jpnn.com, PADANG - Doktor geopolitik Universitas Pertahanan (Unhan) RI Hasto Kristiyanto menyatakan Bung Karno melihat Sumatera Barat memiliki potensi yang begitu besar dalam aspek ketahanan dan intelektual.
Karena itu, Bung Karno ingin menempatkan Sumatera Barat menjaga keamanan laut di Samudera Hindia.
BACA JUGA: Puan Sebut Bung Karno Pembawa Virus Nasionalisme dan Keberagaman
Hal itu disampaikannya saat memberikan orasi ilmiah berjudul “Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional” dalam acara wisudawan ke-127 Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (3/7).
"Mengapa Soekarno membangun doktrin agar Indonesia menjadi negara terkuat di Kawasan Samudera Hindia? Hal tersebut tidak terlepas dari kepemimpinan intelektual yang telah menjadi bagian kultur Minang, mengingat Pola Pembangunan Semesta Berencana dipimpin oleh Prof. Moh. Yamin,” kata Hasto.
BACA JUGA: Kenang Sosok Tjahjo Kumolo, Yenny Wahid: Beliau Anak Ideologis Bung Karno
Sekjen PDIP itu mendorong pembangunan pikiran masyarakat Sumatera Barat melalui cara pandang geopolitik, khususnya bermuara pada teori Soekarno terhadap ketahanan nasional di tanah Minang itu.
“Atas model kepemimpinan ini, Soekarno membangun koridor strategis kemajuan nusantara. Sumatera Barat misalnya, dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia. Sebab, Soekarno mencita-citakan, bagaimana Indonesia hadir sebagai the major power di Samudera Hindia,” kata Hasto.
BACA JUGA: Israel Bakal Main di Indonesia saat Piala Dunia U-20, HNW Singgung Sikap Bung Karno
Politikus asal Yogyakarta itu menyatakan koridor strategis Sumbar masuk dalam konsepsi pembangunan Indonesia.
Sulawesi sebagai lumbung pangan, Sumatra pusat perkebunan, Jawa sentral pendidikan, jasa, dan kekuatan TNI AD, Kalimantan ibu kota negara sekaligus pusat TNI AU, dan Indonesia Timur untuk TNI AL serta industri maritim.
Hasto lalu membeberkan bagaimana dalam peta geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, Samudera Hindia menjadi pusat pertarungan hegemoni negara-negara maju. AS membangun 13 pangkalan militer. Inggris, Australia, Malaysia, dan Singapura membentuk aliansi pertahanan.
Bagi India, Samudera Hindia dipandang sebagai jalur transportasi yang hangat. Bagi Tiongkok, kawasan ini juga sangat penting dengan menjadikan Myanmar sebagai pintu gerbang kepentingan Tiongkok di Samudera Hindia.
Dari perspektif geoekonomi, Samudra Hindia merupakan kawasan di mana 70 persen jalur perdagangan dunia berada. Di kawasan ini menjadi jalur utama minyak dan gas bumi.
“Dengan demikian, Samudera Hindia secara geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi sangatlah penting bagi kepentingan nasional Indonesia. Karena itulah, Sumatera Barat harus dikembangkan dalam cara pandang geopolitik,” tegas Hasto.
Alumnus UGM itu juga menilai Sumatera Barat harus bergerak progresif bagi kamajuan bangsa dengan cara pandang dan kepemimpinan strategis yang melihat ke luar.
“Guna mewujudkan hal tersebut, nilai-nilai yang hidup sebagai bagian dari strategic culture seperti Tungku Tigo Sajarangan, sangatlah penting untuk membangun keunggulan dengan bertindak keluar,” beber Hasto.
Dalam misi inilah Universitas Negeri Padang memiliki tugas sejarah. Kampus harus mempercepat transformasi kemajuan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengedepankan riset dan inovasi.
“Hanya dengan cara itulah kepemimpinan Sumatera Barat bagi Indonesia dan dunia dapat digelorakan kembali,” kata Hasto.
Hasto juga meminta tokoh agama, adat, dan cendekiawan berperan bersama-sama menggelorakan semangat kemajuan.
“Semoga dengan kesadaran geopolitik tersebut, seluruh semangat untuk maju dan menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa dapat dikobarkan di Bumi Minang ini," tandas dia. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Kendal Ini Raih Juara Pertama Berpidato ala Bung Karno
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga