Konflik Luar Negeri Picu Potensi Radikalisme di Indonesia

Kamis, 29 Maret 2018 – 18:39 WIB
Suhardi Alius. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Seluruh elemen bangsa Indonesia diingatkan untuk mewaspadai berbagai isu yang berpotensi memunculkan radikalisme di Indonesia, terutama konflik-konflik dari luar negeri.

Hal itu penting karena ideologi-ideologi transnasional bisa memanfaatkan konflik itu untuk ‘menyusup’ dan menyebarkan paham kekerasan tersebut ke Indonesia.

BACA JUGA: Sempat Kejar-Kejaran, Pelaku Teror Bom Austin Bunuh Diri

Pernyataan itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius saat pembekalan wawasan kebangsaan dan potensi ancaman terorisme di depan ratusan anggota Pasis Pendidikan Pengembangan Umum Sespima Angkatan 59 di Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Polri, Jakarta, Kamis (29/3).

Menurutnya, isu yang terjadi dari konflik di luar negeri berdampak sangat signifikan terhadap dinamika di dalam negeri, terutama terkait masalah radikalisme dan terorisme.

BACA JUGA: Diduga Terlibat ISIS, Eks Pejabat Batam Menangis Usai Sidang

“Isu-isu luar negeri itulah yang akan diekspolitasi untuk membuat kegaduhan di sini. Seperti kasus Rohingya di Myanmar. Banyak masyarakat Rohingya yang disiksa di Myanmar, tapi di Indonesia ada sebagian kelompok yang justru memperkeruh dengan menimbulkan teror yang ditimbulkan di Indonesia,” kata Suhardi.

Dia menilai apa yang dilakukan kelompok radikal dengan memanfaatkan isu-isu sangat tidak berdasar dan malah akan menimbulkan perpecahan di masyarakat.

BACA JUGA: Tiga Saksi Yakin Eks Pejabat BP Batam Ini Tak Terlibat ISIS

Untuk itu, kepada semua pihak agar hal-hal semacam ini dijauhkan dan sedini mungkin bisa dicegah masuk ke Indonesia.

Khusus kepada para siswa depan Sespim Polri ini, Suhardi menegaskan, sebagai aparat yang bertanggung jawab menjaga keamanan, mereka harus mempunyai jiwa nasionalisme serta profesionalisme yang kuat.

Itu penting agar mereka bisa membawa Indonesia semakin maju, dan mandiri dalam menghadapi serangan ideologi asing yang dapat mengancam keamanan dan keutuhan bangsa ini.

“Potensi ancaman terorisme tidak pernah surut sehingga aparat harus mempunyai modal pengetahuan yang memumpuni dalam menghadapi persoalan tersebut,” tegas Suhardi.

Mantan Sekretaris Utama Lemhanas ini menjelaskan, terorisme bukan hanya menjadi ancaman Indonesia tetapi sudah menjadi ‘musuh’ bersama negara-negara dunia.

Artinya, tantangan penanggulangan terorisme semakin hari semakin tinggi di era kemajuan teknologi informasi dengan produk internet dan media sosial yang berimbas dengan tereduksinya identitas kebangsaan, terutama pada generasi muda.

“Itulah yang membuat saya tidak pernah lelah memberikan wawasan kebangsaan kepada generasi muda dan para calon pemimpin bangsa lainnya. Kalau ini tidak dilakukan saya khawatir nanti, akan banyak terjadi pengaruh buruk yang akan merusak bangsa dan negara ini,” pungkas Suhardi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perlu Mengevaluasi Cara Densus 88 Menangani Terorisme


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler