jpnn.com - WANITA berusia setengah abad ini tampak bersemangat. Mama Alegonda, berjualan sagu di tengah persaingan yang begitu ketat dengan banyaknya penjual sagu di sudut Kota Timika, Mimika, Papua. Hal itu harus dilakoninya, demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya dan ketiga anak yatim yang dia asuh.
Hanawiah/Radar Timika
BACA JUGA: Kematian Suami jadi Titik Balik Kehidupan Sulastri
Jumat (29/7) sekitar pukul 9.00 WIT pagi, Radar Timika mengunjungi Pasar Gorong-gorong. Pasar yang dimana penjual sayuran, ikan sagu dan lainnya didominasi mama mama dari Suku Kamoro. Pasar ini berada di pintu masuk ke area kerja PT Freeport Indonesia di mana terdapat terminal bus dari dan ke Tembagapura pulang dan pergi.
Pasar ini setiap harinya sangat ramai dijejali warga yang ingin mendapatkan ikan segar, sayuran, dan kebutuhan dapur lain termasuk sagu yang dikemas dalam daun sagu yang dalam bahasa setempat disebut Tumang.
BACA JUGA: Dilepas Dengan Upacara Pedang Pora, Kepergian Jonan Ditangisi..
Dari jauh, tampak seorang mama dengan rambut yang pendek, duduk di kursi kayu seadanya dan beratap tenda, dengan meja kayu yang berisi sagu sebagai jualannya.
Curah hujan tidak mengurungkan niat mama ini, dia semangat berjualan. Dengan senyum yang ceriah di wajahnya, Mama Alegonda sapaan akrabnya, menyambut kedatangan kami dan mempersilakan berteduh sejenak di bawah tenda miliknya.
BACA JUGA: Rudi Soedjarwo Jual Rumahnya yang Megah, Rp 45 Miliar!
“Saya sudah berjualan sagu di sini selama lima tahun, tetapi saya berjualan mulai dari awal pasar tabakar (terbakar). Pasar Koperapoka dua kali terbakar, tapi tetap semangat berjualan tanpa mendapatkan bantuan dari siapa-siapa. Baik dari LSM, Lemasko sebagai pendonor dana dari masyarakat Kamoro, dari LPMAK apalagi dari pemerintah daerah. Semua dana yang saya gunakan merupakan dana pribadi,’’uangkap Mama Alegondo Nokoro.
Sesekali Mama Alegonda merapikan sagu jualannya. Mama Aligonda yang merupakan putri asli Kamoro ini menceritakan awal mulanya berjualan sagu, karena melihat potensi sangat besar berjualan sagu, mengingat sagu merupakan makanan pokok orang pribumi.
Dengan modal kecil-kecilan Mama Alegonda mengembangkan usahanya dengan menjual sagu. Dia bahkan sudah melewati beberapa kali fase bangkrut, sehingga dia harus turun cari ikan, cari sayur untuk dijual dan dijadikan modal usaha sagu kembali.
Sebenarnya Mama Alegonda ini memiliki suami pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memiliki 7 anak yang sudah mulai bisa mencari uang sendiri. Akan tetapi itu bukan alasannya bermalas-malasan. Masih ada hal lain yang membuatnya tetap semangat di usianya yang sudah setenga abad.
Di rumahnya, Mama Alegonda memiliki tiga anak yatim piatu yang diangkat setelah orang tuanya meninggal. Karena tingginya rasa kasihan maka dengan penuh semangat Mama Alegonda mengambil dan mengasuh mereka, tanpa membedakannya dengan anak kandungnya.
Mungkin itulah yang selalu membuat semangat terus menggebu, karena ingin anak-anak yatim ini melanjutkan sekolah yang sekarang sudah duduk di bangku SD dan SMP. Dia tidak ingin mereka putus sekolah dengan alasan tidak ada biaya.
Sedikit bercerita, berjualan sagu juga memiliki banyak suka duka. Sukanya ketika musim kemarau sagu murah dan kualitasnya tinggi, sehingga orang datang berbondong-bondong membeli.
“Akan tetapi ada juga duka saat seperti sekarang ini musim hujan, sagu mahal dan kurang bagus sehingga harus memilih yang terbaik, meskipun mahal demi kenyamanan pelanggan,” katanya sedikit gunakan istilah ekonomi.
Dengan pendapatan yang tidak pernah menentu, Aama Alegonda tidak pernah mengeluh apalagi menargetkan harus mendapat banyak. Karena bagi dia yang penting ada untung sedikit yang didapatkan dari apa yang dijual itu, sudah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan juga untuk biaya anak asuhnya.
Di wajahnya tidak tampak rasa lelah maupun lesu. Yang ada hanyalah semangat yang tak henti dengan harapan, usaha jual sagunya ini bisa berkembang lebih baik lagi, untuk membantu biaya hidupnya ke depan. (**)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Archandra Tahar, Rapor Dihiasi Angka 10, dapat Istri Dijodohkan Teman
Redaktur : Tim Redaksi