Kok Mahal kali Harganya?

Senin, 07 November 2016 – 12:09 WIB
Harga cabai melonjak. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - SUBULUSSALAM – Harga cabai di pasar mingguan Kota Subulussalam, Aceh, tembus Rp 100 ribu per kilogram.

Gagal panen dan kurangnya pasokan membuat harga cabai melambung tinggi

BACA JUGA: CERDAS! Kiat Pak Lurah Perangi Vandalisme

Naiknya harga cabai merah tersebut baru dirasakan masyarakat dalam sebulan ini. Minggu sebelumnya harga cabai berkisar Rp 60 ribu per kilogram.

“Pemicu naiknya harga cabai karena barang dari Sidikalang, Sumut, biasa memasokan barang kini makin berkurang, “ kata Sabri seorang pedagang sayur mayur, seperti diberitakan Rakyat Aceh (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Salahgunakan Visa, 8 WN Tiongkok Dideportasi

Sabri menambahkan dirinya tidak banyak mendapat cabai merah karena para pemasok tidak banyak membawa barang.

Untuk mendapatkan cabai  merah dari pemasok, kata Sabri kadang sampai berebut dengan pedagang lainnya agar mendapatkan barang akan dijual

BACA JUGA: Jakmania Jemput Maut di Cipali, Inilah Kronologisnya

“Tadi subuh datang dari Sidikalang dan itu tidak banyak sehingga pedagang lainnya berebut “ kata Sabri.

Pedagang lainnya bernama Dimas juga mengaku tidak banyak memiliki cabai  merah selain harganya mahal juga barang yang akan dibeli juga tidak banyak.

“Sepertinya karena di akhir tahun semua barang makanan pada naik “ kata Dimas.

Desi seorang pembeli mengaku terkejut saat mengetahui harga cabe merah yang begitu tinggi. Menurut Desi hal ini belum pernah ia dapati dengan harga setinggi itu.

Desi pun berusaha menawar dengan harga Rp 80 ribu per kilo namun tidak diamini pedagang karena mereka juga membeli mahal.“ Kok mahal kali harganya?” tanya Desi sedikit kesal sambil terus menawar.

Melonjaknya harga cabai juga dirasakan masyarakat di Kabupaten Bener Meriah. Harga cabai rawit meroket mencapai 41 ribu per kilogram.

Hal ini disebabkan petani Cabe kembali mengalami gagal panen diduga faktor cuaca kemarau, akibatnya pasokan berkurang ke pedagang.

“Tahun ini merupakan harga paling  tinggi dibeli para pedagang dari petani mencapai Rp 41.000 per kilogramnya. Sebelumnya harga cabai rawit hanya berkisar Rp 20.000 atau Rp35.000 per kilogram. Memang ada yang panen tapi tidak ada yang banyak,” ujar Said.

Sementara itu, Radiah masyarakat Tingkem Bersatu saat sedang panen cabai mengatakan, hasil panennya tidak seberapa.

Ia mengaku sangat senang harga bisa naik, namun hasil panen tahun ini berbeda dengan sebelumnya.

“Biasa di lahan yang sama, satu gulung mulsa kecil saat panen dapat hasil 30 kilogram, namun tahun ini sangat turun drastis hanya 6 Kg. Akibat cabai kami tanam keriting padahal kmi sudah merawat dengan baik, mungkin akibat cuaca panas,” kata Radiah.

Sementara itu, salah seorang pedagang cabai rawit Mursal (40) warga Simpang Tingga mengatakan, harga Rp 41.000 ribu bisa saja berubah dan ia sebagai pedangang mengaku ragu untuk membeli.

“Kemarin Rp 41 ribu hari ini ada juga yang membeli dengan harga segitu namun harga berubah-ubah, kadang kita beli Rp 41.000 kita jual Rp 38.000, selain itu barang nya hanya sedikit” kata Mursal.(lim/mag-70/min/sam/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ngotot Berenang Saat Pasang, Bocah SD Hilang Digulung Ombak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler