jpnn.com - JAKARTA - Peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi mengatakan bahwa koalisi partai Islam sebaiknya tidak wujudkan. Pasalnya, berpotensi merugikan partai-partai itu sendiri.
"Istilahnya sudah menyesatkan, membatasi diri sendiri, kalau mau koalisi ya koalisi bersama, jangan terjebak pada simbol yang tidak bermanfaat bagi masyarakat," ujar Kristiadi kepada wartawan di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10).
BACA JUGA: Sekda Kota Bandung Dicecar Soal Dada Rosada
Sebagai negara dengan populasi 90 persen Muslim, sewajarnya partai-partai politik di Indonesia didominasi oleh orang Islam. Karena itu, lanjut Kristiadi, tidak perlu lagi ada istilah partai Islam.
"Sekarang dalam terminologi, partai Islam itu sudah membingungkan. PKS tidak juga semua islam, sangat terbuka, semua unsur sudah masuk, dikotomi itu sudah tidak valid. PDIP juga punya unsur punya kelompok yang lebih agamis dan sebaliknya," paparnya.
BACA JUGA: Pimpinan DPR Kaget KPU-Lemsaneg Teken MoU
Memaksakan penggunaan label partai Islam atau koalisi partai Islam pada akhirnya hanya akan membatasi ruang gerak saja. Apalagi, saat ini masyarakat sudah semakin menjauhkan diri dari hal-hal bersifat primodial.
Karena itu, Kristiadi menyarankan agar partai-partai Islam berhenti mengedepankan label ideologi dan mulai menawarkan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat.
BACA JUGA: HNW Pesimis Koalisi Partai Islam Bisa Terwujud
"Yang ditawarkan oleh masyarakat jgn simbolnya. Tapi gagasan, solusi yang ditawarkan, untuk menawarkan solusi," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Diperiksa KPK, Emir Moeis Banyak Membantah
Redaktur : Tim Redaksi