Kisah Guru Gagah Berani Terjang Api Besar Demi Ijazah dan SK PNS

Rabu, 14 Desember 2016 – 01:42 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - SAMPIT – Pendie Delik hanya bisa meratapi kebakaran yang menghanguskan rumahnya di Jalan Tjilik Riwut, Desa Patai, Kecamatan Cempaga, ludes dilalap api, Minggu (11/12).

Guru sekolah dasar itu kehilangan banyak harta berharga.

BACA JUGA: Anak Dihajar Bapak Karena Minta Uang, Kepala Dibenturkan ke Lantai

Insiden itu bahkan nyaris membakar hidup-hidup sang pemilik rumah.

Namun, dia sempat nekat menerjang api untuk menyelamatkan dokumen penting.

BACA JUGA: Misteri Percikan Air Misterius Saat Bocah Lugu Hilang

Pendie menuturkan, saat itu dia sedang di rumah.

Tiba-tiba muncul percikan api dari kabel listrik di plafon.

BACA JUGA: Andi Tinggalkan Partai Golkar

Dalam sekejap, api menyambar kayu di sekitarnya dan membesar dengan cepat.

Pendie pun refleks keluar rumah menyelamatkan diri.

Namun, karena teringat banyak dokumen penting, dia kembali masuk ke dalam rumah.

”Tanpa sadar api sudah besar. Mau ke kamar mengambil berkas-berkas, SK PNS, ijazah, dan lainnya. Belum sempat, sudah dikepung api duluan. Karena asap yang menyulitkan saya bernapas, saya lari ke kamar mandi,” katanya sebagaimana dilansir laman Radar Sampit, Selasa (11312).

Dengan bertaruh nyawa, Pendie berusaha menyelamatkan diri.

Saat itu, sudah tidak ada jalan aman baginya untuk keluar dari kobaran api yang membakar rumah semi permanen tersebut.

Tanpa pikir panjang, Pendie berulang kali menendang dinding seng di kamar mandi.

Meski kaki kanannya akhirnya terluka, dia tetap menendang dinding itu.

”Saya berhasil keluar dari kamar mandi itu. Ketika itu masih belum terasa kalau tubuh terbakar. Melihat api, saya mencoba memadamkannya. Namun, tidak banyak yang bisa dilakukan,” jelasnya.

Lingkungan di sekitar Pendie saat itu masih sepi.

Sebab, kebanyakan warga bepergian untuk berbelanja di hari libur bersama keluarga masing-masing.

Ketika kobaran api sudah menghanguskan rumah berukuran sekitar 30x10 meter hasil jerih payahnya bertahun-tahun itu, baru sedikit warga yang mengetahui.

Pemadaman dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

Pendie berharap ada bantuan untuk mengurangi beban yang harus ditanggungnya. Pasalnya, dia masih harus menanggung hidup empat anak dan cucunya.

”Saya sudah berusaha menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Dengan berlari mau menyelamatkan dompet saja tidak sempat, terbakar juga. Semua ini memang musibah,” ujarnya. (mir/dc/ign/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolda Perintahkan Babinsa Kunjungi Lima Rumah per Hari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler