Mappa Baru Sadar, Ini kisah tentang warga yang tinggal di sebuah kawasan terpencil yang berbatasan dengan MalaysiaDi sana, setidaknya ada dua rumah yang dibangun di atas lahan dua negara
BACA JUGA: Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan
Bagian depan masuk Indonesia, bagian dapur masuk Malaysia----------------------------------------
UWAYS ALQADRIE, Nunukan
-----------------------------------------
KAWASAN perbatasan itu ada di Pulau Sebatik
BACA JUGA: Keluarga Antasari Serbaputih, Ada Pengunjung Bawa Badik
Ini adalah sebuah pulau yang terletak di timur laut Kalimantan dan dibagi menjadi dua bagianBACA JUGA: Siapkan Suvenir Khusus, Murid-murid Rutin Latihan Seni
Sedangkan bagian selatan merupakan wilayah Indonesia, ikut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (Kaltim)Sejak 2004, Sebatik yang dipecah menjadi dua (Kecamatan Sebatik Barat dan Sebatik Induk) berkembang menjadi kawasan yang menjanjikanHasil kelapa sawit, kakao, serta perikanan kini menjadi pendapatan utama wargaApalagi, pemerintah pusat mulai menggelontorkan dana untuk membangun kawasan tersebut
Meski demikian, secara umum, kondisinya masih cukup jauh dari kata majuSeperti yang disaksikan Kaltim Post (JPNN Group) di Dusun Abdi, RT 3, Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Barat
Di sana ada satu sungai yang rupanya juga berfungsi sebagai pembatas antara Indonesia dan MalaysiaSungai itu bernama Sungai Aji KuningWarga Sebatik menyebutnya pangkalanSebab, di tempat itu orang-orang Indonesia mengumpulkan hasil perkebunan dan pertanian untuk dijual ke Malaysia. Perjalanan menggunakan kapal ketinting dari sungai tersebut menuju Tawau (Malaysia), ditempuh selama satu jam
Permukiman di Desa Aji Kuning mulai berkembang pada kurun waktu 2003Ketika itu jalan setapak telah dilebarkan dan diaspalDi desa itulah terdapat satu rumah yang tergolong langka karena dibangun di atas lahan antara Indonesia-MalaysiaRumah itu milik Ambo Ala dan dikontrakkan kepada Mappa NgaraDi rumah itu Mappa tinggal bersama Hasidah (istri) dan ketiga anaknya
"Kami tinggal di rumah ini sejak tujuh tahun lalu," kata MappaSetiap bulan dia membayar Rp 140 ribu atau setara dengan 50 ringgit"Ketika pertama menetap, rumah itu memang terasa sempit," lanjutnyaHanya terdiri atas satu kamarLalu, ada tempat masak yang digabung dengan ruang tamuTempat mandi harus di luar rumah dan hanya ditutup seng
Jika diukur, luas rumah itu 6 x 3 meterSuatu ketika Mappa ingin memperluas rumah tersebutAlasannya, sudah sangat sempitMaka, rencana pun disusunSayangnya, rencana itu kurang mulusSebab, jika Mappa ingin menambah ruang dapur dan kamar mandi, bangunan itu berdiri di lahan yang masuk ke wilayah Malaysia
"Tak ada perasaan apa pun tinggal di Indonesia dan MalaysiaRumah ini harus saya kembangkan karena kebutuhan hidupKalau tidak, sulit bagi keluarga saya untuk bergerak," kata Mappa.
Ketika membangun, Mappa tak memerlukan izin dari pemerintah MalaysiaPria perantauan asal Sulawesi Selatan itu mengatakan langsung saja menancap tiang-tiang untuk bangunan rumah"Mau izin ke mana" Kan tak mungkin datang ke TawauNanti malah tak diizinkanLagi pula, saya tak punya uang untuk pergi ke TawauKetika itu saya hanya seorang petaniSaya adalah yang pertama membangun rumah yang berada di wilayah Indonesia dan Malaysia," katanya
Sebenarnya, ketika mengembangkan rumah tersebut pada 2003, Mappa tak menyangka bahwa Sungai Aji Kuning masuk wilayah MalaysiaBaru akhir-akhir ini dia tahu bahwa bagian dapur dan kamar mandi rumahnya masuk wilayah Malaysia
Sejauh ini tak ada teguran dari pihak Malaysia"Pokoknya selama tinggal di sini, saya belum pernah kedatangan tamu dari Malaysia yang menanyakan mengapa membangun di wilayah Malaysia," ungkapnya.(***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibuka, Murid Mancanegara Langsung Berdatangan
Redaktur : Antoni