Kuat Ma'ruf & Finger Heart dari Sosok Jahat

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 14 Februari 2023 – 19:21 WIB
Kuat Ma'ruf yang menjadi terdakwa perkara pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) seusai menjalani persidangan beragendakan pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Jakarta, Selasa (14/2). Majelis hakim PN Jaksel menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara untuk Kuat Ma'ruf yang juga sopir keluarga Ferdy Sambo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Ibarat skenario film, sidang perkara pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat memunculkan penjahat dan pahlawan.

Pemeran utama Ferdy Sambo digambarkan sebagai ‘the villain’ atau tokoh jahat yang layak dihukum mati. Lalu ada peran penjahat pembantu dimainkan oleh Putri Candrawathi yang dihukum 20 tahun.

BACA JUGA: Ferdy Sambo, The Villain, & Hukuman Mati

Peran-peran figuran bergiliran menerima vonis. Di antara peran pembantu antagonis itu ada Kuat Ma’ruf, the driver yang divonis 15 tahun.

Hukuman untuk Kuat Ma'ruf hampir dua kali lipat dari tuntutan jaksa penuntut umum, yakni delapan tahun penjara.

BACA JUGA: Kesambet Sambo

Ada pula Ricky Rizal yang ikut terlibat dalam perkara pembunuhan itu sehingga divonis 13 tahun penjara. Putusan itu juga lebih berat dari tuntutan JPU yang hanya delapan tahun penjara.

Vonis terhadap Sambo dan Putri Cendrawati menjadi putusan utama yang penuh ketegangan. Di balik setiap laki-laki sukses terdapat peran seorang perempuan yang kuat.

BACA JUGA: Perang Bintang

Dan, di balik kejatuhan seorang laki-laki terdapat juga peran perempuan yang kuat. Dua adagium itu bisa menggambarkan perjalanan karier Ferdy Sambo yang sangat mungkin bisa dibuat film layar lebar, misalnya dengan judul ’The Rise and Fall of Ferdy Sambo’.

Kisah mengenai kesuksesan dan kejatuhan Ferdy Sambo itu bisa mengungkap peran Putri Cendrawati yang sangat signifikan.

Di usianya yang masih relatif muda, Ferdy Sambo sudah mempunyai dua bintang di pundaknya. Sebuah prestasi yang meleseat bak meteor.

Tidak ada yang menduga bakal terjadi ‘the rise and fall’ karena awalnya yang terlihat ialah ‘the rise and rise of Ferdy Sambo’ atau kesuksesan demi kesuksesan dalam karier Ferdy Sambo.

Ia menyalip pangkat seniornya. Kemudian memegang jabatan sebagai kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) yang sangat ditakuti oleh semua polisi, karena semua rahasia polisi ada di tangan Divisi Propam.

Ia menjadi ketua Satgassus Merah Putih yang powerful dan bekerja secara klandestin. Ia mempunyai jaringan kuat ke semua kelompok, baik yang terang maupun yang gelap.

Itulah sebabnya para rival Sambo menyebutnya sebagai ‘Kaisar’. Ia diduga memimpin jaringan konsorsium perjudian gelap yang beromzet triliunan rupiah, sampai konon di bunkernya tersimpan uang kontan ratusan miliar, bahkan mendekati Rp 1 triliun.

Semuanya menjadi desas-desus yang tidak terungkap ke publik dan akan tetap menjadi misteri. Persidangan perkara pembunuhan berencana yang melibatkan Sambo tidak menyentuh kasus-kasus itu.

Kasus-kasus lainnya itu dianggap sebagai ‘side story’ alias cerita sampingan yang tidak relevan bagi perkara pembunuhan terhadap Yosua Hutabarat.

Motif di balik pembunuhan berencana yang keji itu tidak terungkap dalam persidangan. Rekening Yosua yang menyimpan uang besar juga tidak dianggap relevan untuk dijadikan bukti yang ada sangkut pautnya dengan pembunuhan.

Motif pembunuhan terhadap Yosua dibangun di atas narasi pelecehan seksual. Narasi yang dibangun ialah Yosua sebagai ajudan Ferdy Sambo telah berbuat kurang ajar dengan memasuki kamar pribadi Putri Candrawathi dan mencoba memerkosa istri komandannya.

Sebuah narasi yang mirip rumah laba-laba, menjebak tetapi lemah. Narasi rumah laba-laba itu mudah dipatahkan karena tidak masuk ke dalam nalar.

Kamarudin Simanjuntak, pengacara vokal yang menjadi kuasa hukum keluarga Yosua, tanpa tedeng aling-aling menuduh balik bahwa justru Putri Candrawathi yang mempunyai hasrat terhadap Yosua, tetapi tidak dilayani.

Motif cinta tertolak itu sempat muncul dalam persidangan, tetapi tidak ada saksi yang cukup kuat untuk sampai pada kesimpulan pelecehan seksual.

Sambo dihukum mati, sedangkan Putri dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, karena dianggap berada pada episentrum kasus pembunuhan itu. Alibi yang awalnya mau dibangun itu terbongkar oleh mesin pendeteksi kebohongan, lie detector.

Di antara para aktor utama itu ada juga para figuran yang menjadi pelengkap permainan sesuai skenario yang sudah dibangun. Seperti dalam film suspense, ada hero sang pahlawan, ada pula villain sang bajingan. Ada figuran yang dicintai oleh penonton, dan ada yang dicemooh penonton.

Richard Eliezer menjadi figuran yang mendapat simpati dari penonton. Ia menembak Yosua atas perintah Ferdy Sambo.

Dibandingkan Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf sebagai sesama figuran, Richard Eliezer dituntut paling tinggi, yakni 12 tahun penjara. Para penonton sidang membela Eliezer.

Eliezer dianggap tidak bersalah karena hanya menjalankan perintah. Oleh karena itu, penonton masih menunggu vonis terhadap Eliezer lebih ringan dibandingkan empat terdakwa lainnya.

Hakim akan memutuskan apakah Eliezer bisa diberi hukuman ringan. Apakah sikapnya yang sopan dan terbuka selama persidangan bisa membawa ganjaran keringanan hukuman.

Eliezer telah berperan sebagai justice collaborator yang membongkar banyak hal gelap dalam pembunuhan itu. Namun, fakta bahwa dia yang menembak langsung Yosua akan menjadi beban kesalahan yang bisa memberatkannya.

Pemain figuran lain yang berperan penting ialah Kuat Ma’ruf yang bertugas sebagai sopir keluarga. Akan tetapi, dari cerita  yang berkembang di sidang, Ma’ruf bukan sekadar sopir biasa.

Ia sopir luar biasa karena menjadi orang kepercayaan sang majikan. Kuat Ma'ruf adalah sopir yang punya otoritas lebih tinggi ketimbang para ajudan Ferdy Sambo.

Ibarat dalam film sekuel Batman, Kuat Ma’ruf mirip dengan tokoh ’The Joker’, seorang penjahat berdarah dingin yang melakukan kejahatan dengan tersenyum, tanpa rasa salah dan sesal. Jack Nicholson memainkan peran The Joker dengan sangat baik.

Heath Ledger memainkan versi The Joker dengan sangat berbeda dari Nicholson sehingga membuatnya memperole ganjaran Piala Oscar karena perannya yang sempurna sebagai penjahat tertawa.

Kuat Ma’ruf mirip The Joker. Fata-fakta persidangan menunjukkan perannya yang signifikan dalam pembunuhan.

Ia dianggap menjadi bagian dari skenario palsu dari Putri Cendrawati mengenai pelecehan seksual yang dilakukan Yoshua. Dalam persidangan, Kuat Ma’ruf sering tersenyum.

Dalam proses-proses awal ketika masih rekonstruksi, Kuat Ma’ruf juga sering tersenyum. Yang paling mencuri perhatian adalah gaya Kuat Ma’ruf melempar ’finger heart’ sebelum persidangan.

Kuat Ma'ruf dua kali melemparkan love sign finger heart ala Korea ke pengunjung sidang sebelum vonis. Itu dilakukannya ketika dia bersaksi di sidang Richard Eliezer pada 5 November 2022.

Kuat Ma'ruf melempar finger heart itu ketika pengunjung sidang riuh saat dia memasuki ruang sidang. Action kedua dilakukan Kuat sebelum vonisnya dibacakan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Selasa (14/2).

??Dalam sidang itu pengunjung riuh memanggil nama Eliezer dan Kuat Ma'ruf. Entah dari mana datangnya para suporter itu.

Saat pengunjung meneriakkan namanya, Kua Ma’ruf menoleh ke arah pengunjung sambil tersenyum dan mengacungkan sinyal finger heart.??

Gaya Kuat Ma’ruf ini menarik perhatian pengunjung dan wartawan yang meliput sidang. Namun, hakim yang memimpin sidang rupanya tidak terkesan oleh gaya Kuat Ma’ruf.

Hakim pun menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara. Hukuman itu nyaris dua kali lipat dari tuntutan JPU.

Majelis hakim mengangap Kuat Ma’ruf berbelit-belit dalam memberikan kesaksian dan keterangan, sehingga menyulitkan persidangan.

Kuat Ma’ruf dianggap tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Dan, Kuat Ma’ruf terkena pasal geregetan, karena dianggap tidak sopan dalam persidangan.

Andai saja kisah Sambo dibikin film layar lebar, butuh aktor watak yang kuat untuk memerankan tokoh Kuat Ma’ruf The Joker. (***)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bola 303


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler