jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan kredit pada triwulan pertama tahun ini berdasarkan survei perbankan Bank Indonesia (BI) mengalami perlambatan.
Saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sampai Maret lalu tercatat 50 persen.
BACA JUGA: Inflasi Ramadan Lebih Rendah
Jumlah tersebut lebih lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 71,7 persen.
Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyatakan bahwa pola seperti itu selalu terjadi pada awal tahun.
BACA JUGA: Beasiswa dari BI Rp 1 Juta per Bulan, Satu Kampus 50 Mahasiswa
’’Akan kembali meningkat pada triwulan kedua 2019,’’ kata Onny, Jumat (17/4).
Menurut Onny, perlambatan terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi. SBT permintaan kredit modal kerja turun dari 77 persen menjadi 68,2 persen. Selanjutnya, kredit investasi turun dari 83,1 persen menjadi 74,7 persen.
BACA JUGA: Aturan Anyar BI Bikin Likuiditas Perbankan Kian Longgar
Sebaliknya, pertumbuhan triwulanan kredit konsumsi justru meningkat. SBT-nya meningkat dari 28 persen menjadi 30,4 persen.
’’Peningkatan kredit konsumsi tersebut terutama didorong penyaluran kendaraan bermotor,’’ kata Onny.
Jika dilihat dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan permintaan kredit baru itu terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Terutama transportasi, pergudangan, dan komunikasi.
Selain itu, juga sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.
Pada triwulan kedua nanti, Onny yakin permintaan kredit meningkat. Sebab, pada periode tersebut, standar penyaluran kredit sudah lebih longgar.
Itu tecermin pada prakiraan indeks lending standard triwulan II 2019 sebesar 12,4 persen.
’’Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama akan dilakukan untuk jenis kredit konsumsi dengan aspek biaya persetujuan kredit dan jangka waktu kredit yang lebih longgar,’’ terang Onny.
Di tempat terpisah, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan bahwa penyaluran kredit yang melemah pada triwulan pertama memang menjadi siklus sejak 2014.
Dia yakin pertumbuhan kredit menguat pada triwulan kedua karena Lebaran.
Penyaluran kredit, menurut dia, tidak boleh digenjot oleh bank. Namun, harus berdasar permintaan.
’’Bank yang menyediakan saja, digenjot gampang. Akan tetapi, kalau macet, kan, jadi enggak ada guna,’’ kata Jahja. (ken/nis/c22/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inflasi Maret Diprediksi Landai, Harga Pangan Terkendali
Redaktur : Tim Redaksi