SOLO - menyebut pemerintah memainkan rakyat seperti yoyo, pada hari kedua Rakernas IV PDIP di Solo, PDIP kembali memainkan jurus lontar kritiknya kepada pemerintahJika pada hari pertama kritik dilontarkan langsung oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, kali ini giliran tim dari The Megawati Institute yang melakukannya
BACA JUGA: Kejagung Oper Kasus Indover ke KPK
Anggota dewan pakar Megawati Institute, Hendrawan Supratikno, Rabu (28/1), mengatakan, pemerintah sering mengklaim angka pengangguran menurun
BACA JUGA: MA-Transparency Indonesia Sepakat Kerja Sama
”Jika melihat dari fakta yang ada saat ini, indeks frustrasi mengalami peningkatan dibanding 2004 lalu,” tutur Hendrawan.Dia menambahkan, indeks frustrasi terdiri atas dua komponen, yaitu indeks kesengsaraan dan indeks kelangkaan
BACA JUGA: SBY Minta Notaris Mereformasi Diri
Dalam perhitungan Megawati Institute, indeks kesengsaraan pada 2004 mencapai angka 15, sedangkan pada 2008 naik pada angka 19.Belum lagi tingginya angka kelangkaanMenurut Hendrawan, pada 2007 lalu, pemerintah berhasil menciptakan angka kelangkaan sangat tinggi, yaitu 152 hari dalam setahun atau sekitar 42 persenDalam arti, selama 2007, dari 365 hari 152 hari rakyat dihantui kelangkaan, baik itu kelangkaan premium, solar, pupuk, energi, kedelai, dan lain-lain.
”Karena itu, seharusnya pemerintah tidak hanya menggunakan penurunan jumlah pengangguran sebagai dasar untuk mengukur keberhasilan ekonomiPasalnya, jika dilihat secara umum, prestasi pemerintah justru luar biasa buruk," tandas Hendrawan.
Kegagalan pemerintah lainnya adalah penerapan kebijakan ekonomi lepas tangan, seperti yang saat ini dilakukanMenurut Dr Sri Adiningsih, yang mendampingi Hendrawan, kebijakan tersebut jelas merugikan masyarakatKhususnya, saat krisis global saat iniSebab, kebijakan lepas tangan menyebabkan masyarakat langsung merasakan dampak krisis global.
Megawati Institute pun mendesak agar kebijakan tersebut tidak dilanjutkanKondisi itu, lanjut Adiningsih yang mantan penasihat ekonomi kabinet Mega, diperparah oleh makin mengecilnya penguasaan produk nasional terhadap pasar domestikItu akibat penerapan pasar bebas saat ini, yang makin menyengsarakan sektor industri.
”Jika pada 2004, 72 persen produk nasional masih menguasai pasar domestik, sekarang ini tinggal 23 persenPraktik neoliberalisme ini sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus segera dihentikanJika tidak, produk lokal akan makin tergerus produk imporDan, hal tersebut makin membuat sektor industri makin terpukul,” ujar Sri Adiningsih(vj/tej/jpnn/el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI Tolak Dampingi Mega
Redaktur : Tim Redaksi