Koreksi BI Rate Idealnya 50 Bps

Pasar Tunggu Arah Bunga Bank Sentral

Rabu, 07 Januari 2009 – 00:02 WIB
JAKARTA – Hari ini, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pertama di tahun 2009.  Inti rapat itu adalah membahas kebijakan suku bunga acuanPasar menunggu berapa basis poin (bps) bank sentral akan mengoreksi BI rate.

Melihat realisasi inflasi akhir tahun lalu yang rendah, ekspektasi pasar suku bunga akan terus turun

BACA JUGA: Besaran Royalti Tunggu Menkeu

Bahkan ekonom dan pelaku bisnis mendesak BI tidak ragu menurunkan bunga acuan pada level yang signifikan.

Pengamat ekonomi Farial Anwar mengatakan, untuk memperoleh dampak yang signifikan koreksi yang dilakukan idealnya 50 bps atau bahkan 100 bps
“Koreksi 25 basis poin tidak cukup dan tidak akan banyak direaksi oleh perbankan untuk turut mengoreksi suku bunga kreditnya,” ujar Farial di Jakarta, Selasa (6/1).

Farial menilai, dengan posisi deflasi dan rendahnya ekspektasi inflasi pada 2009 membuat ruang bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan  semakin lebar

BACA JUGA: GM Dongkrak Investasi di Asia Pasifik

Desakan untuk mengoreksi lebih jauh tersebut melihat kenyataan bahwa bank sentral sebenarnya terlambat mengoreksi suku bunganya
“Baru bulan lalu  ada koreksi BI rate

BACA JUGA: Tanggulangi PHK, Depnakertrans Siapkan Rp 200 m

Padahal sejak pertengahan tahun lalu, tren bank sentral negara lain sudah mulai menurunkan suku bunganya,” imbuhnya.

Koreksi yang dilakukan BI rate pada Desember 2008 juga 25 basis poin setelah bulan sebelumnya hanya menahan posisi BI rate di level 9,50 persen“Perbankan juga tidak gampang mengoreksi bunga kredit karena mereka menikmati spread yang lebar tersebut,” lanjutnya.

Sementara itu analis Citibank N.AYiping Huang memprediksi bahwa BI rate akan kembali dikoreksi setidaknya 25 basis poin“Penurunan yang jauh dari ekspektasi yang disebabkan oleh penurunan harga premium dan solar pada pertengaghan Desember merupakan salah satu faktor utama,” ungkapnya

Laju inflasi Desember tercatat 11,06 persen turun dari laju inflasi November 11,68 persenYiping mengemukakan bahwa anjloknya pertumbuhan impor membuat berbagai pihak waspada“Surplus perdagangan yang hanya disebabkan oleh lemahnya impor juga akan meningkatkan resiko terhadap posisi current account.  Ini akan meningkatkan tekanan pada rupiah yang akan membuat BI berhati-hati mengoreksi suku bunga,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Kadin Mohammad S Hidayat mengatakan dunia usaha perlu kebijakan yang bisa langsung dirasakan dampaknyaSalah satunya koreksi BI rate hingga mencapai angka yang ideal bagi pertumbuhan usahaSaat ini BI rate bertengger di angka 9,25 persen“Kami minta BI rate pada Januari ini langsung diturunkan menjadi 8,5 persen, jangan bertahap,” tegasnya. 

Penurunan BI rate diharapkan bisa meringankan beban sektor riilKebijakan itu dinilai bisa sinkron dengan rencana pemerintah kembali menurunkan harga BBMJika kedua kebijakan itu dilaksanakan, maka akan dapat kembali menggerakkan perekonomian nasional“Penurunan harga BBM, BI rate, dan realisasi stimulus fiskal pada sektor yang tepat merupakan kunci yang tepat untuk kembali bangkit dari krisis ini,” jelasnya.(iw/wir/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibuka SBY, IHSG Melesat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler