"Masalahnya, kebanyakan warga yang masuk ke habitat hewan tersebut
BACA JUGA: Ratusan Perda Dicabut, DPR Protes
Secara turun-temurun, pemukiman bertambah besar dan merangsek ke habitat hewan," kata Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut, Darori, Jumat (12/2), di kantornya.Penyerangan gajah ke pemukiman penduduk, seperti kasus yang misalnya banyak terjadi di Riau, lanjut Darori, pada dasarnya memang antara lain disebabkan pemukiman yang terlalu dekat dengan habitat gajah
BACA JUGA: SBY Masih Bergaya Orba
Akhirnya dibikin parit," tambahnya.Darori pun menjelaskan, Ditjen PHKA dengan bantuan WWF-Indonesia dalam hal ini akan segera memberlakukan usulan Protokol Mitigasi Konflik Gajah yang telah lama dipersiapkan, terutama di Riau
Diharapkan katanya, dengan implementasi protokol ini, kasus-kasus konflik antara manusia dan gajah dapat diminimalisir
BACA JUGA: Pidato Moratorium SBY Bertentangan dengan PP
Sekaligus diharapkan, kematian manusia dan gajah akan dapat dihindarkan, termasuk kerugian materi yang diakibatkan oleh konflik tersebut.Sementara itu untuk harimau, Darori menambahkan, sejauh ini juga telah ada sembilan ekor yang dilepasliarkan di areal yang jauh dari pemukiman penduduk"Jadi kalau ada perambah hutan yang masuk dan diserang harimau, kita tidak bisa lakukan apa-apa (lagi)Masalahnya, hasil hutan memang masih jadi primadona dan produk instan untuk menghasilkan uang," katanya.
Disebutkan, pelepasliaran harimau di sendiri terutama dilakukan di wilayah Aceh, serta kawasan Sumatera pada umumnyaSedangkan untuk gajah, menurut rencana akan digiring ke empat wilayah di Sumatera, yakni Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Teso Nilo, serta Way Kambas(lev/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akui Fee BPD Cenderung Korupsi
Redaktur : Tim Redaksi