Krisis Air Bersih di Rusunawa, Satu Keluarga Dijatah Dua Galon Perhari

Rabu, 27 Maret 2019 – 22:48 WIB
Jajaran Polresta Barelang membantu warga dengan mengirim 13 ribu liter air dengan dua unit mobil watercannon untuk mengatasi krisis air di Rusunawa Pemko Batam I, Rabu (27/3). Foto: batampos/jpg

jpnn.com, BATAM - Krisis air bersih masih terus berlanjut di rumah susun sewa (rusunawa) Pemko Batam I, Tanjunguncang, Batam, Kepri. Ratusan kepala keluarga di sana kian kesulitan mendapatkan air bersih karena pasokan terbatas.

Bahkan, satu kepala keluarga (KK) hanya dijatah dua galon perhari. Dijatah dua galon perhari tentu tentu saja tak mencukupi. Sebab satu KK dengan rata-rata tiga sampai empat jiwa tentu membutuhkan lebih banyak air lagi.

BACA JUGA: Penghuni Rusunawa Batamec Kekurangan Air Bersih

Dua galon hanya bisa untuk mandi satu sampai dua orang saja. Sementara untuk kebutuhan mencuci pakaian, dan peralatan dapur, serta cuci kakus, warga harus putar otak lagi.

Ada yang numpang ke rumah keluarga terdekat, juga ada yang harus berbagi untuk mencuci. "Kadang rela tak mandi kalau pakain suda numpuk. Tak sanggup mau beli air galon semua. Air galon paling untuk masak saja," kata Yuni, seorang penghuni Pemko Batam I di Tanjunguncang, Selasa (26/3).

BACA JUGA: Krisis Air Bersih, Warga Mencuci Gunakan Genangan Sisa Banjir

Hingga kemarin warga masih harus antre dan berdesak-desakan menimba air dari bak penampungan utama rusun. Janji pihak PT Adhya Tirta Batam (ATB) untuk suplai empat tanki air perhari belum berjalan. Hanya dua tangki yang diantar, itupun tidak setiap hari.

"Dua tangki bagi 270 KK penghuni, ya paling dua galon. Bayangkanlah itu mana cukup sehari pakai hanya dua galon," ujar Yuni.

BACA JUGA: Warga Terpaksa Ambil Air di Gorong - Gorong

Senada disampaikan pengelola rusunawa Pemko Batam I, M Syafril. Menurut dia, krisis air bersih masih terus berlanjut karena suplai air dari ATB masih tersendat. Suplai air melalui pipa sama sekali tak bisa diharapkan karena sudah berbulan-bulan tak mengalir. Begitu juga melalui tangki tidak sesuai yang dijanjikan karena hanya dua tangki yang diantarkan.

"Janjinya empat (tangki perhari, red). Tapi cuman antar kadang hanya dua tangki," ujar Syafril.

Imbas dari krisis air ini, penghuni rusunawa milik Pemko Batam itu, terus berkurang. Tiap bulan rata-rata 13 KK yang meninggalkan rusun karena masalah air yang menjadi kebutuhan pokok.

"Dulu di atas 300 KK, sekarang tinggal 270-an KK, itupun banyak lagi yang mau keluar. Mau mempertahankan penghuni tak tega, Kasihan juga kalau air bermasalah," ucapnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rusunawa Pemko Batam Teguh saat dikonfirmasi mengaku telah berupaya keras untuk mengatasi persoalan tersebut sebagai jaminan kenyamanan penghuni. Hanya saja, belum bisa terwujud karena situasi dan kondisi dari pihak ATB sebagai penyuplai air belum bisa disesuaikan karena alasan tertentu.

"Pemberitahuan hingga pertemuan langsung dengan pihak ATB sudah, tapi sepertinya belum ada solusi yang tepat. Sebaiknya kawan-kawan konfirmasi langsung ke ATB, kenapa bisa begitu," ujar Teguh.

Upaya selanjutnya yang akan ditempuh pihak pengelola rusun, kata Teguh, akan menemui Wali Kota Batam Muhammad Rudi agar kembali berkoordinasi dengan ATB tentang solusi jangka pendek dan panjangnya. "Kita pun tak ingin masalah ini berlarut-larut. Kasihan warga. Bukan rusun saja tapi hampir se-Tanjunguncang. Nanti Pak Wali yang akan berjumpa dengan pihak ATB," imbuhnya.

Sementara itu, seperti diberitakan sebelumnya, pihak ATB melalui surat edaran yang diberikan ke pengelola rusunawa menyampaikan belum bisa mengatasi persoalan itu.

Dalam surat ditandatangani Superintendent Corsec PT ATB Irsan Munadi tersebut, menjelaskan tersendatnya suplai air ATB ke wilayah Tanjunguncang karena pesatnya perkembangan pembangunan di Kota Batam, sehingga pembagian suplai semakin banyak dan terjadi penurunan suplai air ke wilayah ujung seperti Tanjunguncang.

Masih dalam surat edaran yang dikirimkan ke pengelola Rusunawa Pemko Batam I tersebut, dijelaskan bahwa ini jadi persoalan serius dan sulit diatasi, sebab IPA baru di Dam Tembesi yang satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan itu belum juga beroperasi.

Sedangkan Humas PT ATB Iksa Widjanarko menjawab permasalahan krisis air bersih terutama di daerah pesisir seperti Tanjunguncang dan Sekupang, saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya telah menyiapkan solusi jangka pendek dan jangka panjang.

"Solusi jangka pendek di mulai dengan pengerjaan pemindahan plant Piayu ke water treatment plant (WTP) Dam Mukakuning untuk penambahan kapasitas produksi di WTP tersebut," ujar Iksa.(eja)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumur Kering, Warga Cari Air Bersih Hingga 20 Kilometer


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler