Koordinasi Tangani Mentawai Berantakan

Korban Meninggal 408 Orang, Hilang 303

Sabtu, 30 Oktober 2010 – 05:27 WIB
Lisna (kanan) tangisi anaknya dan ibunya yang ditemukan saat evakuasi jenazah di Muntei Baru baru dusun betumongah Pagai Utara Mentawai. Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS

JAKARTA - Cuaca buruk dan keterbatasan sarana transportasi laut mempersulit penanganan pasca tsunami di Kabupaten Kepulauan MentawaiRatusan relawan dan berton-ton bantuan tertahan di simpul kota-kota utama yang tidak terkena dampak tsunami di Pulau Sikakap

BACA JUGA: Belum Restui Ponimin Gantikan Mbah Marijan

Hari kelima bencana tsunami yang melanda Mentawai distribusi logistik untuk korban gempa belum tersebarkan dengan merata


"Kendala utama adalah cuaca buruk

BACA JUGA: Letusan Tengah Malam Lebih Mencekam

Badai terjadi di berapa perairan mempersulit distribusi bantuan makanan dan obat-obatan bagi korban tsunami," kata Bupati Mentawai, Edison Saleleobaja di Pulau Sikakap Jumat (29/10) kemarin.

Barang logisitik dan obat-obatan yang telah di sampai di posko utama dibiarkan menumpuk di gudang
Kendala lain selain cuaca buruk adalah terbatasnya untuk menyalurkan bahan tersebut .Tak hanya bantuan logistik, sebanyak 300 relawan masih berada di posko karena belum bisa diangkut ke lokasi yang terkena tsunami

BACA JUGA: Mendagri Tunggu Laporan Gubernur

"Saat ini yang ada hanya 15 armada perahuSementara titik lokasi dusun yang terkena itu sebanyak 17 dusun yang terkena dampak parah," kata dia.

Menurut Edison, pemerintah setempat akan segera merelokasi penduduk yang tinggal di daerah rawan tsunami di Kepulauan MentawaiRelokasi akan dilakukan sembari memberikan bantuan logistik kepada para korban tsunami.Meski demikian relokasi itu tidak semudah seperti yang dibayangkanKarena tak sedikit perkampungan yang terpisah cukup jauh dan hanya bisa dijangkau melalui lautDi sisi lain, perairan Mentawai terkenal dengan lautnya yang rawan bergolak karena angin tinggi dan menyulitkan kapal-kapal kecil untuk mendistribusikan bantuan"Daerah-daerah rawan itu seperti yang di bibir pantai," terangnya.

Jawa Pos menjadi saksi ganasnya laut MentawaiKapal cepat yang disewa wartawan untuk mendatangi sejumlah pesisir Pagai Utara berkali-kali nyaris terguling karena hantaman ombakBahkan, siang kemarin, badai dengan intensitas tinggi menerpa sebagian besar perairan MentawaiTujuan untuk mengunjungi sejumlah dusun-dusun gagal terlaksanaBeruntung wartawan masih sempat merapat selama beberapa jam di Dusun Muntei Baru-Baru, Desa Betumonga , Kecamatan Pagai Utara

Di lokasi itu, belasan korban tsunami yang tertimbun reruntuhan bangunan belum berhasil dievakuasiDiperkirakan, puluhan warga yang dinyatakan hilang, tertimbun di puing bangunanDugaan itu semakin kuat, karena di hampir semua dusun yang dihantam tsunami, sudah berbau busukTidak adanya alat berat, menjadi alasan sulitnya dievakuasinya korban tertimbun

Hingga siang kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sumbar mencatat jumlah korban meninggal 408 orangSedangkan yang belum ditemukan berjumlah 303Sebanyak 270 pengungsi mengalami luka beratKorban terbanyak berada di Dusun Sabeugunggung"Ada 162" orang yang ditemukan di sanaSedangkan di Dusun Muntei, Desa Beutomonga, Kecamatan Pagai Utara, sudah ditemukkan 98 mayat," terang Edison.

Distribusi logistik bantuan untuk korban tsunami rencananya akan dilakukan lewat jalur laut di 27 dusun, Kabupaten Mentawai setelah cuaca membaikTingginya gelombang laut, membuat nakhoda kapal takutMereka tak mau ambil resiko, karena tinggi gelombang mencapai 3 hingga lima meterBantuan untuk enam dusun yang rata dengan tanah, juga belum bisa diditribusikanJika gelombang tinggi berlangsung hingga tiga hari ke depan pemerintah berencana menyalurkan bantuan dengan hellikopter.

Korban selamat yang ditemui di Muntei Baru-Baru bernama Emi (70)Sempat terkatung-katung selama 12 jam di tengah laut, Emi akhirnya diselamatkan tim SARSaat ini, Emi dirawat di Gereja Sikakap, yang dijadikan posko kesehatanKondisinya melemah, karena terlalu banyak minum air lautDia belum bisa diajak bicara, selain lemah, perempuan tua yang menjadi petani nilam tersebut depresiBeberapa perawat mengungkapkan, Emi berhasil selamat karena berpegangan pada balok kayu.

Sementara itu, setelah dua hari atau hampir 42 jam perjalanan, KRI Teluk Manado akhirnya sampai di Sikakap, Pagai Utara pada pukul 11.30 WIB kemarinKapal TNI AL ini membawa bantuan kemanusian korban bencana Gempa Bumi dan tsunami"Secara keseluruhan perjalanan kita berjalan dengan aman, cuaca gelombang cukup baik," ujar Komandan KRI Teluk Manado 537, Letkol Laut (P) Ari Widyatmoko, di ruang nahkoda Kapal tadi malam.

Sejumlah bahan makanan yang dibawa antara lain dua ton beras, ratusan dus bungkus mie, dan abonKemudian peralatan medis seperti tenda, ambulan serta obat-obatanSelain membawa bahan makanan dan peralatan medis, kapal tersebut turut membawa sejumlah relawan dan 120 personel Batalyon Kesehatan I Divisi Infanteri Kostrad Angkatan Darat.

Sesampai di Sikakap, Kapal TNI Teluk Manado sendiri tidak bisa langsung bersandar menunggu antrian Kapal lain yang masih merapat di dermagaKRI teluk Manado baru dapat menyandar pada pukul 14.30(zul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Krakatau Ikut-ikutan Aktif


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler