jpnn.com - Suasana Pantai Tanjung Kelayang, Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung pada Senin malam (7/3) tampak berbeda. Sebuah panggung dengan pelataran yang cukup luas sudah dipersiapkan ciamik dengan lantai berwarna-warni. Itu dibuat khusus demi pertunjukkan tarian kolosal 100 penari Belitung untuk menyambut Gerhana Matahari Total (GMT).
Natalia Laurens, Belitung
BACA JUGA: HEBOH: Bocah SMP Sendirian Urus Kakek Lumpuh dan Paman Gangguan Jiwa
Ratusan penari itu terdiri dari pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Belitung. Ini tidak sekadar tarian kolosal belaka. Tapi memiliki arti khusus. Dengan lincah, lihai dan gemulai para penari perempuan dan laki-laki menunjukkan pergerakan bersatunya matahari, bulan dan bumi sehingga terjadi gerhana. Mereka membawa sebuah benda berbentuk bulat dan berwarna mengkilap, cukup menyilaukan mata yang diibaratkan sebagai matahari.
Instrumen ala kolosal yang mengiringi tarian itu berhasil membius ratusan warga dan wisatawan yang menyaksikannya.
BACA JUGA: Kacamata Terbesar untuk Melihat GMT, Pemakainya Bakal Terkejut
“Merinding lihat tariannya. Bagus sekali,” ujar Lina, warga asal Jakarta yang datang khusus ke Kelayang demi menanti gerhana matahari total (GMT).
Dalam tarian ini, penari juga membawa dua potongan kayu kecil. Kayu-kayu itu menggambarkan warga yang memukul gentong untuk mengusir hal-hal jahat terjadi saat terjadi fenomena alam. Tidak ada cerita khusus dengan adanya pukul gentong tersebut. Itu hanya kebiasaan warga di kampung pada umumnya ketika terjadi sebuah kekacauan atau hal buruk sedang terjadi. Diharapkan tidak ada hal buruk terjadi saat gerhana matahari total tersebut.
BACA JUGA: Cerita Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total
Ratusan kamera warga dan wisatawan pun sigap mengabadikan tarian kolosal yang apik tersebut. Tarian ini juga semakin menarik karena para penari memakai kostum tarian modern dengan variasi warna, aksesoris dan didukung oleh riasan wajah yang unik.
Warna merah tua, kuning, hijau dan hitam menjadi pilihan kostum para penari.
“Ini bagian dari festival budaya yang sudah kami siapkan dari hari-hari sebelumnya,” ujar Gubernur Kepulauan Babel, Rustam Effendi di sela-sela menyaksikan acara tersebut. Ia mengatakan, tarian ini menunjukkan, masyarakat Belitung sudah menyambut dengan antusias hadirnya fenomena alam tersebut.
Acara malam itu, bukan hanya tarian kolosal. Ada juga pertunjukkan musik modern dengan membawakan lagu-lagu hits. Untuk mala mini, mereka membawakan lagu-lagu reggae untuk menghibur wisatawan yang sudah sejak pekan lalu, memenuhi Kota Tanjung Pandan, Belitung. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ironi Naga Mekes jadi Naga Loyo
Redaktur : Tim Redaksi