KRUS Kalah Bersaing, Inovasi Investor Baru Dinanti

Kamis, 04 Mei 2017 – 01:52 WIB
Kebun Raya Unmul Samarinda. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, SAMARINDA - Pada tahun lalu, objek wisata Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) sebenarnya masih jadi favorit masyarakat.

Sebab, KRUS masuk tiga besar destinasi wisata di Samarinda bersama Air Terjun Tanah Merah dan Desa Budaya Pampang di Samarinda Utara.

BACA JUGA: Lihatlah, Maling Babak Belur Lalu Direndam di Comberan

Namun, terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke KRUS ditengarai adanya 28 destinasi wisata di Kota Tepian.

Alhasil, masyarakat yang dahulu mengidentifikasi liburan di Samarinda dengan menyambangi KRUS kini beralih ke aneka destinasi modern yang ditawarkan.

BACA JUGA: Oso Minta Rusia Tingkatkan Investasi di Indonesia

“Pengelolaan KRUS ini mandiri. Sedangkan pengunjung berkurang dan pemasukan juga makin sedikit,” terang Kepala Pengelola KRUS Ariyanto.

Imbasnya, pengelolaan pun kembang kempis. Hingga 1 Maret 2017, KRUS akhirnya dinyatakan ditutup untuk umum. Karyawan pun dirumahkan.

BACA JUGA: Akhir Tragis Pria Sadis Pembunuh Majikan

Penutupan ini juga bagian dari renovasi dan persiapan pengubahan skema manajemen KRUS yang nanti dikelola Universitas Mulawarman.

Rencananya, setelah renovasi dan perombakan skema manajemen, nama KRUS juga tidak bisa lagi digunakan.

Sebab, tidak memenuhi kualifikasi yang disebut kebun raya. KRUS diperkirakan bisa berganti nama Hutan Pendidikan.

Meski dalam kondisi hiatu, KRUS sebelumnya menjadi satu-satunya objek wisata alam yang mampu menyumbangkan pendapatan daerah Samarinda.

Uang ini berasal dari tiket masuk yang dibayarkan para pengunjungnya.

Harga tiketnya Rp 10 ribu untuk tiap pengunjung

Seperti diketahui, selama 2016, dari sektor pariwisata menyumbangkan PAD Rp 70 miliar untuk Samarinda, salah satu penyokongnya adalah KRUS.

Penurunan pengunjung yang terjadi saat ini, bukan berarti pengelola membiarkannya dan pasrah.

Berbagai event dilakukan untuk menarik pengunjung. Seperti menggelar festival musik dengan bintang tamu artis terkenal saat puncak musim liburan.

Meski begitu, penurunan tidak bisa dielakkan karena KRUS. Salah satu penyebabnya lantaran ditinggal orang utan.

“Dahulu, yang datang ke sini itu mau lihat orang utan. Karena kami tidak punya izin konservasi orang utan, akhirnya orang utan dibawa lagi ke Berau,” imbuhnya.

KRUS ditutup bukan berarti tak ada pengunjung sama sekali.

Aneka satwa masih menarik perhatian, seperti buaya, monyet, merak, elang, payau, dan ular. Selain itu, magnet lain adalah kolam dengan bebek sepeda air.

Event yang mendekatkan diri dengan alam seperti perkemahan juga masih menjadikan KRUS sebagai destinasi favorit.

Meski begitu, dengan penurunan pengunjung dan pendapatan yang ada saat ini, KRUS harus berbenah.

Maka dari itu Ariyanto dan timnya masih mengupayakan penambahan satwa dan pengubahan manajemen.

Saat ini, pihaknya pun masih mengurus rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan pengelolaan hutan dengan tujuan khusus.

Dengan begitu, KRUS bisa menjadi idola lagi. (nyc/riz/k15)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seperti Ini Dampak Implementasi Regulasi Gambut untuk Riau


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler