"Sekarang kita berhitung sampai dua belas, dan kita semua akan diam
BACA JUGA: Tunda Pemilu Hambat Demokrasi
Untuk sekali saja di atas muka bumi, mari diam seribu bahasa, mari diam sejenak, dan tidak menggerakkan tangan terlalu banyak..," bunyi bait awal sebuah sajak bertajuk MenyepiSebenarnya, "sunyi" yang diharapkan melalui program ini, tidak pula berarti menghentikan aktivitas atau hidup tanpa suara sama sekali seperti yang disampaikan syair itu
BACA JUGA: Tokoh OPM Temui Menko Kesra
Melainkan berhenti sejenak menggunakan fasilitas yang "tak bersahabat" dengan lingkunganMelalui keterangan di situs kegiatan tersebut, pihak Bali Collaboration for Climate Change (BCCC) atau yang biasa disebut Kolaborasi Bali, selaku penggagas sekaligus yang mengembangkan dan mengkoordinir program ini, mengaku bahwa memang ide program ini sendiri muncul dari peringatan Nyepi di Bali, yang dipandang sebagai satu model ideal untuk mengembalikan harmonisasi kehidupan dengan alam.
"Meski Nyepi pada dasarnya menerapkan pendekatan keagamaan dan budaya dari masa lalu, BCCC merasa bahwa aspek ekologis (dari tradisi ini) bisa ditawarkan kepada komunitas internasional
BACA JUGA: Pemerintah Tetapkan 14 CBM
Itulah kenapa kampanye ini disebut World Silent Day (Hari Sunyi Sedunia)," jelas pihak Kolaborasi Bali pada halaman FAQ di situsnya, Worldsilentday.org.Merupakan juga salah satu follow-up sampingan dari pelaksanaan Konferensi Dunia untuk Perubahan Iklim (World Conference on Climate Change) tajaan UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali, akhir 2007 lalu, WSD yang memasuki pelaksanaan tahun keduanya ini memang diusulkan untuk tetap dilaksanakan setiap tanggal 21 Maret.
"Tanggal 21 Maret dipilih karena pada saat itu matahari berada pada titik vernal equinox, atau bergerak dari posisi (di atas) ekuator ke arah utaraIni melambangkan pergantian kehidupan baruSedangkan hari berikutnya, 22 Maret, yang adalah Hari Air Sedunia, juga dianggap simbolik bagi kehidupan," papar pihak penyelenggara yang kantornya beralamat di Jl Pengubengan Kauh No94 Kerobokan, Badung, itu lagi.
Dikatakan oleh kelompok Kolaborasi Bali - yang merupakan konsorsium beberapa LSM - ini lagi, meski terkesan bisa "merugikan" secara ekonomi untuk individu, namun sesungguhnya nilai positif (ekonomi) yang didapat dari program ini bisa lebih besar untuk komunitas dan lingkungan"Sebagai contoh, PLN di Bali saja pernah menyebut bahwa mereka bisa menghemat sampai USD 325,000 atau sekitar Rp 3 milyar selama hari raya Nyepi," jelas penyelenggara, merujuk pada "profit" Nyepi untuk PLN.
Hanya saja, agaknya kegiatan ini masih kurang begitu populer atau belum tersosialisasikan dengan baik, lantaran mungkin terhitung masih baruBuktinya, meski juga memiliki halaman event di situs jejaring sosial Facebook, dan sudah dikonfirmasi oleh partisipan dalam jumlah lumayan (400-an orang, Red), sejumlah orang nyatanya masih bingung dengan program iniItu terbukti dari pertanyaan-pertanyaan mereka di wall kegiatan ini.
Apalagi jika dibandingkan dengan kegiatan serupa yang mungkin lebih meng-internasional, macam Earth Hour, yang bakal jatuh tepat sepekan setelahnya alias Sabtu, 28 MaretBagaimanapun itu, pastinya untuk yang berminat berpartisipasi kali ini, bisa mencatat bahwa waktunya tinggal sekitar 1 hari, 14 jam, 51 menit dan 25 detik lagi - sesuai jam di situs kegiatan pada saat tulisan ini diterbitkan(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rama Somasi Abdul Jamal
Redaktur : Tim Redaksi