Kisah Pilu Istri Pejuang

Jumat, 18 November 2011 – 09:27 WIB

Perjuangan tak pernah usaiSejak dulu berjuang merebut kemerdekaan bangsa dari tangan para penjajah

BACA JUGA: Berkunjung ke Markas Besar Twitter dan Google di San Fransisco

Kini pun masih terus berjuang
Namun, tak lagi dengan cara yang sama

BACA JUGA: Upaya KPH Anglingkusumo Perjuangkan Paku Alam VIII Jadi Pahlawan Nasional

"Asalkan masih bisa makan," itulah perjuangan yang tengah dilakukan Sofiah, istri veteran yang nyaris tak pernah dianggap sebagai pejuang.

Laporan: NADIA YULIANA

Sofiah, janda 76 tahun yang tinggal di Kampung Pasarebo Udik, RT 04/08, Desa Gunungbunder Dua, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, mulai berani menyuarakan deritanya sebagai istri dari mantan prajurit tentara angkatan darat
Bukan karena ia tak terima bahwa suaminya mati di medan perang

BACA JUGA: Mengunjungi Bicycle Heaven, Surganya Sepeda di Kota Pittsburgh

Bukan pula karena ia merasa menyesal karena dilahirkan di masa penjajahan

Tapi, wanita yang sejak dua tahun lalu indera penglihatannya sudah tak berfungsi itu, hanya ingin sedikit dilihat dan dikenang sebagai salah satu manusia yang turut menghadiahi putra-putri Indonesia dengan kado kemerdekaan.

Suami Sofiah, Etong Sobana adalah Tentara Siliwangi dari Batalyon Siluman AW-3Dia gugur ditembak penjajah, tepat dua hari setelah bebas dari aksi penyekapan di Lubang Buaya bersama istri dan rekan-rekannyaDia ditembak di Jampang Surade saat akan membawakan makanan bagi para prajurit lain, tahun 1965

Jelas, hati istri mana yang tidak merana ditinggal sang suamiSementara ada tiga anak yang harus dibesarkannya seorang diriDerita Sofiah, yang juga dikenal dengan sebutan Mak Piyah itu semakin memuncak ketika mengurus jatah pensiun suaminyaDia kaget bukan kepalang karena almarhum suami tercintanya hanya dipangkati prajurit dalam surat pensiunPadahal, saat masih berjuang, pangkatnya sudah letnan

Kini, semua anak Sofiah, yakni Ujang, Yayah dan Iis sudah menyusul ayahnya menghadap Sang IlahiTinggallah Sofiah seorang diri menumpang di rumah cucu-cucunyaSebagai istri veteran, Sofiah tak pernah merasakan ingar-bingar Hari PahlawanJangankan mendapat uang kadeudeuh, diundang dalam kegiatan veteran pun tak pernah.

Dengan hasil pensiun almarhum suaminya sebesar Rp900 ribu per bulan, Sofiah berusaha tak menyusahkan cucu dan cicit-cicitnyaTapi apalah daya, sejak empat tahun lalu, jatah pensiunnya terpaksa harus dipotong pihak bank sebesar Rp580 ribu per bulan untuk membayar utangnyaMaka tinggallah Rp320 ribu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari“Ya, yang penting ada untuk makan,” kata Sofiah lirih.

Di masa silam, ia tak hanya berperan sebagai istri tentara yang mendukung pergerakan suaminya dari rumahIa juga turut turun tangan memperebutkan kemerdekaan dan menunjang ekonomi keluargaDia pernah mengabdikan diri di Istana Bogor sebagai pembantuSelain itu, pernah menjadi pengasuh Presiden Megawati Soekarno Putri saat masih kanak-kanakNamun, semua itu hanya bisa dikenangnya seorang diri(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Komunitas Tintin Indonesia, Kumpulan Pencinta Komik Petualangan Tintin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler