih Surojo penuh harap. (asm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Antar Warga Bentrok, Satu Unit Sepeda Motor Dibakar, Polisi Lepas Tujuh Tembakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler